tag:blogger.com,1999:blog-62993225585243414632024-02-07T15:41:22.805-08:00Mujahid Pendamba Syahidﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-27467143730539063582017-09-28T15:42:00.000-07:002017-09-28T16:36:19.204-07:00DALIL-DALIL: Jama'ah Imamah & Bai'at<br />
<br />
Adalah Syari'at Islam Berdasarkan Al-Qur'an & As-Sunnah<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWd-2X3fluQS8be1RUCxEKN_HN61Ygjc1HnLyOkkRha9viBDe3aYGbbuQHXvyVxlPKakDhAz8OWGqvHn9nS25A8rxc95N7_y1CMZxgKSZTwvfQkFBmXQSCizTUDWpeIrFp7xgnSVt9iDk/s1600/17757467_1459029100835130_4768053926692156887_n.png.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="669" data-original-width="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWd-2X3fluQS8be1RUCxEKN_HN61Ygjc1HnLyOkkRha9viBDe3aYGbbuQHXvyVxlPKakDhAz8OWGqvHn9nS25A8rxc95N7_y1CMZxgKSZTwvfQkFBmXQSCizTUDWpeIrFp7xgnSVt9iDk/s1600/17757467_1459029100835130_4768053926692156887_n.png.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Disusun oleh: H.Arif Hizbullah MA<br />
Dipublikasikan oleh: Agus Zainal Asikin<br />
Batu Raja Sumatera Selatan<br />
<br />
Jama'ah Muslimin (Hizbullah)<br />
<br />
<br />
BAB I.<br />
<br />
<br />
AL-JAMA’AH<br />
<br />
<br />
A. Ta’rif<br />
<br />
<br />
1. Ma’na menurut bahasa:<br />
<br />
<br />
Asal kata:<br />
<br />
جَمَعَ – يَجْمَعُ – جَمْعًا / جَمَاعَةً<br />
<br />
Artinya kumpulan atau himpunan. Jadi menurut bahasa Al-Jama’ah adalah kumpulan atau himpunan tertentu bukan sembarang himpunan atau kumpulan.<br />
<br />
<br />
2. Ma’na menurut istilah:<br />
<br />
<br />
Yang dimaksud dengan AL-JAMA’AH adalah JAMA’ATUL MUSLIMIN sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Khudzaifah bin Al-Yaman yang berbunyi:<br />
<br />
…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ…<br />
<br />
“… Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka …”<br />
<br />
<br />
Adapun yang dimaksud dengan Al-Jama’ah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Shahabat Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi:<br />
<br />
اَلسُّنَّةُ وَاللهِ سُنَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلبِدْعَةُمَا فَارَقَهَا وَ اَلْجَمَاعَةُ وَاللهِ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلحَقِّ وَإِنْ قَلُّوْاوَ اْلفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلبَاطِلِ وَاِنْ كَثَرُوْا<br />
<br />
“Demi Allah, sunnah itu adalah sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bid’ah itu adalah apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah, Al-Jama’ah itu adalah berkumpulnya ahlul haq sekalipun mereka sedikit dan Firqoh itu adalah berkumpulnya ahlul bathil sekalipun mereka banyak.” (Hamisy Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109)<br />
<br />
<br />
B. PERINTAH MENETAPI AL-JAMA’AH<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(1) وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْانِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْفَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِفَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ{أل عمران:103}<br />
<br />
(1) “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya ber-Jama’ah, dan janganlah kamu ber-firqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulunya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali ‘Imran:103 )<br />
<br />
<br />
Penjelasan:<br />
<br />
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا<br />
<br />
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada pada tali Allah seraya ber-JAMA’AH, dan janganlah kamu ber-firqah-firqah…” (QS.Ali Imran:103)<br />
<br />
<br />
Kalimat “Al-Jama’ah” pada ayat ini artinya adalah ber-Jama’ah (bersama-sama/bersatu padu), karena:<br />
<br />
<br />
1. Sesuai dengan makna yang diberikan oleh para ahli Tafsir, di antaranya Abdullah bin Mas’ud, ia menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah “Al Jama’ah” (Tafsir Al-Qurthuby:III/159, Tafsir Jaami’ul Bayan:IV/21)<br />
<br />
2. Adanya qorinah lafdziyah, yaitu WALA TAFARROQU setelah kalimat JAMI’AN, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah “Allah memerintahkan kepada mereka dengan ber-Jama’ah dan melarang mereka ber-firqoh-firqoh.” (Tafsir Ibnu Katsir:I/189)<br />
<br />
3. Az-Zajjaj berkata: “Kalimat JAMI’AN adalah dibaca nashab, karena menjadi HAAL.“ (Tafsir Zaadul Masir:I/433)<br />
<br />
Maka artinya secara ber-Jama’ah dalam berpegang teguh pada tali Allah. (Tafsir Abi Suud:II/66)<br />
<br />
<br />
Tidak semua kalimat “JAMI’AN” dalam Al-Qur’an artinya “bersama-sama (ber-Jama’ah / bersatu padu)”, seperti pula tidak semua kalimat “JAMI’AN” berarti “keseluruhan/semuanya”. Sedikitnya ada empat ayat dalam Al-Qur’an yang kalimat“JAMI’AN” harus diartikan “bersama-sama (ber-Jama’ah/bersatu padu)”, yaitu: surat Ali Imran:103, surat An-Nisa:71, surat An Nur:61 dan surat Al-Hasyr:14<br />
<br />
<br />
Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
<br />
(2) كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْيُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّفَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَنَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِدَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُمِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْدُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَاقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَاوَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَقَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْلَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْتَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ.<br />
<br />
(2) “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasulullah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(3) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَىلَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِاللَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ ولاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْوَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ<br />
<br />
(3) “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu berpegang-teguh dengan tali Allah seraya ber-Jama’ah dan janganlah kamu ber-firqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak berfaidah).” (HR Ahmad, Musnad Imam Ahmad dalam Musnad Abu Hurairah, Muslim, Shahih Muslim: II/6. Lafadz Ahmad)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(4) أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِوَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ،فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَاْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَىاْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْصَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌفَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَاللهِ عَزَّ وَ جَلَّ<br />
<br />
(4) “Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; ber-Jama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al-Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.” (HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad:IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati wa shiyami wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad)<br />
<br />
<br />
Umar bin Al-Khattab berkata:<br />
<br />
(5) إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَإِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةًلَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلاَكًا لَهُوَلَهُمْ<br />
<br />
(5) “Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan ber-Jama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang siapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka kesejahteraan baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka.” (HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul ‘ilmi: I/79)<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(6)… فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ اْلقَاصِيَةِ<br />
<br />
(6) “…maka wajib atas kamu ber-Jama’ah, karena sesungguhnya serigala itu makan kambing yang sendirian.” (HR.Abu Dawud dari Abi Darda, Sunan Abi Daud dalam Kitabus Shalah: I/150 No.547)<br />
<br />
<br />
C. Rahmat Allah beserta Orang yang Ber-Jama’ah<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(7) وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْيَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ{الشورى:8}<br />
<br />
(7) “Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong.” (QS.Asy-Syuura:8)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(8) وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَمُخْتَلِفِينَ . إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُرَبِّكَ لأَمْلأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ{هود:118-199}<br />
<br />
(8) “Jika Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu (keputusan-Nya) telah diputuskan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS.Hud:118-119)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(9) اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ<br />
<br />
(9) “Al-Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsush Shohihah No.667)<br />
<br />
<br />
D. Perpecahan itu Adzab<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(10) قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْفَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَبَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْيَفْقَهُونَ{الأنعام:6}<br />
<br />
(10) “Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya).” (QS.Al-An’am:65)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(11) إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْفِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوايَفْعَلُونَ{الأنعام:159}<br />
<br />
(11) “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS.Al-An’am:159)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(12) وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي.فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ{المؤمنون:52،53،54}<br />
<br />
(12) “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada KU. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (QS.Al-Mu’minun:52,53, 54)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(13) اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ<br />
<br />
(13) “Al-Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsus Shohihah No.667)<br />
<br />
<br />
Mu’adz bin Jabal Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(14) صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا صَلاَةًفَأَطَالَ فِيهَا فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِأَطَلْتَ الْيَوْمَ الصّلاَةَ قَالَ إِنِّي صَلَّيْتُ صَلاَةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍسَأَلْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لأُمَّتِي ثَلاَثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَرَدَّعَلَيَّ وَاحِدَةً سَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْفَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُهْلِكَهُمْ غَرَقًا فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُأَنْ لاَ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَرَدَّهَا عَلَيَّ<br />
<br />
(14) “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat lalu beliau memanjangkannya, maka ketika telah selesai kami (para sahabat) bertanya: Ya Rasulullah pada hari ini engkau telah memanjangkan shalatnya.” Beliau menjawab: Sesungguhnya aku telah melaksanakan shalat dengan penuh suka dan duka, aku memohon kepada Allah Azza wa jalla tiga hal untuk ummatku, maka Dia memperkenankan yang dua hal dan menolak yang satu hal, aku memohon agar umatku tidak dikalahkan oleh musuh selain dari mereka (orang kafir), maka Allah memperkenankannya dan untuk tidak dibinasakan oleh banjir maka Allah memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar ummatku tidak berpecah belah tetapi Dia tidak memperkenankannya.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majalah dalam bab Maa yakuunu minal fitan: II/464, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:IV/409 No.2175. Lafadz Ibnu Majah)<br />
<br />
<br />
E. Perpecahan itu perilaku orang-orang musyrik<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(15) مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَ تَكُونُوامِنْ الْمُشْرِكِينَ . مِنْ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّحِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُون{الروم:31-32}<br />
<br />
(15) “Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS.Ar-Rum:31-32)<br />
<br />
<br />
Yang dimaksud dengan kalimat “Jangan kamu termasuk orang-orang musyrik” disini adalah jangan menyerupai perbuatan mereka yang suka memecah belah agama, mengganti, merubah, mengimani sebahagian dan mengingkari sebahagian yang lain. (Tafsir Ibnu Katsir:III/418) Maka ayat ini memperingatkan kepada kaum muslimin supaya tidak mengikuti firqoh-firqoh seperti orang musyrik sebab telah jelas bahwa semuanya dalam kesesatan yang nyata (Tafsir Abi Su’ud:VII/61).<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(16) شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِيأَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْأَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَاتَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْيُنِيبُ{الشورى:13}<br />
<br />
(16) “Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu berpecah-belah di tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (QS.Asy-Syura:13)<br />
<br />
<br />
F. Al-Jama’ah itu Hizbullah<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(17) إِنَّمَا وَلِيُّكُمْ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ . وَمَنْيَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمْالْغَالِبُونَ{المائدة:55،56}<br />
<br />
(17) “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya Hizbullah itulah yang pasti menang.” (QS.Al-Maidah:55-56)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(18) لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ يُوَادُّونَمَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْإِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمْ اْلإِيمَانَوَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَحِزْبُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمْ الْمُفْلِحُونَ{المجادلة:22}<br />
<br />
(18) “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari padanya. Dan dimasukkannya mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Hizbullah itulah golongan yang beruntung.” (QS.Al-Mujadalah:22)<br />
<br />
<br />
G. Ancaman meninggalkan Al-Jama’ah<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(19) مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَمِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍأَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌوَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلاَيَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَمِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ<br />
<br />
(19) “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan memisahkan diri dari Al-Jama’ah, maka ia mati laksana kematiannya orang Jahiliyah dan barangsiapa yang berperang di bawah bendera keashobiahan (kesukuan) dia marah karena kesukuannya atau mengajak kepada keashobiahan dan menolong karena keashobiyahannya lalu dia terbunuh maka kematiannya laksana kematian Jahiliyah dan barangsiapa yang keluar dari umatku kemudian memusuhi orang-orang yang baik maupun yang fajir di antara umatku dan tidak mengecualikan orang-orang yang beriman dari mereka dan tidak menepati kepada orang yang diberi janji yang ia telah berjanji kepadanya maka dia bukan dari umatku dan aku bukan dari golongan mereka.” (HR.Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaaroh: II/135, Ahmad, Musnad Imam Ahmad bin Hambal:I/70, Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi:II/241, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:IV/241. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(20) لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُوَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُبِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ<br />
<br />
(20) “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena tiga hal; orang yang telah kawin yang berzina, dan orang yang meninggalkan agamanya yaitu orang yang memisahkan diri dari Jama’ah.” (HR.Muslim dari Abdullah, Shahih Muslim dalam Kitabul Qosamah wal muharibin: II/40, Ahmad, Musnad Ahmad: I/382, Abu Daud, Sunan Abu Daud: IV/126, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: II/847, An-Nasai Sunan An-Nasa’i: VII/90, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:IV/12 dan Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi:II/218. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(21) إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ فَمَنْ رَأَيْتُمُوهُفَارَقَ الْجَمَاعَةَ أَوْ يُرِيدُ يُفَرِّقُ أَمْرَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَائِنًا مَنْ كَانَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّ يَدَ اللَّهِ عَلَىالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ يَرْكُضُ<br />
<br />
(21) “Sesungguhnya akan ada setelahku kerusakan dan keburukan maka barangsiapa yang kamu melihatnya telah memisahkan diri dari Al-Jama’ah atau hendak memecah belah urusan umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana dia berada maka bunuhlah ia. Maka sesungguhnya tangan Allah itu beserta Al-Jama’ah dan sesungguhnya syaitan itu akan sangat dekat bersama orang yang memisahkan diri dari Al-Jama’ah.” (HR.An-Nasai, Sunan An-Nasai dalam Kitab Tahrimud Dam:VII/92, Muslim, Shahih Muslim:II/136 dan Ahmad, Fathurrobbani:XXIII/8. Lafadz An-Nasa’i)<br />
<br />
<br />
H. Pahala menetapi Al-Jama’ah<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(22) نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَاوَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لاَيُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْوَرَائِهِمْ<br />
<br />
(22) “Allah akan memberikan wajah yang cerah kepada seseorang yang mendengar sabdaku lalu memperhatikannya dan menghafalnya serta menyampaikannya. Maka bisa jadi seseorang menyampaikan itu kepada orang yang lebih faham. Tiga hal yang hati seseorang muslim tidak akan dengki atasnya; 1) Ikhlas dalam beramal, 2) Menasehati Imaamul Muslimin dan 3) Menetapi Jama’ah Muslimin. Maka sesungguhnya do’a mereka itu mengikuti dari belakang mereka.” (HR.At-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul iIlmi:V/33 No.2656, Ad-Darimi, Sunan Ad-Dirimi:I/76)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(23) أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَىثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍوَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِوَهِيَ الْجَمَاعَةُ زَادَ ابْنُ يَحْيَى وَعَمْرٌو فِي حَدِيثَيْهِمَا وَإِنَّهُسَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ ا ْلأ هْوَاءُ كَمَايَتَجَارَى الْكَلْبُ لِصَاحِبِهِ وَقَالَ عَمْرٌو الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لاَيَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلاَ مَفْصِلٌ إِلاَّ دَخَلَهُ<br />
<br />
(23) “Ingatlah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab itu berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan dan sesungguhnya umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang tujuh puluh dua golongan di dalam neraka sedang yang satu di dalam surga, yaitu Al-Jama’ah dan sesungguhnya akan ada dari ummatku beberapa kaum yang dijangkiti oleh hawa nafsu sebagaimana menjalarnya penyakit anjing gila dengan orang yang dijangkitinya, tidak tinggal satu urat dan sendi ruas tulangnya, melainkan dijangkitinya.” (HR. Abu Dawud dari Muawiyah bin Abi Sofyan, Sunan Abu Dawud dalam Kitabus Sunnah:IV/198 No.4597, Ahmad, Musnad Ahmad:III/145-IV/102 Lafadz Abu Dawud)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(24) افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةًفَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَىعَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِوَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّأُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِوَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَالْجَمَاعَةُ<br />
<br />
(24) “Orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, satu golongan masuk syurga sedangkan yang tujuh puluh golongan masuk ke dalam neraka, dan orang orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu masuk ke dalam neraka sedangkan yang satu golongan masuk ke dalam syurga. Demi dzat yang diri Muhammad ada di genggaman-Nya niscaya umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, maka yang satu golongan masuk ke dalam surga sedang yang tujuh puluh dua golongan masuk ke dalam neraka, ditanyakan kepada Rasulullah: Siapakah mereka itu (golongan yang masuk ke dalam syurga) ? Beliau bersabda: “Al-Jama’ah.” (HR.Ibnu Majah dari Auf bin Malik, Sunan Ibnu Majah dalam Kitabul Fitan:II/479 dan At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:V/2641, Lafadz Ibnu Majah)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(25) أُوصِيكُمْ بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَيَلُونَهُمْ ثُمَّ يَفْشُو الْكَذِبُ حَتَّى يَحْلِفَ الرَّجُلُ وَلاَيُسْتَحْلَفُ وَيَشْهَدَ الشَّاهِدُ وَلاَ يُسْتَشْهَدُ أَلاَلاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌبِامْرَأَةٍ إلاَّكَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْوَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ اْلإِثْنَيْنِ أَبْعَدُمَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ مَنْ سَرَّتْهُحَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكُمُ الْمُؤْمِنُ<br />
<br />
(25) “Aku wasiatkan kepada kamu untuk berbuat baik kepada para sahabatku, kemudian kepada generasi yang setelah mereka dan kemudian pada generasi yang setelahnya, kemudian setelah itu akan tersebar kebohongan sehingga seseorang akan bersumpah sedangkan dia tidak diminta untuk bersumpah dan akan memberikan kesaksian sedangkan ia tidak diminta kesaksiannya. Ingatlah tidaklah sekali-kali seorang laki-laki bersepi sepian dengan seorang wanita (yang bukan muhrimnya), kecuali yang ketiganya itu syaitan, maka wajib atas kamu ber-Jama’ah dan jauhilah ber-firqoh-firqoh karena sesungguhnya syaitan itu berserta orang yang sendirian dan dia akan menjauh dari dua orang. Barangsiapa yang menginginkan bangunan di syurga, maka hendak lah menetapi Al-Jama’ah dan barangsiapa yang kebaikannya menjadikan ia gembira dan kejelekkannya menjadikan ia sedih maka itulah tanda orang yang beriman.” (HR.At-Tirmidzi dari Umar bin Al-Khattab, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Fitan:IV/404 No.2165 dan Ahmad, Musnad Ahmad:I/18, Lafadz At-Tirmdzi)<br />
<br />
<br />
I. Periodisasi Masa Kekhilafahan<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(26) تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّيَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِالنُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَاللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُأَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًاجَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَأَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ<br />
<br />
(26) ”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/273, Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih hal 461. Lafadz Ahmad).<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(27) الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ ثُمَّ قَالَوَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ خِلاَفَةَعَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّبَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ فِيهِمْ قَالَ كَذَبُوا بَنُوالزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ الْمُلُوكِ<br />
<br />
(27) “Masa pada ummatku itu tiga puluh tahun kemudian setelah itu masa kerajaan. Kemudian Safinah berkata kepadaku: peganglah kekhalifahan Abu Bakar, kekhalifahan Umar, kekhalifahan Utsman dan kekhalifahan Ali. Maka aku dapatinya masa kekhalifahan itu tiga puluh tahun, Said berkata: “Saya bertanya kepadanya, sesungguhnya Bani Umayyah mengaku bahwa masa kekhalifahan itu ada pada mereka.” Ia berkata: “Banu Zurqo telah berdusta bahkan mereka itu para raja dari seburuk-buruk raja.” (HR.At Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Fitan:IV/436 No.2226 dan Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:IV/211 No.4646, Lafadz At-Tirmidzi)<br />
<br />
<br />
BAB II.<br />
<br />
<br />
IMAROH/KEPEMIMPINAN<br />
<br />
( Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin )<br />
<br />
<br />
A. Ta’rif<br />
<br />
<br />
1. Ma’na menurut Bahasa<br />
<br />
<br />
Menurut bahasa “imaam” adalah: “Seorang pemimpin atau lainnya yang diikuti baik laki-laki maupun perempuan.” (Muhitul Muhit:I/16)<br />
<br />
Sedang ma’na “khalifah” menurut bahasa adalah: “Seorang yang menggantikan kedudukan orang lain.” (Muhitul Muhit:I/250)<br />
<br />
<br />
2. Ma’na menurut Istilah<br />
<br />
<br />
“Imaam” adalah: “Pengganti rasul yang menegakkan Ad-dien (Islam).” (Muhitul Muhit:I/16)<br />
<br />
“Khalifah” adalah: “Imaam yang tidak ada di atasnya lagi seorang Imaam.” (Muhitul Muhit:I/250)<br />
<br />
“Amirul Mu’minin” adalah: “Gelar (laqob) bagi Khalifah.” (Mu’jamul Washit:I/26)<br />
<br />
Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin adalah kalimat sinonim (mengandung pengertian yang sama).<br />
<br />
<br />
B. Perintah Mengangkat seorang Amir<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(28) لاَ يَحِلُّ أَنْ يَنْكِحَ الْمَرْأَةَ بِطَلاَقِ أُخْرَى وَلاَ يَحِلُّلِرَجُلٍ أَنْ يَبِيعَ عَلَى بَيْعِ صَاحِبِهِ حَتَّى يَذَرَهُ وَلاَ يَحِلُّلِثَلاَثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ إِلاَّ أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْوَلاَ يَحِلُّ لِثَلاَثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ يَتَنَاجَى اثْنَانِدُونَ صَاحِبِهِمَا<br />
<br />
(28) “Tidak halal untuk menikahi seorang wanita dengan talak orang lain, tidak halal seseorang membeli barang yang sedang dibeli oleh kawannya sehingga ia meninggalkannya, tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah kecuali mereka mengangkat salah seorang dari mereka menjadi amir (pemimpin), dan tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu tempat berbisik dua orang tanpa dengan kawan yang satunya.” (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amr)<br />
<br />
<br />
C. Perintah Mentaati Ulil Amri<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(29) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيْعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَوَأُوْلِي اْلأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَىاللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ ذَلِكَخَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً (النساء:59)<br />
<br />
(29) “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kamu, maka jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembali kanlah kepada Allah dan Rasul jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Yang demikian itu adalah yang lebih baik dan sebaik baiknya penyelesaian.” (QS.An-Nisa:59)<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(30) اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّكَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ<br />
<br />
(30) “Dengarkanlah dan taatilah sekalipun yang memimpin kamu seorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis.” (HR.Al-Bukhari dari Anas bin Malik, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, dan Muslim Shahih Muslim: II/130. Lafadz Al Bukhari)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(31) مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْعَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَىأَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي (وفى رواية لإبن ماجة ): وَ مَنْأَطَاعَ اْلإِمَامَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى اْلإِمَامَ فَقَدْعَصَانِي<br />
<br />
(31) “Barangsiapa yang taat kepadaku, maka sungguh ia taat kepada Allah dan barangsiapa yang memaksiati aku maka sungguh ia telah memaksiati Allah. Barangsiapa yang mentaati amirku maka sungguh ia telah mentaati aku dan barangsiapa yang memaksiati amirku maka sungguh ia telah memaksiati Aku.” (HR.Al-Bukhari dari Abi Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/77. Dalam Riwayat Ibnu Majah): “Dan barangsiapa yang mentaati imam maka sungguh ia telah mentaatiku dan barang siapa yang memaksiati imam maka sungguh ia telah memaksiatiku.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah dalam bab Tha’atul Imam: II/201)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(32) مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَكَرِهَهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ لَيْسَأَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَيَمُوتُ إِلاَّ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً<br />
<br />
(32) “Barangsiapa yang melihat amirnya melaksanakan sesuatu yang ia membencinya maka hendaklah ia bersabar, karena sesungguhnya tidaklah seseorang itu memisahkan diri dari Al-Jama’ah walaupun sekedar sejengkal, lalu ia mati kecuali ia mati laksana kematian Jahiliyyah.” (HR.Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, Ad-Darimi:, Sunan Ad-Darimi: II/241)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(33) كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَنَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُفَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ<br />
<br />
(33) “Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau bersabda: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguhnya Allah akan menanyakan apa yang digembalakannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitab Bad’ul Khalqi: IV/206)<br />
<br />
<br />
D. Batas Ketaatan terhadap Ulil Amri<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(34) إِنْ أُمِرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ مُجَدَّعٌ فَاسْمَعُوْا لَهُوَأَطِيْعُوْا مَا قَادَكُمْ بِكِتَابِ<br />
<br />
(34) “Sekalipun kamu dipimpin oleh seorang budak Habsyi yang rumpung hidungnya, wajib kamu mendengar dan mentaatinya selama ia memimpin kamu dengan Kitabullah.” (HR.Ibnu Majah dari Ummul Hushain dalam bab Tha’atul Imam: II/201, Muslim, Shahih Muslim: II/130, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/181 No.1706. Lafadz Ibnu Majah)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(35) سَيَلِي أُمُورَكُمْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَوَيَعْمَلُونَ بِالْبِدْعَةِ وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا فَقُلْتُيَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُهُمْ كَيْفَ أَفْعَلُ قَالَ تَسْأَلُنِي يَا ابْنَأُمِّ عَبْدٍ كَيْفَ تَفْعَلُ لاَ طَاعَةَ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ<br />
<br />
(35) “Akan memimpin kepadamu setelahku orang-orang yang mematikan sunnah melaksanakan bid’ah dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, jika aku mendapati mereka bagaimana aku harus berbuat?” Beliau bersabda: “Kamu bertanya kepadaku wahai Ibnu Ummi abdin tentang bagaimana kamu harus berbuat, maka tidak ada ketaatan pada seseorang yang memaksiati Allah.” (HR.Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan Ibnu Majah dalam bab Laa Tha’ata fi Ma’shiyatillah: II/202)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(36) السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّوَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلاَطَاعَةَ<br />
<br />
(36) “Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam hal yang ia sukai maupun yang dibenci kecuali apabila diperintah dengan maksiat. Maka jika diperintah dengan maksiat janganlah didengar dan ditaati.” (HR.Al-Bukhari dari Ibnu Umar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, Muslim, Shahih Muslim: II/131, At-Tirmidzi: IV/182 No.1707. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
E. Ulil Amri sebagai Sentral Keputusan Permasalahan Ummat<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(37) وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ اْلأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِوَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي اْلأَ مْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُالَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُلاَتَّبَعْتُمْ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً{النساء:83}<br />
<br />
(37) “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (diantaramu).” (QS.An Nisa:83)<br />
<br />
<br />
F. Kriteria Pemimpin yang Mendapat Petunjuk<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(38) وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوابِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ{السجدة:24}<br />
<br />
(38) “Dan Kami jadikan di antara mereka itu Imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS.As-Sajadah:24)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(39) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَالْخَيْرَاتِ وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَاعَابِدِينَ{الأنبياء:73}<br />
<br />
(39) “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai Imam-imam yang memberi petunjuk kepada perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah.” (QS.Al-Anbiya:73)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(40) وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِلَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي اْلأَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْوَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمْ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِخَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَبَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْفَاسِقُونَ{النور:55}<br />
<br />
(40) “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-KU dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.An-Nur:55)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(41) إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةًيَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ<br />
<br />
(41) “Sesungguhnya kamu akan berebut dalam hal kepemimpinan dan kamu akan menyesalinya pada hari Qiyamat, maka yang paling baik adalah yang mau menyusui (pemimpin yang menunaikan kewajiban-kewajibannya) dan yang paling buruk adalah yang menyapihnya (tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya).” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/79, An-Nasai, Sunan An-Nasai:VII/762 Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(42) خِيَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَعَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْوَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِأَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصّلاَةَوَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَتَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ<br />
<br />
(42) “Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu sukai dan kamu suka kepada mereka, mereka mendoakan kamu dan kamu mendo,akan mereka. Sedang sejelek-jelek pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka benci kepada kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu. Ditanyakan: “Ya Rasulullah, apakah tidak kami penggal mereka itu dengan pedang?” Beliau bersabda: “Tidak, selama mereka menegakkan shalat bersama kamu, maka jika kamu melihat pemimpinmu melaksanakan sesuatu yang kamu membencinya, maka bencilah amalannya dan janganlah kamu melepaskan tangannya dari ketaatan.” (HR.Muslim dari Auf bin Malik, Shahih Muslim dalam Kitabul Imarah: II/137, Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi: III/324 Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(43) مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَةٍ إِلاَّكَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِوَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَاللَّهُ تَعَالَى<br />
<br />
(43) “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi dan tidak pula mengangkat seorang khalifah kecuali dijadikan baginya dua pembantu, pembantu yang memerintahkan dengan kebaikan dan mendorong dengan kebaikan dan pembantu yang memerintah kan dengan keburukan dan mendorongnya untuk berbuat keburukan tersebut. Maka orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah.” (HR.Al Bukhari dari Abi Said Al-Khudri, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/95, An-Nasai, Sunan An-Nasai: VII/158 Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(44) إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِاْلأَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْنَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَجَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ<br />
<br />
(44) “Apabila Allah hendak menjadikan amir itu baik, maka Allah memberikan pembantu yang jujur, jika amir itu lupa ia mengingatkannya, jika amir itu ingat ia membantunya. Tetapi jika Allah hendak menjadikan amir itu buruk, maka Allah memberikan baginya pembantu yang buruk, jika amir itu lupa ia tidak mengingatkannya dan jika amir itu ingat ia tidak membantunya.” (HR.Abu Dawud dari Aisyah Radhiallahu anha, Sunan Abu Dawud:III/131)<br />
<br />
<br />
G. Larangan Meminta Kepemimpinan<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(45) يَا عَبْدَالرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَلاَ تَسْأَلِ اْلإِمَارَةَ فَإِنْأُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِمَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَاخَيْرًا مِنْهَا فَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ<br />
<br />
(45) “Ya Abdurrahman bin Samuroh, janganlah kamu meminta kepemimpinan, maka jika kamu diberinya atas suatu permintaan, kamu akan dibebaninya, tetapi jika kamu diberinya bukan atas permintaanmu kamu akan dibantu. Dan jika kamu telah bersumpah atas sesuatu kemudian kamu melihat pada yang lebih baik maka laksanakanlah yang baik itu dan tebuslah sumpahmu.” (HR.Al-Bukhari dari Samuroh bin Jundub, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam:IX/79, Muslim, Shahih Muslim:II/133, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:III/130 Lafadz Al Bukhari)<br />
<br />
<br />
Abu Musa Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(46) دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَاوَرَجُلاَنِ مِنْ قَوْمِي فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ أَمِّرْنَا يَا رَسُولَاللَّهِ وَقَالَ اْلآخَرُ مِثْلَهُ فَقَالَ إِنَّالاَ نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلاَمَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ<br />
<br />
(46) “Saya dan dua orang dari kaumku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka salah seorang dari keduanya berkata: “Ya Rasulullah, jadikanlah kami sebagai amir.” Dan yang lainnya pun berkata demikian. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya kami tidak memberikan keamiran ini kepada seseorang yang memintanya dan yang menginginkannya (ambisi).” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80)<br />
<br />
<br />
Abu Dzar Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(47) يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَىمَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَايَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّىالَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا<br />
<br />
(47) “Ya Rasulullah alangkah baiknya engkau memberikan kepemimpinan kepadaku.” Beliau memukul pundakku seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu itu lemah dan kepemimpinan itu adalah amanat, di hari Qiyamat kelak akan menjadi kesedihan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambil hak kepemimpinannya dan melaksanakan kewajibannya.” (HR.Muslim, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/124)<br />
<br />
<br />
H. Ancaman Membela seorang Pemimpin yang berbuat Maksiat dan Pahala Menasehatinya<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(48) إِنَّهُ سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ مَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْوَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَبِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْعَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ<br />
<br />
(48) “Sesungguhnya akan ada sesudahku beberapa pemimpin, barangsiapa yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu kedzalimannya maka aku bukan dari golongannya dan dia tidak akan melewati telaga (kelak di akhirat). Dan barang siapa yang tidak membenarkan kedustaan mereka serta tidak menolong kedzalimannya maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya dan dia akan melewati telaga (di akhirat).” (HR.An-Nasai dari Ka’ab bin Hujrah, Sunan An-Nasai dalam Bab Dzikrul Wa’ied liman a’ana amiron ‘aladz dzulmi: VII/160)<br />
<br />
<br />
Thoriq bin Shihab Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(49) أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْوَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّعِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ<br />
<br />
(49) “Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau dalam keadaan sedang meletakkan kaki pada kendaraannya: “Jihad manakah yang paling utama?” beliau menjawab: “Perkataan yang benar dihadapan pemimpin yang lacur.” (HR.An-Nasai, Sunan An-Nasai:VII/161)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(50) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًايَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْتَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْوَلاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِوَكَثْرَةَ السُّؤَالِ<br />
<br />
(50) “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu berpegang teguh dengan tali Allah seraya ber-Jama’ah dan janganlah kamu ber-firqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak berfaidah).” (HR.Ahmad dari Abi Hurairah, Musnad Abi Hurairah dan Muslim, II/61)<br />
<br />
I. Larangan Menyerahkan Kepemimpinan kepada seorang Wanita<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(51) لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً<br />
<br />
(51) “Suatu kaum tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika mereka menyerahkan kepemimpinannya kepada seorang wanita.” (HR. Al-Bukhari dari Abi Bakrah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/70)<br />
<br />
<br />
J. Ancaman terhadap Pemimpin yang Khianat<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(52) مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَغَاشٌّ لَهُمْ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ<br />
<br />
(52) “Tidaklah dari seorang pemimpin yang menggembala kaum muslimin, lalu ia mati dalam keadaan menipu (curang) kepada mereka, kecuali Allah akan mengharamkan syurga baginya.” (HR. Al Bukhari dari Ma’qil bin Yasar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80, Muslim, Shahih Muslim II/125. Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(53) إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُمَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُمَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ<br />
<br />
(53) “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah kelak pada hari kiyamat dan yang paling dekat tempat duduknya adalah imam yang adil dan manusia yang paling dibenci oleh Allah kelak pada hari kiyamat dan paling jauh tempat duduknya adalah imam yang dzalim.” (HR.At-Tirmidzi dari Abi Said, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Ahkam: II/617 No.1329)<br />
<br />
<br />
K. Pahala bagi Imaam yang Adil<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(54) سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُمُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِوَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍفَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَاحَتَّىلاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًافَفَاضَتْ عَيْنَاهُ<br />
<br />
(54) “Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaungi mereka pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah, yaitu: Imam yang adil, pemuda yang rajin beribadat, orang yang hatinya selalu bergantung pada masjid, dua orang yang saling kasih sayang karena Allah keduanya berkumpul dan berpisah hanya karena Allah, orang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan dan cantik maka menolak dan berkata: ”Saya takut kepada Allah,” orang yang sedekah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya dan orang yang berdzikir kepada Allah pada saat-saat yang sepi hingga mencucurkan air mata.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitabuz Zakah: II/138, Muslim, Shahih Muslim I/412)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(55) ثَلاَثَةٌلاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإِمَامُالْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُلَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَحِينٍ<br />
<br />
(55) “Tiga orang yang tidak ditolak do’anya yaitu: Orang yang shaum ketika berbuka, imam yang adil dan do’anya orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat permohonannya di atas mega dan dibukakan baginya pintu langit. Tuhan berfirman: “Demi Keagungan-KU niscaya aku akan menolong sekalipun setelah beberapa waktu.” (HR. At-Tir midzi dari Abu Hurairah, Sunan At-Tirmidzi no: 3592)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(56) إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْأَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْيَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ<br />
<br />
(56) “Imam itu adalah pelindung (tameng), maka seseorang itu berperang dan mempertahankan diri di belakangnya. Kalau ia memerintahkan bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan bersikap adil, niscaya dia mendapatkan pahala kerenanya, tetapi jika dia memerintahkan dengan selain itu, maka dia akan mendapat dosa karenanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132)<br />
<br />
<br />
L. Pertanggung Jawaban Seorang Pemimpin<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(57) أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَاْلإِمَامُالَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُرَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُرَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْوَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَفَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ<br />
<br />
(57) “Ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya, maka Imaam yang memimpin manusia adalah pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas keluarga rumah tangganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan perempuan (isteri) adalah pemimpin atas harta suaminya dan anaknya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Ketahuilah maka setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR.Al Bukhari dari Ibnu Umar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/77, Muslim, Shahih Muslim:II/125, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:II/130 dan At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/180. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
M. Profesionalisme Pemberian Amanat<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(58) إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَإِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِفَانْتَظِرِ السَّاعَةَ<br />
<br />
(58) “Apabila amanat itu disia-siakan maka tunggulah kehancurannya, seseorang bertanya:” Ya Rasulullah, bagaimanakah penyia-nyiaanya?” Beliau bersabda: “Apabila sesuatu urusan diberi kan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kerusakannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabud Da’wat: VIII/129)<br />
<br />
<br />
BAB III.<br />
<br />
<br />
B A I ’ A T<br />
<br />
<br />
A. Ta’rif<br />
<br />
<br />
Bai’at menurut bahasa adalah “janji” (Muhithul Muhith:I/64). Adapun menurut istilah adalah “Mengikat janji atas sesuatu seraya berjabatan tangan sebagai tanda kesempurnaan perjanjian tersebut dan keikhlasannya. Bai’at pada periode pertama Islam yang ketika itu mereka membai’at khalifah dengan memegang tangan orang yang mereka serahi kekhilafahan, sebagai tanda penerimaan mereka kepadanya dan sebagai janji untuk mentaatinya dan menerima kepemimpinannya.” (Muhithul Muhith I/64)<br />
<br />
<br />
B. Pahala Melaksanakan Bai’at dan Menepatinya<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(59) إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَأَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَاعَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا {الفتح:10}<br />
<br />
(59) “Sesungguhnya orang-orang yang berbai’at kepadamu sesungguhnya mereka berbai'at kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang mengingkari bai’atnya niscaya akibat pelanggarannya akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa yang menepati bai’atnya, maka Allah akan memberikan pahala yang besar.” (QS.Al Fath:10)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(60) إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنْ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّلَهُمْ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَوَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ واْلإِنْجِيْلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْأَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنْ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمْ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِوَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ{التوبة :111}<br />
<br />
(60) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi ) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati bai'at nya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Tau bah:111)<br />
<br />
<br />
C. Ancaman tidak Berbai’at dan Mengkhianati Bai’atnya<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(61) مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَحُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةًجَاهِلِيَّةً<br />
<br />
(61) “Barangsiapa melepas tangan dari taat akan bertemu dengan Allah pada hari kiyamat dengan tidak punya alasan. Dan barangsiapa mati sedang tidak ada ikatan bai’at pada lehernya maka ia mati seperti matinya orang jahiliyah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/136)<br />
<br />
Yang dimaksud “seperti mati Jahiliyah” adalah kematian dalam kesesatan, perpecahan dan tidak mempunyai imam yang ditaati. (Hamisy Shahih Muslim II/136)<br />
<br />
<br />
D. Berbai’at Karena Dunia<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(62) ثَلاَثَةٌلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْعَذَابٌ أَلِيمٌ رَجُلٌ عَلَى فَضْلِ مَاءٍ بِالطَّرِيقِ يَمْنَعُ مِنْهُ ابْنَالسَّبِيلِ وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًالاَ يُبَايِعُهُ إلاَّ لِدُنْيَاهُ إِنْ أَعْطَاهُ مَايُرِيدُ وَفَى لَهُ وَإِلاَّ لَمْ يَفِ لَهُ وَرَجُلٌ يُبَايِعُ رَجُلاً بِسِلْعَةٍبَعْدَ الْعَصْرِ فَحَلَفَ بِاللَّهِ لَقَدْ أُعْطِيَ بِهَا كَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُفَأَخَذَهَا وَلَمْ يُعْطَ بِهَا<br />
<br />
(62) “Tiga macam orang yang Allah tidak akan berkata kata kepada mereka pada hari kiyamat dan tidak akan membersihkan (memaafkan), dan bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka itu adalah: 1) Orang yang mempunyai kelebihan air di tengah jalan tetapi menolak permintaan orang yang dalam keadaan bepergian, 2) Orang yang berbai’at pada seorang imam, tetapi tidaklah ia berbai’at kecuali karena dunia, jika diberi menepati bai’atnya dan jika tidak diberi (ditolak tuntutannya) ia tidak menepatinya, 3) Orang yang menjual barang pada orang lain setelah ‘Ashar dan bersumpah dengan nama Allah, sungguh akan diberikan dengan ketentuan begini dan begini, lalu ia membenar kannya dan hendak mengambilnya, tetapi ia tidak memberikannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/99, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204, At-Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi IV/128 No: 1595. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
E. Kewajiban Menepati Bai’at<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(63) يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْلاَ يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلاَ يَسْرِقْنَ وَلاَ يَزْنِينَ وَلاَ يَقْتُلْنَأَوْلاَدَهُنَّ وَلاَ يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّوَلاَ يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّاللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ{الممتحنة:12}<br />
<br />
(63) “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan perempuan yang beriman untuk mengadakan bai'at setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak anaknya, tidak akan berdusta yang mereka ada adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dengan urusan yang baik, maka terimalah bai'at setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al-Mumtahanah:12)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(64) كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَنَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُقَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْحَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ<br />
<br />
(64) “Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.”(HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)<br />
<br />
Ubadah bin Shomit Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(65) بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَىالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ اْلأَمْرَأَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّالاَ نَخَافُ فِياللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ<br />
<br />
(65) “Kami berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan semangat ataupun lemah (berat), dan untuk tidak menentang perintah kepada ahlinya serta untuk menegakkan (kebenaran) atau berkata dengan benar di manapun kami berada, tidak takut dalam membela agama Allah dari celaan orang-orang yang mencelanya.” (HR. Al Bukhari dari Ubadah bin Shamit, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/96, Muslim, Shahih Muslim: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/202, An-Nasai, Sunan An-Nasai VII/137-138. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
F. Dua Orang Dibai’at menjadi imaam dalam Satu Masa<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(66) إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا<br />
<br />
(66) “Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang terakhir).” (HR. Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/137)<br />
<br />
<br />
G. Cara Melaksanakan Bai’at<br />
<br />
<br />
1). Bagi Muslimin<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(67) وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِفَلْيُطِعْهُ إِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَالْآخَرِ<br />
<br />
(67) “Dan barangsipa membai’at imam dengan berjabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukullah leher orang tersebut.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasai VII/153-154. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
2). Bagi Muslimat<br />
<br />
(68) عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْمَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةًقَطُّ إِلاَّ أَنْ يَأْخُذَ عَلَيْهَا فَإِذَا أَخَذَ عَلَيْهَا فَأَعْطَتْهُ قَالَاذْهَبِي فَقَدْ بَايَعْتُكِ<br />
<br />
(68) “Dari ‘Urwah bahwasanya ‘Aisyah menceritakan kepadanya tentang bai’atnya kaum wanita, ia berkata: “Tidaklah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menyentuh seorang wanita (yang bukan muhrimnya) dengan tangannya sedikitpun, apabila kaum wanita telah mengikrarkan bai’atnya, beliau menerimanya, lalu bersabda: “Pergilah sungguh saya telah menerima bai’atmu.” (HR. Muslim, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/142. Al Bukhari, Shahih Al-Bukhari IX/99, Abu Dawud, Sunan Abu dawud II/133. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(69) إِنِّي لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ إِنَّمَا قَوْلِي لِمِائَةِ امْرَأَةٍ كَقَوْلِيلاِمْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ أَوْ مِثْلُ قَوْلِي لاِمْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ<br />
<br />
(69) “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita (yang bukan muhrimnya), maka sesungguhnya ucapanku (dalam menerima bai’at) bagi seratus wanita itu sebagaimana ucapanku bagi seorang wanita.” (HR. An-Nasai dari Umayyah binti Rufaiqah, Sunan An-Nasai dalam Kitabul bai’ah: VII/149, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi IV/149 No: 1597)<br />
<br />
<br />
H. Bai’at Anak yang Belum Baligh<br />
<br />
<br />
Hirmasy bin Ziyad berkata:<br />
<br />
(70) مَدَدْتُ يَدِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَاغُلاَمٌ لِيُبَايِعَنِي فَلَمْ يُبَايِعْنِي<br />
<br />
(70) “Saya mengulurkan tangan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam supaya beliau mem bai’atku, pada waktu itu saya masih kecil, maka beliau tidak membai’atku.” (HR. An-Nasai, Sunan An-Nasai dalam Kitabul Bai’ah: VII/150)<br />
<br />
(71) عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ هِشَامٍ وَكَانَ قَدْ أَدْرَكَ النَّبِيَّ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَتْ بِهِ أُمُّهُ زَيْنَبُ بِنْتُ حُمَيْدٍ إِلَىرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِبَايِعْهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ صَغِيرٌفَمَسَحَ رَأْسَهُ وَدَعَا لَهُ وَكَانَ يُضَحِّي بِالشَّاةِ الْوَاحِدَةِ عَنْجَمِيْعِ أَهْلِهِ<br />
<br />
(71) “Dari Abdullah bin Hisyam, dia telah berjumpa dengan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Ibunya yaitu Zainab binti Humaid pergi bersamanya untuk mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, lalu ia berkata: “Ya Rasulullah, terimalah bai’atnya.” Maka beliau bersabda: “Dia masih kecil,” seraya mengusap kepala nya dan mendo’akannya, beliau menyembelih kambing satu untuk semua keluarganya.” (Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/98)<br />
<br />
— Wallahu A’lam bish Shawab –<br />
<br />
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-61127069065880319642017-09-28T09:51:00.001-07:002017-09-28T10:15:05.609-07:00Dalil-Dalil: JAMA'AH IMAMAH & BAI'AT<br />
<br />
Adalah Syari'at Islam Berdasarkan Al-Qur'an Dan As-Sunnah<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKkWbqtcG26InR_LqwAOQV_3vqWGGQVNe6jNWfoJbPArkK0CE_oCYLBWrpSmGqAoHFHXoliyUfQseCPoguxgEE3SoshctofXWsj2MMWFQX1q2q_eRIWEtkjsDYLatAnXRrkJviYHFzWlo/s1600/17757467_1459029100835130_4768053926692156887_n.png.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="669" data-original-width="480" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKkWbqtcG26InR_LqwAOQV_3vqWGGQVNe6jNWfoJbPArkK0CE_oCYLBWrpSmGqAoHFHXoliyUfQseCPoguxgEE3SoshctofXWsj2MMWFQX1q2q_eRIWEtkjsDYLatAnXRrkJviYHFzWlo/s320/17757467_1459029100835130_4768053926692156887_n.png.jpg" width="229" /></a></div>
Disusun oleh: H.Arif Hizbullah MA<br />
Dipublikasikan oleh: Agus Zainal Asikin<br />
Batu Raja Sumatera Selatan<br />
<br />
Jama'ah Muslimin (Hizbullah)<br />
<br />
<br />
BAB I.<br />
<br />
<br />
AL-JAMA’AH<br />
<br />
<br />
A. Ta’rif<br />
<br />
<br />
1. Ma’na menurut bahasa:<br />
<br />
<br />
Asal kata:<br />
<br />
جَمَعَ – يَجْمَعُ – جَمْعًا / جَمَاعَةً<br />
<br />
Artinya kumpulan atau himpunan. Jadi menurut bahasa Al-Jama’ah adalah kumpulan atau himpunan tertentu bukan sembarang himpunan atau kumpulan.<br />
<br />
<br />
2. Ma’na menurut istilah:<br />
<br />
<br />
Yang dimaksud dengan AL-JAMA’AH adalah JAMA’ATUL MUSLIMIN sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Khudzaifah bin Al-Yaman yang berbunyi:<br />
<br />
…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ…<br />
<br />
“… Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka …”<br />
<br />
<br />
Adapun yang dimaksud dengan Al-Jama’ah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Shahabat Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi:<br />
<br />
اَلسُّنَّةُ وَاللهِ سُنَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلبِدْعَةُمَا فَارَقَهَا وَ اَلْجَمَاعَةُ وَاللهِ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلحَقِّ وَإِنْ قَلُّوْاوَ اْلفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلبَاطِلِ وَاِنْ كَثَرُوْا<br />
<br />
“Demi Allah, sunnah itu adalah sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bid’ah itu adalah apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah, Al-Jama’ah itu adalah berkumpulnya ahlul haq sekalipun mereka sedikit dan Firqoh itu adalah berkumpulnya ahlul bathil sekalipun mereka banyak.” (Hamisy Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109)<br />
<br />
<br />
B. PERINTAH MENETAPI AL-JAMA’AH<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(1) وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْانِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْفَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِفَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ{أل عمران:103}<br />
<br />
(1) “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya ber-Jama’ah, dan janganlah kamu ber-firqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulunya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali ‘Imran:103 )<br />
<br />
<br />
Penjelasan:<br />
<br />
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا<br />
<br />
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada pada tali Allah seraya ber-JAMA’AH, dan janganlah kamu ber-firqah-firqah…” (QS.Ali Imran:103)<br />
<br />
<br />
Kalimat “Al-Jama’ah” pada ayat ini artinya adalah ber-Jama’ah (bersama-sama/bersatu padu), karena:<br />
<br />
<br />
1. Sesuai dengan makna yang diberikan oleh para ahli Tafsir, di antaranya Abdullah bin Mas’ud, ia menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah “Al Jama’ah” (Tafsir Al-Qurthuby:III/159, Tafsir Jaami’ul Bayan:IV/21)<br />
<br />
2. Adanya qorinah lafdziyah, yaitu WALA TAFARROQU setelah kalimat JAMI’AN, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah “Allah memerintahkan kepada mereka dengan ber-Jama’ah dan melarang mereka ber-firqoh-firqoh.” (Tafsir Ibnu Katsir:I/189)<br />
<br />
3. Az-Zajjaj berkata: “Kalimat JAMI’AN adalah dibaca nashab, karena menjadi HAAL.“ (Tafsir Zaadul Masir:I/433)<br />
<br />
Maka artinya secara ber-Jama’ah dalam berpegang teguh pada tali Allah. (Tafsir Abi Suud:II/66)<br />
<br />
<br />
Tidak semua kalimat “JAMI’AN” dalam Al-Qur’an artinya “bersama-sama (ber-Jama’ah / bersatu padu)”, seperti pula tidak semua kalimat “JAMI’AN” berarti “keseluruhan/semuanya”. Sedikitnya ada empat ayat dalam Al-Qur’an yang kalimat“JAMI’AN” harus diartikan “bersama-sama (ber-Jama’ah/bersatu padu)”, yaitu: surat Ali Imran:103, surat An-Nisa:71, surat An Nur:61 dan surat Al-Hasyr:14<br />
<br />
<br />
Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
<br />
(2) كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْيُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّفَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَنَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِدَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُمِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْدُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَاقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَاوَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَقَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْلَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْتَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ.<br />
<br />
(2) “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasulullah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(3) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَىلَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِاللَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ ولاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْوَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ<br />
<br />
(3) “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu berpegang-teguh dengan tali Allah seraya ber-Jama’ah dan janganlah kamu ber-firqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak berfaidah).” (HR Ahmad, Musnad Imam Ahmad dalam Musnad Abu Hurairah, Muslim, Shahih Muslim: II/6. Lafadz Ahmad)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(4) أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِوَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ،فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَاْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَىاْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْصَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌفَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَاللهِ عَزَّ وَ جَلَّ<br />
<br />
(4) “Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; ber-Jama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al-Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.” (HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad:IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati wa shiyami wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad)<br />
<br />
<br />
Umar bin Al-Khattab berkata:<br />
<br />
(5) إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَإِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةًلَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلاَكًا لَهُوَلَهُمْ<br />
<br />
(5) “Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan ber-Jama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang siapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka kesejahteraan baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka.” (HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul ‘ilmi: I/79)<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(6)… فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ اْلقَاصِيَةِ<br />
<br />
(6) “…maka wajib atas kamu ber-Jama’ah, karena sesungguhnya serigala itu makan kambing yang sendirian.” (HR.Abu Dawud dari Abi Darda, Sunan Abi Daud dalam Kitabus Shalah: I/150 No.547)<br />
<br />
<br />
C. Rahmat Allah beserta Orang yang Ber-Jama’ah<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(7) وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْيَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ{الشورى:8}<br />
<br />
(7) “Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong.” (QS.Asy-Syuura:8)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(8) وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَمُخْتَلِفِينَ . إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُرَبِّكَ لأَمْلأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ{هود:118-199}<br />
<br />
(8) “Jika Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu (keputusan-Nya) telah diputuskan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS.Hud:118-119)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(9) اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ<br />
<br />
(9) “Al-Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsush Shohihah No.667)<br />
<br />
<br />
D. Perpecahan itu Adzab<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(10) قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْفَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَبَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْيَفْقَهُونَ{الأنعام:6}<br />
<br />
(10) “Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya).” (QS.Al-An’am:65)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(11) إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْفِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوايَفْعَلُونَ{الأنعام:159}<br />
<br />
(11) “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS.Al-An’am:159)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(12) وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي.فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ{المؤمنون:52،53،54}<br />
<br />
(12) “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada KU. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (QS.Al-Mu’minun:52,53, 54)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(13) اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ<br />
<br />
(13) “Al-Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsus Shohihah No.667)<br />
<br />
<br />
Mu’adz bin Jabal Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(14) صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا صَلاَةًفَأَطَالَ فِيهَا فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِأَطَلْتَ الْيَوْمَ الصّلاَةَ قَالَ إِنِّي صَلَّيْتُ صَلاَةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍسَأَلْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لأُمَّتِي ثَلاَثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَرَدَّعَلَيَّ وَاحِدَةً سَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْفَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُهْلِكَهُمْ غَرَقًا فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُأَنْ لاَ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَرَدَّهَا عَلَيَّ<br />
<br />
(14) “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat lalu beliau memanjangkannya, maka ketika telah selesai kami (para sahabat) bertanya: Ya Rasulullah pada hari ini engkau telah memanjangkan shalatnya.” Beliau menjawab: Sesungguhnya aku telah melaksanakan shalat dengan penuh suka dan duka, aku memohon kepada Allah Azza wa jalla tiga hal untuk ummatku, maka Dia memperkenankan yang dua hal dan menolak yang satu hal, aku memohon agar umatku tidak dikalahkan oleh musuh selain dari mereka (orang kafir), maka Allah memperkenankannya dan untuk tidak dibinasakan oleh banjir maka Allah memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar ummatku tidak berpecah belah tetapi Dia tidak memperkenankannya.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majalah dalam bab Maa yakuunu minal fitan: II/464, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:IV/409 No.2175. Lafadz Ibnu Majah)<br />
<br />
<br />
E. Perpecahan itu perilaku orang-orang musyrik<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(15) مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَ تَكُونُوامِنْ الْمُشْرِكِينَ . مِنْ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّحِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُون{الروم:31-32}<br />
<br />
(15) “Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS.Ar-Rum:31-32)<br />
<br />
<br />
Yang dimaksud dengan kalimat “Jangan kamu termasuk orang-orang musyrik” disini adalah jangan menyerupai perbuatan mereka yang suka memecah belah agama, mengganti, merubah, mengimani sebahagian dan mengingkari sebahagian yang lain. (Tafsir Ibnu Katsir:III/418) Maka ayat ini memperingatkan kepada kaum muslimin supaya tidak mengikuti firqoh-firqoh seperti orang musyrik sebab telah jelas bahwa semuanya dalam kesesatan yang nyata (Tafsir Abi Su’ud:VII/61).<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(16) شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِيأَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْأَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَاتَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْيُنِيبُ{الشورى:13}<br />
<br />
(16) “Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu berpecah-belah di tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (QS.Asy-Syura:13)<br />
<br />
<br />
F. Al-Jama’ah itu Hizbullah<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(17) إِنَّمَا وَلِيُّكُمْ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ . وَمَنْيَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمْالْغَالِبُونَ{المائدة:55،56}<br />
<br />
(17) “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya Hizbullah itulah yang pasti menang.” (QS.Al-Maidah:55-56)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(18) لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ يُوَادُّونَمَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْإِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمْ اْلإِيمَانَوَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَحِزْبُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمْ الْمُفْلِحُونَ{المجادلة:22}<br />
<br />
(18) “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari padanya. Dan dimasukkannya mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Hizbullah itulah golongan yang beruntung.” (QS.Al-Mujadalah:22)<br />
<br />
<br />
G. Ancaman meninggalkan Al-Jama’ah<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(19) مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَمِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍأَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌوَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلاَيَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَمِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ<br />
<br />
(19) “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan memisahkan diri dari Al-Jama’ah, maka ia mati laksana kematiannya orang Jahiliyah dan barangsiapa yang berperang di bawah bendera keashobiahan (kesukuan) dia marah karena kesukuannya atau mengajak kepada keashobiahan dan menolong karena keashobiyahannya lalu dia terbunuh maka kematiannya laksana kematian Jahiliyah dan barangsiapa yang keluar dari umatku kemudian memusuhi orang-orang yang baik maupun yang fajir di antara umatku dan tidak mengecualikan orang-orang yang beriman dari mereka dan tidak menepati kepada orang yang diberi janji yang ia telah berjanji kepadanya maka dia bukan dari umatku dan aku bukan dari golongan mereka.” (HR.Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaaroh: II/135, Ahmad, Musnad Imam Ahmad bin Hambal:I/70, Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi:II/241, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:IV/241. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(20) لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُوَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُبِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ<br />
<br />
(20) “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena tiga hal; orang yang telah kawin yang berzina, dan orang yang meninggalkan agamanya yaitu orang yang memisahkan diri dari Jama’ah.” (HR.Muslim dari Abdullah, Shahih Muslim dalam Kitabul Qosamah wal muharibin: II/40, Ahmad, Musnad Ahmad: I/382, Abu Daud, Sunan Abu Daud: IV/126, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: II/847, An-Nasai Sunan An-Nasa’i: VII/90, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:IV/12 dan Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi:II/218. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(21) إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ فَمَنْ رَأَيْتُمُوهُفَارَقَ الْجَمَاعَةَ أَوْ يُرِيدُ يُفَرِّقُ أَمْرَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَائِنًا مَنْ كَانَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّ يَدَ اللَّهِ عَلَىالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ يَرْكُضُ<br />
<br />
(21) “Sesungguhnya akan ada setelahku kerusakan dan keburukan maka barangsiapa yang kamu melihatnya telah memisahkan diri dari Al-Jama’ah atau hendak memecah belah urusan umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana dia berada maka bunuhlah ia. Maka sesungguhnya tangan Allah itu beserta Al-Jama’ah dan sesungguhnya syaitan itu akan sangat dekat bersama orang yang memisahkan diri dari Al-Jama’ah.” (HR.An-Nasai, Sunan An-Nasai dalam Kitab Tahrimud Dam:VII/92, Muslim, Shahih Muslim:II/136 dan Ahmad, Fathurrobbani:XXIII/8. Lafadz An-Nasa’i)<br />
<br />
<br />
H. Pahala menetapi Al-Jama’ah<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(22) نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَاوَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لاَيُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْوَرَائِهِمْ<br />
<br />
(22) “Allah akan memberikan wajah yang cerah kepada seseorang yang mendengar sabdaku lalu memperhatikannya dan menghafalnya serta menyampaikannya. Maka bisa jadi seseorang menyampaikan itu kepada orang yang lebih faham. Tiga hal yang hati seseorang muslim tidak akan dengki atasnya; 1) Ikhlas dalam beramal, 2) Menasehati Imaamul Muslimin dan 3) Menetapi Jama’ah Muslimin. Maka sesungguhnya do’a mereka itu mengikuti dari belakang mereka.” (HR.At-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul iIlmi:V/33 No.2656, Ad-Darimi, Sunan Ad-Dirimi:I/76)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(23) أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَىثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍوَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِوَهِيَ الْجَمَاعَةُ زَادَ ابْنُ يَحْيَى وَعَمْرٌو فِي حَدِيثَيْهِمَا وَإِنَّهُسَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ ا ْلأ هْوَاءُ كَمَايَتَجَارَى الْكَلْبُ لِصَاحِبِهِ وَقَالَ عَمْرٌو الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لاَيَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلاَ مَفْصِلٌ إِلاَّ دَخَلَهُ<br />
<br />
(23) “Ingatlah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab itu berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan dan sesungguhnya umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang tujuh puluh dua golongan di dalam neraka sedang yang satu di dalam surga, yaitu Al-Jama’ah dan sesungguhnya akan ada dari ummatku beberapa kaum yang dijangkiti oleh hawa nafsu sebagaimana menjalarnya penyakit anjing gila dengan orang yang dijangkitinya, tidak tinggal satu urat dan sendi ruas tulangnya, melainkan dijangkitinya.” (HR. Abu Dawud dari Muawiyah bin Abi Sofyan, Sunan Abu Dawud dalam Kitabus Sunnah:IV/198 No.4597, Ahmad, Musnad Ahmad:III/145-IV/102 Lafadz Abu Dawud)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(24) افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةًفَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَىعَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِوَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّأُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِوَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَالْجَمَاعَةُ<br />
<br />
(24) “Orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, satu golongan masuk syurga sedangkan yang tujuh puluh golongan masuk ke dalam neraka, dan orang orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu masuk ke dalam neraka sedangkan yang satu golongan masuk ke dalam syurga. Demi dzat yang diri Muhammad ada di genggaman-Nya niscaya umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, maka yang satu golongan masuk ke dalam surga sedang yang tujuh puluh dua golongan masuk ke dalam neraka, ditanyakan kepada Rasulullah: Siapakah mereka itu (golongan yang masuk ke dalam syurga) ? Beliau bersabda: “Al-Jama’ah.” (HR.Ibnu Majah dari Auf bin Malik, Sunan Ibnu Majah dalam Kitabul Fitan:II/479 dan At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:V/2641, Lafadz Ibnu Majah)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(25) أُوصِيكُمْ بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَيَلُونَهُمْ ثُمَّ يَفْشُو الْكَذِبُ حَتَّى يَحْلِفَ الرَّجُلُ وَلاَيُسْتَحْلَفُ وَيَشْهَدَ الشَّاهِدُ وَلاَ يُسْتَشْهَدُ أَلاَلاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌبِامْرَأَةٍ إلاَّكَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْوَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ اْلإِثْنَيْنِ أَبْعَدُمَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ مَنْ سَرَّتْهُحَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكُمُ الْمُؤْمِنُ<br />
<br />
(25) “Aku wasiatkan kepada kamu untuk berbuat baik kepada para sahabatku, kemudian kepada generasi yang setelah mereka dan kemudian pada generasi yang setelahnya, kemudian setelah itu akan tersebar kebohongan sehingga seseorang akan bersumpah sedangkan dia tidak diminta untuk bersumpah dan akan memberikan kesaksian sedangkan ia tidak diminta kesaksiannya. Ingatlah tidaklah sekali-kali seorang laki-laki bersepi sepian dengan seorang wanita (yang bukan muhrimnya), kecuali yang ketiganya itu syaitan, maka wajib atas kamu ber-Jama’ah dan jauhilah ber-firqoh-firqoh karena sesungguhnya syaitan itu berserta orang yang sendirian dan dia akan menjauh dari dua orang. Barangsiapa yang menginginkan bangunan di syurga, maka hendak lah menetapi Al-Jama’ah dan barangsiapa yang kebaikannya menjadikan ia gembira dan kejelekkannya menjadikan ia sedih maka itulah tanda orang yang beriman.” (HR.At-Tirmidzi dari Umar bin Al-Khattab, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Fitan:IV/404 No.2165 dan Ahmad, Musnad Ahmad:I/18, Lafadz At-Tirmdzi)<br />
<br />
<br />
I. Periodisasi Masa Kekhilafahan<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(26) تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّيَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِالنُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَاللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُأَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًاجَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَأَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ<br />
<br />
(26) ”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/273, Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih hal 461. Lafadz Ahmad).<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(27) الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ ثُمَّ قَالَوَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ خِلاَفَةَعَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّبَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ فِيهِمْ قَالَ كَذَبُوا بَنُوالزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ الْمُلُوكِ<br />
<br />
(27) “Masa pada ummatku itu tiga puluh tahun kemudian setelah itu masa kerajaan. Kemudian Safinah berkata kepadaku: peganglah kekhalifahan Abu Bakar, kekhalifahan Umar, kekhalifahan Utsman dan kekhalifahan Ali. Maka aku dapatinya masa kekhalifahan itu tiga puluh tahun, Said berkata: “Saya bertanya kepadanya, sesungguhnya Bani Umayyah mengaku bahwa masa kekhalifahan itu ada pada mereka.” Ia berkata: “Banu Zurqo telah berdusta bahkan mereka itu para raja dari seburuk-buruk raja.” (HR.At Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Fitan:IV/436 No.2226 dan Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:IV/211 No.4646, Lafadz At-Tirmidzi)<br />
<br />
<br />
BAB II.<br />
<br />
<br />
IMAROH/KEPEMIMPINAN<br />
<br />
( Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin )<br />
<br />
<br />
A. Ta’rif<br />
<br />
<br />
1. Ma’na menurut Bahasa<br />
<br />
<br />
Menurut bahasa “imaam” adalah: “Seorang pemimpin atau lainnya yang diikuti baik laki-laki maupun perempuan.” (Muhitul Muhit:I/16)<br />
<br />
Sedang ma’na “khalifah” menurut bahasa adalah: “Seorang yang menggantikan kedudukan orang lain.” (Muhitul Muhit:I/250)<br />
<br />
<br />
2. Ma’na menurut Istilah<br />
<br />
<br />
“Imaam” adalah: “Pengganti rasul yang menegakkan Ad-dien (Islam).” (Muhitul Muhit:I/16)<br />
<br />
“Khalifah” adalah: “Imaam yang tidak ada di atasnya lagi seorang Imaam.” (Muhitul Muhit:I/250)<br />
<br />
“Amirul Mu’minin” adalah: “Gelar (laqob) bagi Khalifah.” (Mu’jamul Washit:I/26)<br />
<br />
Imaam, Khalifah, Amirul Mu’minin adalah kalimat sinonim (mengandung pengertian yang sama).<br />
<br />
<br />
B. Perintah Mengangkat seorang Amir<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(28) لاَ يَحِلُّ أَنْ يَنْكِحَ الْمَرْأَةَ بِطَلاَقِ أُخْرَى وَلاَ يَحِلُّلِرَجُلٍ أَنْ يَبِيعَ عَلَى بَيْعِ صَاحِبِهِ حَتَّى يَذَرَهُ وَلاَ يَحِلُّلِثَلاَثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ إِلاَّ أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْوَلاَ يَحِلُّ لِثَلاَثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلاَةٍ يَتَنَاجَى اثْنَانِدُونَ صَاحِبِهِمَا<br />
<br />
(28) “Tidak halal untuk menikahi seorang wanita dengan talak orang lain, tidak halal seseorang membeli barang yang sedang dibeli oleh kawannya sehingga ia meninggalkannya, tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah kecuali mereka mengangkat salah seorang dari mereka menjadi amir (pemimpin), dan tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu tempat berbisik dua orang tanpa dengan kawan yang satunya.” (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amr)<br />
<br />
<br />
C. Perintah Mentaati Ulil Amri<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(29) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيْعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَوَأُوْلِي اْلأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَىاللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ ذَلِكَخَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً (النساء:59)<br />
<br />
(29) “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kamu, maka jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembali kanlah kepada Allah dan Rasul jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Yang demikian itu adalah yang lebih baik dan sebaik baiknya penyelesaian.” (QS.An-Nisa:59)<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(30) اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّكَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ<br />
<br />
(30) “Dengarkanlah dan taatilah sekalipun yang memimpin kamu seorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis.” (HR.Al-Bukhari dari Anas bin Malik, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, dan Muslim Shahih Muslim: II/130. Lafadz Al Bukhari)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(31) مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْعَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَىأَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي (وفى رواية لإبن ماجة ): وَ مَنْأَطَاعَ اْلإِمَامَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى اْلإِمَامَ فَقَدْعَصَانِي<br />
<br />
(31) “Barangsiapa yang taat kepadaku, maka sungguh ia taat kepada Allah dan barangsiapa yang memaksiati aku maka sungguh ia telah memaksiati Allah. Barangsiapa yang mentaati amirku maka sungguh ia telah mentaati aku dan barangsiapa yang memaksiati amirku maka sungguh ia telah memaksiati Aku.” (HR.Al-Bukhari dari Abi Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/77. Dalam Riwayat Ibnu Majah): “Dan barangsiapa yang mentaati imam maka sungguh ia telah mentaatiku dan barang siapa yang memaksiati imam maka sungguh ia telah memaksiatiku.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah dalam bab Tha’atul Imam: II/201)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(32) مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَكَرِهَهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ لَيْسَأَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَيَمُوتُ إِلاَّ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً<br />
<br />
(32) “Barangsiapa yang melihat amirnya melaksanakan sesuatu yang ia membencinya maka hendaklah ia bersabar, karena sesungguhnya tidaklah seseorang itu memisahkan diri dari Al-Jama’ah walaupun sekedar sejengkal, lalu ia mati kecuali ia mati laksana kematian Jahiliyyah.” (HR.Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, Ad-Darimi:, Sunan Ad-Darimi: II/241)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(33) كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَنَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُفَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ<br />
<br />
(33) “Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau bersabda: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguhnya Allah akan menanyakan apa yang digembalakannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitab Bad’ul Khalqi: IV/206)<br />
<br />
<br />
D. Batas Ketaatan terhadap Ulil Amri<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(34) إِنْ أُمِرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ مُجَدَّعٌ فَاسْمَعُوْا لَهُوَأَطِيْعُوْا مَا قَادَكُمْ بِكِتَابِ<br />
<br />
(34) “Sekalipun kamu dipimpin oleh seorang budak Habsyi yang rumpung hidungnya, wajib kamu mendengar dan mentaatinya selama ia memimpin kamu dengan Kitabullah.” (HR.Ibnu Majah dari Ummul Hushain dalam bab Tha’atul Imam: II/201, Muslim, Shahih Muslim: II/130, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/181 No.1706. Lafadz Ibnu Majah)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(35) سَيَلِي أُمُورَكُمْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَوَيَعْمَلُونَ بِالْبِدْعَةِ وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا فَقُلْتُيَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُهُمْ كَيْفَ أَفْعَلُ قَالَ تَسْأَلُنِي يَا ابْنَأُمِّ عَبْدٍ كَيْفَ تَفْعَلُ لاَ طَاعَةَ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ<br />
<br />
(35) “Akan memimpin kepadamu setelahku orang-orang yang mematikan sunnah melaksanakan bid’ah dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, jika aku mendapati mereka bagaimana aku harus berbuat?” Beliau bersabda: “Kamu bertanya kepadaku wahai Ibnu Ummi abdin tentang bagaimana kamu harus berbuat, maka tidak ada ketaatan pada seseorang yang memaksiati Allah.” (HR.Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan Ibnu Majah dalam bab Laa Tha’ata fi Ma’shiyatillah: II/202)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(36) السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّوَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلاَطَاعَةَ<br />
<br />
(36) “Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam hal yang ia sukai maupun yang dibenci kecuali apabila diperintah dengan maksiat. Maka jika diperintah dengan maksiat janganlah didengar dan ditaati.” (HR.Al-Bukhari dari Ibnu Umar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, Muslim, Shahih Muslim: II/131, At-Tirmidzi: IV/182 No.1707. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
E. Ulil Amri sebagai Sentral Keputusan Permasalahan Ummat<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(37) وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ اْلأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِوَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي اْلأَ مْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُالَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُلاَتَّبَعْتُمْ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً{النساء:83}<br />
<br />
(37) “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (diantaramu).” (QS.An Nisa:83)<br />
<br />
<br />
F. Kriteria Pemimpin yang Mendapat Petunjuk<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(38) وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوابِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ{السجدة:24}<br />
<br />
(38) “Dan Kami jadikan di antara mereka itu Imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS.As-Sajadah:24)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(39) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَالْخَيْرَاتِ وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَاعَابِدِينَ{الأنبياء:73}<br />
<br />
(39) “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai Imam-imam yang memberi petunjuk kepada perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah.” (QS.Al-Anbiya:73)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(40) وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِلَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي اْلأَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْوَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمْ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِخَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَبَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْفَاسِقُونَ{النور:55}<br />
<br />
(40) “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-KU dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.An-Nur:55)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(41) إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةًيَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ<br />
<br />
(41) “Sesungguhnya kamu akan berebut dalam hal kepemimpinan dan kamu akan menyesalinya pada hari Qiyamat, maka yang paling baik adalah yang mau menyusui (pemimpin yang menunaikan kewajiban-kewajibannya) dan yang paling buruk adalah yang menyapihnya (tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya).” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/79, An-Nasai, Sunan An-Nasai:VII/762 Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(42) خِيَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَعَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمِ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْوَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِأَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصّلاَةَوَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَتَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ<br />
<br />
(42) “Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu sukai dan kamu suka kepada mereka, mereka mendoakan kamu dan kamu mendo,akan mereka. Sedang sejelek-jelek pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka benci kepada kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu. Ditanyakan: “Ya Rasulullah, apakah tidak kami penggal mereka itu dengan pedang?” Beliau bersabda: “Tidak, selama mereka menegakkan shalat bersama kamu, maka jika kamu melihat pemimpinmu melaksanakan sesuatu yang kamu membencinya, maka bencilah amalannya dan janganlah kamu melepaskan tangannya dari ketaatan.” (HR.Muslim dari Auf bin Malik, Shahih Muslim dalam Kitabul Imarah: II/137, Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi: III/324 Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(43) مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَةٍ إِلاَّكَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِوَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَاللَّهُ تَعَالَى<br />
<br />
(43) “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi dan tidak pula mengangkat seorang khalifah kecuali dijadikan baginya dua pembantu, pembantu yang memerintahkan dengan kebaikan dan mendorong dengan kebaikan dan pembantu yang memerintah kan dengan keburukan dan mendorongnya untuk berbuat keburukan tersebut. Maka orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah.” (HR.Al Bukhari dari Abi Said Al-Khudri, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/95, An-Nasai, Sunan An-Nasai: VII/158 Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(44) إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِاْلأَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْنَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَجَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ<br />
<br />
(44) “Apabila Allah hendak menjadikan amir itu baik, maka Allah memberikan pembantu yang jujur, jika amir itu lupa ia mengingatkannya, jika amir itu ingat ia membantunya. Tetapi jika Allah hendak menjadikan amir itu buruk, maka Allah memberikan baginya pembantu yang buruk, jika amir itu lupa ia tidak mengingatkannya dan jika amir itu ingat ia tidak membantunya.” (HR.Abu Dawud dari Aisyah Radhiallahu anha, Sunan Abu Dawud:III/131)<br />
<br />
<br />
G. Larangan Meminta Kepemimpinan<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(45) يَا عَبْدَالرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَلاَ تَسْأَلِ اْلإِمَارَةَ فَإِنْأُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِمَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَاخَيْرًا مِنْهَا فَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ<br />
<br />
(45) “Ya Abdurrahman bin Samuroh, janganlah kamu meminta kepemimpinan, maka jika kamu diberinya atas suatu permintaan, kamu akan dibebaninya, tetapi jika kamu diberinya bukan atas permintaanmu kamu akan dibantu. Dan jika kamu telah bersumpah atas sesuatu kemudian kamu melihat pada yang lebih baik maka laksanakanlah yang baik itu dan tebuslah sumpahmu.” (HR.Al-Bukhari dari Samuroh bin Jundub, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam:IX/79, Muslim, Shahih Muslim:II/133, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:III/130 Lafadz Al Bukhari)<br />
<br />
<br />
Abu Musa Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(46) دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَاوَرَجُلاَنِ مِنْ قَوْمِي فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ أَمِّرْنَا يَا رَسُولَاللَّهِ وَقَالَ اْلآخَرُ مِثْلَهُ فَقَالَ إِنَّالاَ نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلاَمَنْ حَرَصَ عَلَيْهِ<br />
<br />
(46) “Saya dan dua orang dari kaumku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka salah seorang dari keduanya berkata: “Ya Rasulullah, jadikanlah kami sebagai amir.” Dan yang lainnya pun berkata demikian. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya kami tidak memberikan keamiran ini kepada seseorang yang memintanya dan yang menginginkannya (ambisi).” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80)<br />
<br />
<br />
Abu Dzar Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(47) يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَىمَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَايَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّىالَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا<br />
<br />
(47) “Ya Rasulullah alangkah baiknya engkau memberikan kepemimpinan kepadaku.” Beliau memukul pundakku seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu itu lemah dan kepemimpinan itu adalah amanat, di hari Qiyamat kelak akan menjadi kesedihan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambil hak kepemimpinannya dan melaksanakan kewajibannya.” (HR.Muslim, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/124)<br />
<br />
<br />
H. Ancaman Membela seorang Pemimpin yang berbuat Maksiat dan Pahala Menasehatinya<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(48) إِنَّهُ سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ مَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْوَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَبِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْعَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ<br />
<br />
(48) “Sesungguhnya akan ada sesudahku beberapa pemimpin, barangsiapa yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu kedzalimannya maka aku bukan dari golongannya dan dia tidak akan melewati telaga (kelak di akhirat). Dan barang siapa yang tidak membenarkan kedustaan mereka serta tidak menolong kedzalimannya maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya dan dia akan melewati telaga (di akhirat).” (HR.An-Nasai dari Ka’ab bin Hujrah, Sunan An-Nasai dalam Bab Dzikrul Wa’ied liman a’ana amiron ‘aladz dzulmi: VII/160)<br />
<br />
<br />
Thoriq bin Shihab Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(49) أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْوَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّعِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ<br />
<br />
(49) “Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau dalam keadaan sedang meletakkan kaki pada kendaraannya: “Jihad manakah yang paling utama?” beliau menjawab: “Perkataan yang benar dihadapan pemimpin yang lacur.” (HR.An-Nasai, Sunan An-Nasai:VII/161)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(50) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًايَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْتَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْوَلاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِوَكَثْرَةَ السُّؤَالِ<br />
<br />
(50) “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu berpegang teguh dengan tali Allah seraya ber-Jama’ah dan janganlah kamu ber-firqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak berfaidah).” (HR.Ahmad dari Abi Hurairah, Musnad Abi Hurairah dan Muslim, II/61)<br />
<br />
I. Larangan Menyerahkan Kepemimpinan kepada seorang Wanita<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(51) لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً<br />
<br />
(51) “Suatu kaum tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika mereka menyerahkan kepemimpinannya kepada seorang wanita.” (HR. Al-Bukhari dari Abi Bakrah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/70)<br />
<br />
<br />
J. Ancaman terhadap Pemimpin yang Khianat<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(52) مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَغَاشٌّ لَهُمْ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ<br />
<br />
(52) “Tidaklah dari seorang pemimpin yang menggembala kaum muslimin, lalu ia mati dalam keadaan menipu (curang) kepada mereka, kecuali Allah akan mengharamkan syurga baginya.” (HR. Al Bukhari dari Ma’qil bin Yasar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/80, Muslim, Shahih Muslim II/125. Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(53) إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُمَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُمَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ<br />
<br />
(53) “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah kelak pada hari kiyamat dan yang paling dekat tempat duduknya adalah imam yang adil dan manusia yang paling dibenci oleh Allah kelak pada hari kiyamat dan paling jauh tempat duduknya adalah imam yang dzalim.” (HR.At-Tirmidzi dari Abi Said, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Ahkam: II/617 No.1329)<br />
<br />
<br />
K. Pahala bagi Imaam yang Adil<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(54) سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُمُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِوَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍفَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَاحَتَّىلاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًافَفَاضَتْ عَيْنَاهُ<br />
<br />
(54) “Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaungi mereka pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah, yaitu: Imam yang adil, pemuda yang rajin beribadat, orang yang hatinya selalu bergantung pada masjid, dua orang yang saling kasih sayang karena Allah keduanya berkumpul dan berpisah hanya karena Allah, orang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan dan cantik maka menolak dan berkata: ”Saya takut kepada Allah,” orang yang sedekah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya dan orang yang berdzikir kepada Allah pada saat-saat yang sepi hingga mencucurkan air mata.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitabuz Zakah: II/138, Muslim, Shahih Muslim I/412)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(55) ثَلاَثَةٌلاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإِمَامُالْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُلَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَحِينٍ<br />
<br />
(55) “Tiga orang yang tidak ditolak do’anya yaitu: Orang yang shaum ketika berbuka, imam yang adil dan do’anya orang yang teraniaya. Allah akan mengangkat permohonannya di atas mega dan dibukakan baginya pintu langit. Tuhan berfirman: “Demi Keagungan-KU niscaya aku akan menolong sekalipun setelah beberapa waktu.” (HR. At-Tir midzi dari Abu Hurairah, Sunan At-Tirmidzi no: 3592)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(56) إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْأَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْيَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ<br />
<br />
(56) “Imam itu adalah pelindung (tameng), maka seseorang itu berperang dan mempertahankan diri di belakangnya. Kalau ia memerintahkan bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan bersikap adil, niscaya dia mendapatkan pahala kerenanya, tetapi jika dia memerintahkan dengan selain itu, maka dia akan mendapat dosa karenanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132)<br />
<br />
<br />
L. Pertanggung Jawaban Seorang Pemimpin<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(57) أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَاْلإِمَامُالَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُرَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُرَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْوَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَفَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ<br />
<br />
(57) “Ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya, maka Imaam yang memimpin manusia adalah pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas keluarga rumah tangganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan perempuan (isteri) adalah pemimpin atas harta suaminya dan anaknya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Ketahuilah maka setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR.Al Bukhari dari Ibnu Umar, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/77, Muslim, Shahih Muslim:II/125, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:II/130 dan At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/180. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
M. Profesionalisme Pemberian Amanat<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(58) إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَإِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِفَانْتَظِرِ السَّاعَةَ<br />
<br />
(58) “Apabila amanat itu disia-siakan maka tunggulah kehancurannya, seseorang bertanya:” Ya Rasulullah, bagaimanakah penyia-nyiaanya?” Beliau bersabda: “Apabila sesuatu urusan diberi kan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kerusakannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabud Da’wat: VIII/129)<br />
<br />
<br />
BAB III.<br />
<br />
<br />
B A I ’ A T<br />
<br />
<br />
A. Ta’rif<br />
<br />
<br />
Bai’at menurut bahasa adalah “janji” (Muhithul Muhith:I/64). Adapun menurut istilah adalah “Mengikat janji atas sesuatu seraya berjabatan tangan sebagai tanda kesempurnaan perjanjian tersebut dan keikhlasannya. Bai’at pada periode pertama Islam yang ketika itu mereka membai’at khalifah dengan memegang tangan orang yang mereka serahi kekhilafahan, sebagai tanda penerimaan mereka kepadanya dan sebagai janji untuk mentaatinya dan menerima kepemimpinannya.” (Muhithul Muhith I/64)<br />
<br />
<br />
B. Pahala Melaksanakan Bai’at dan Menepatinya<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(59) إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَأَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَاعَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا {الفتح:10}<br />
<br />
(59) “Sesungguhnya orang-orang yang berbai’at kepadamu sesungguhnya mereka berbai'at kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang mengingkari bai’atnya niscaya akibat pelanggarannya akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa yang menepati bai’atnya, maka Allah akan memberikan pahala yang besar.” (QS.Al Fath:10)<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(60) إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنْ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّلَهُمْ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَوَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ واْلإِنْجِيْلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْأَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنْ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمْ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِوَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ{التوبة :111}<br />
<br />
(60) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi ) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati bai'at nya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Tau bah:111)<br />
<br />
<br />
C. Ancaman tidak Berbai’at dan Mengkhianati Bai’atnya<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(61) مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَحُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةًجَاهِلِيَّةً<br />
<br />
(61) “Barangsiapa melepas tangan dari taat akan bertemu dengan Allah pada hari kiyamat dengan tidak punya alasan. Dan barangsiapa mati sedang tidak ada ikatan bai’at pada lehernya maka ia mati seperti matinya orang jahiliyah.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Umar, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/136)<br />
<br />
Yang dimaksud “seperti mati Jahiliyah” adalah kematian dalam kesesatan, perpecahan dan tidak mempunyai imam yang ditaati. (Hamisy Shahih Muslim II/136)<br />
<br />
<br />
D. Berbai’at Karena Dunia<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(62) ثَلاَثَةٌلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْعَذَابٌ أَلِيمٌ رَجُلٌ عَلَى فَضْلِ مَاءٍ بِالطَّرِيقِ يَمْنَعُ مِنْهُ ابْنَالسَّبِيلِ وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًالاَ يُبَايِعُهُ إلاَّ لِدُنْيَاهُ إِنْ أَعْطَاهُ مَايُرِيدُ وَفَى لَهُ وَإِلاَّ لَمْ يَفِ لَهُ وَرَجُلٌ يُبَايِعُ رَجُلاً بِسِلْعَةٍبَعْدَ الْعَصْرِ فَحَلَفَ بِاللَّهِ لَقَدْ أُعْطِيَ بِهَا كَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُفَأَخَذَهَا وَلَمْ يُعْطَ بِهَا<br />
<br />
(62) “Tiga macam orang yang Allah tidak akan berkata kata kepada mereka pada hari kiyamat dan tidak akan membersihkan (memaafkan), dan bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka itu adalah: 1) Orang yang mempunyai kelebihan air di tengah jalan tetapi menolak permintaan orang yang dalam keadaan bepergian, 2) Orang yang berbai’at pada seorang imam, tetapi tidaklah ia berbai’at kecuali karena dunia, jika diberi menepati bai’atnya dan jika tidak diberi (ditolak tuntutannya) ia tidak menepatinya, 3) Orang yang menjual barang pada orang lain setelah ‘Ashar dan bersumpah dengan nama Allah, sungguh akan diberikan dengan ketentuan begini dan begini, lalu ia membenar kannya dan hendak mengambilnya, tetapi ia tidak memberikannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/99, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204, At-Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi IV/128 No: 1595. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
E. Kewajiban Menepati Bai’at<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
(63) يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْلاَ يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلاَ يَسْرِقْنَ وَلاَ يَزْنِينَ وَلاَ يَقْتُلْنَأَوْلاَدَهُنَّ وَلاَ يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّوَلاَ يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّاللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ{الممتحنة:12}<br />
<br />
(63) “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan perempuan yang beriman untuk mengadakan bai'at setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak anaknya, tidak akan berdusta yang mereka ada adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dengan urusan yang baik, maka terimalah bai'at setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al-Mumtahanah:12)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(64) كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَنَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُقَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْحَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ<br />
<br />
(64) “Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.”(HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)<br />
<br />
Ubadah bin Shomit Radliallahu ‘anhu berkata:<br />
<br />
(65) بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَىالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ اْلأَمْرَأَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّالاَ نَخَافُ فِياللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ<br />
<br />
(65) “Kami berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan semangat ataupun lemah (berat), dan untuk tidak menentang perintah kepada ahlinya serta untuk menegakkan (kebenaran) atau berkata dengan benar di manapun kami berada, tidak takut dalam membela agama Allah dari celaan orang-orang yang mencelanya.” (HR. Al Bukhari dari Ubadah bin Shamit, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/96, Muslim, Shahih Muslim: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/202, An-Nasai, Sunan An-Nasai VII/137-138. Lafadz Al-Bukhari)<br />
<br />
<br />
F. Dua Orang Dibai’at menjadi imaam dalam Satu Masa<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(66) إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا<br />
<br />
(66) “Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang terakhir).” (HR. Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/137)<br />
<br />
<br />
G. Cara Melaksanakan Bai’at<br />
<br />
<br />
1). Bagi Muslimin<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(67) وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِفَلْيُطِعْهُ إِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَالْآخَرِ<br />
<br />
(67) “Dan barangsipa membai’at imam dengan berjabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukullah leher orang tersebut.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasai VII/153-154. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
2). Bagi Muslimat<br />
<br />
(68) عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْمَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةًقَطُّ إِلاَّ أَنْ يَأْخُذَ عَلَيْهَا فَإِذَا أَخَذَ عَلَيْهَا فَأَعْطَتْهُ قَالَاذْهَبِي فَقَدْ بَايَعْتُكِ<br />
<br />
(68) “Dari ‘Urwah bahwasanya ‘Aisyah menceritakan kepadanya tentang bai’atnya kaum wanita, ia berkata: “Tidaklah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menyentuh seorang wanita (yang bukan muhrimnya) dengan tangannya sedikitpun, apabila kaum wanita telah mengikrarkan bai’atnya, beliau menerimanya, lalu bersabda: “Pergilah sungguh saya telah menerima bai’atmu.” (HR. Muslim, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/142. Al Bukhari, Shahih Al-Bukhari IX/99, Abu Dawud, Sunan Abu dawud II/133. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
(69) إِنِّي لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ إِنَّمَا قَوْلِي لِمِائَةِ امْرَأَةٍ كَقَوْلِيلاِمْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ أَوْ مِثْلُ قَوْلِي لاِمْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ<br />
<br />
(69) “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita (yang bukan muhrimnya), maka sesungguhnya ucapanku (dalam menerima bai’at) bagi seratus wanita itu sebagaimana ucapanku bagi seorang wanita.” (HR. An-Nasai dari Umayyah binti Rufaiqah, Sunan An-Nasai dalam Kitabul bai’ah: VII/149, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi IV/149 No: 1597)<br />
<br />
<br />
H. Bai’at Anak yang Belum Baligh<br />
<br />
<br />
Hirmasy bin Ziyad berkata:<br />
<br />
(70) مَدَدْتُ يَدِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَاغُلاَمٌ لِيُبَايِعَنِي فَلَمْ يُبَايِعْنِي<br />
<br />
(70) “Saya mengulurkan tangan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam supaya beliau mem bai’atku, pada waktu itu saya masih kecil, maka beliau tidak membai’atku.” (HR. An-Nasai, Sunan An-Nasai dalam Kitabul Bai’ah: VII/150)<br />
<br />
(71) عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ هِشَامٍ وَكَانَ قَدْ أَدْرَكَ النَّبِيَّ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَتْ بِهِ أُمُّهُ زَيْنَبُ بِنْتُ حُمَيْدٍ إِلَىرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِبَايِعْهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ صَغِيرٌفَمَسَحَ رَأْسَهُ وَدَعَا لَهُ وَكَانَ يُضَحِّي بِالشَّاةِ الْوَاحِدَةِ عَنْجَمِيْعِ أَهْلِهِ<br />
<br />
(71) “Dari Abdullah bin Hisyam, dia telah berjumpa dengan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Ibunya yaitu Zainab binti Humaid pergi bersamanya untuk mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, lalu ia berkata: “Ya Rasulullah, terimalah bai’atnya.” Maka beliau bersabda: “Dia masih kecil,” seraya mengusap kepala nya dan mendo’akannya, beliau menyembelih kambing satu untuk semua keluarganya.” (Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/98)<br />
<br />
— Wallahu 'Alam Bisshawab –<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-30093722702135149632015-04-14T02:11:00.001-07:002015-04-16T08:24:43.414-07:00Du'at Ala Abwabi Jahannam<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Sebuah catatan: By Agus Zainal Asikin</span><br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /></span>
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br />
</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Malgun Gothic"; mso-fareast-language: KO;">H</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Malgun Gothic"; mso-fareast-language: KO;">ampir
lima tahun diskusi lewat Internet Medsos Face Book terutama dengan ikhwan Jama’ah
Khilafatul Muslimin dsb membahas tentang Al Jama’ah atau Khilafah,Bahwa Al Jama’ah
atau Khilafah itu sudah terwujud kembali tahun 1953 sejak di bae’atnya Imaam
Wali Al Fattah, tinggal bagaimana kita memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya,
Namun dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal serta dibuat-buat dan dicari
kekurangan dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Bahwasanya Jama’ah Khilafatul
Muslimin <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menolak keberadaan Jama’ah
Muslimin (Hizbullah) sebagi wujud <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafah
‘Alaa Minhajin Nubuwwah”</i>, karna Imaam pertama Bapak Wali Al Fattah pernah bekerja
sebagai Biro Politik di masa Soekarno,Dan ikhwan Jama’ah Khilafatul
Muslimin menganggap saya dari <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jama’ah
Muslimin (Hizbullah) itu ngotot,ngeyel dsb, Sebenarnya yang ngotot,ngeyel dsb
itu bukan saya atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Melainkan ikhwan dari Jama’ah
Khilafatul Muslimin,yang keras merasa apa yang telah mereka usahakan adalah di dalam
Manhaj kebenaran,walaupun sebenarnya dalam Manhaj yang salah dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keliru karna tidak ada dalil perintah Iltizam
di dalam Khilafatul Muslimin.<br />
</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br /><br />
B</span>agaimana mungkin saya akan meninggalkan Al Jama’ah ini atau<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> Jama’ah Muslimin (Hizbullah) </b>setelah
Hidayah dan keterangan itu datang?, Ini masalah aqidah yang sangat prinsif dan seandainya
saya meninggalkan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jama’ah Muslimin
(Hizbullah)</b> dan menyambut seruan organisasi seperti <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Khilafatul Muslimin</b> dsb itu sama halnya mereka mengajak saya masuk <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“kepintu-pintu Jahannam”</i> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan saya bertekuk lutut didalam Neraka
Jahannam, padahal saya sudah mendapati keterangan bahwa tidak ada dalil
perintah Iltizam baik fii <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Khilafatul
Muslimin</b> dsb, walaupun <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Khilafatul
Muslimin</b> mengklaim sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafah ‘Alaa
Minhajin Nubuwwah”</i> karna di belakangnya memakai kalimat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafatul” </i>dan pemimpinnya dengan
sebutan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khalifah/Amirul Mu’minin”</i> karna
baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah maupun Ijma para Shahabat tidak di
dapati keterangan perintah Iltizam fii Khilafatul Muslimin maupun organisasi
lainnya, selain Jama’atul Muslimin wa Imamahum ini fitrah dan Sunnah.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">S</span>ebagaimana
percakapan Hudzaifah Ibnul Yaman dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
yang mana Hudzaifah ini sangat Khawatir apa yang akan di alami Ummat Islam kelak
setelah berakhirnya masa kenabian, Padahal Hudzaifah Ibnul Yaman hidup di zaman
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Namun kekhawatirannya mendorong ia
bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan <span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">H</span>udzaifah
Ibnul Yaman Radliallahu ‘anhu berkata: </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَانَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النَّاسُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَسْأَلُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَسُولَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صَلَّى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَيْهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَلَّمَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَكُنْتُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَسْأَلُهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الشَّرِّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَخَافَةَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُدْرِكَنِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَقُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَسُولَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُنَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَاهِلِيَّةٍ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَشَرٍّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَجَاءَنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِهَذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَهَلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هَذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَرٍّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَعَمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَهَلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الشَّرِّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَيْرٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَعَمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَفِيهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دَخَنٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دَخَنُهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَوْمٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَهْدُونَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِغَيْرِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هَدْيِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَعْرِفُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْهُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُنْكِرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَهَلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَرٍّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَعَمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دُعَاةٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَبْوَابِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَهَنَّمَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَجَابَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَيْهَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَذَفُوْهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِيهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَسُولَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صِفْهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جِلْدَتِنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَيَتَكَلَّمُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِأَلْسِنَتِنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَأْمُرُنِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَدْرَكَنِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَلْزَمُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَمَاعَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُسْلِمِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِمَامَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَكُنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَمَاعَةٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلاَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِمَامٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاعْتَزِلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تِلْكَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْفِرَقَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُلَّهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَوْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَعَضَّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِأَصْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَجَرَةٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حَتَّى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُدْرِكَكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمَوْتُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَأَنْتَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> .</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Adalah orang-orang
(para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir
kejahatan itu menimpa diriku, maka <br />
<br />
- saya bertanya:“Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam
Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan
ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? <br />
- Rasulullah menjawab: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Benar!”</i> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><br />
- Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? <br />
- Rasulullah menjawab: <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“</b><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan
(dakhon).” </i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br />
</b>- Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” <br />
- Rasulullah menjawab: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Yaitu orang-orang
yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum
yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk
bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.”<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> </b></i>- Aku bertanya: “Apakah sesudah
kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” <br />
- Rasulullah menjawab: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Ya, yaitu adanya
penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti
ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.”</i> <br />
- Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada
kami.” <br />
- Rasululah menjawab: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Mereka itu dari
kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” <br />
</i>- Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku
menjumpai keadaan yang demikian?” <br />
- Rasulullah bersabda: <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan
Imaam mereka !”</i> <br />
</b>- Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” <br />
- Rasulullah bersabda: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Hendaklah engkau
keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit
akar kayu hingga kematian menjum paimu, engkau tetap demikian.”<br />
</i><br />
(HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih
Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br />
S</span>ebagaimana keterangan Hadits diatas bahwa yang dimaksud dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Mereka itu dari kulit-kulit kita dan
berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.”,</i> Mereka beragama Islam,mereka
mengerjakan sholat,shaum,zakat,menunaikan haji dan mereka juga membaca Al Qur’an,namun
hakekatnya mereka sudah bergeser dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, yaitu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membuat-buat nama organisasi yang tidak ada contoh
dari Allah dan Rasul-Nya yang sekilas mirip syari’at padahal bukan. Sehingga
ketika tidak di dapati Jama’ah Muslimin dan Imam Mereka maka wajib <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“fa’tazil tilqal firaqa kullaha,,,!”</i> Namun
apabila sudah ada Jama’ah Muslimin dan Imam Mereka maka wajib iltizam di
dalamnya seraya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“istiqomah”</i> <br />
<br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br />
I</span>nilah sebabnya saya, khususnya <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jama’ah
Muslimin (Hizbullah)</b> bertahan dan mempertahankan bai’at yang pertama bukan
karena ego maupun ambisi melainkan karena <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengikuti yang dicontohkan oleh Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jama’ah
Muslimin”</i> penjelasannya dari lisan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
begitu juga dengan “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Khilafah ‘Alaa
Minhajin Nubuwwah”</i> penjelasannya juga dari lisan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jika kita masih mengakui Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi akhir zaman yang kita harap
syafa’atnya di hari kiamat kelak kenapa kita enggan menerima penjelasan dari
lisan Rasulullah dan bahkan membantah serta mencelanya?<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">R</span>asulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَانَتْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَنُو</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِسْرَائِيلَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَسُوسُهُمُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْأَنْبِيَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُلَّمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هَلَكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَلَفَهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لاَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَتَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خُلَفَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكْثُرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَأْمُرُنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِبَيْعَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلأَوَّلِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاْلأَوَّلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَأَعْطُوهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حَقَّهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَائِلُهُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَمَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اسْتَرْعَاهُمْ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal
seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada
Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak,
sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab:
”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berikan pada
mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang
diamanatkan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih
Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204.
Lafadz Muslim)<br />
</i><br />
<br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">R</span>asulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَايَعَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِمَامًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَأَعْطَاهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صَفْقَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَدِهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَثَمَرَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَلْبِهِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيُطِعْهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اسْتَطَاعَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">آخَرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُنَازِعُهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاضْرِبُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عُنُقَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْآخَرِ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan barangsipa
membai’at imam dengan berjabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia
mentaatinya semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukul
lah leher orang tersebut.”</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(HR.
Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh:
II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasai
VII/153-154. Lafadz Muslim)<br />
<br />
</i><br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">S</span>ebagaimana
penjelasan dua Hadits diatas, Sangat jelas dan tegas apabila terjadi banyak
Khalifah maka yang datang belakangan wajib untuk <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Menepati bai’at Yang Pertama”</i> ,Dan apabila kita enggan untuk
menepatinya,Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak yang akan menanyakan hal apa
yang di amanatkan dalam kepemimpinannya,Karena tidak di benarkan dalam satu
masa atau zaman ada dua kepemimpinan Muslimin secara bersamaan, lain halnya
dengan kepala Negara atau Perdana Mentri yang boleh banyak <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>karena ia mempunyai batas-batas Negara,
Sementara Islam atau Al Jama’ah itu tidak mempunyai batas teritorial<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ia Sifatnya Universal <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Rahmatan Lil Alamin”<br />
<br />
</i><br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">R</span>asulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بُويِعَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِخَلِيفَتَيْنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاقْتُلُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْآخَرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْهُمَا</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu
masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang terakhir).” (HR.
Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/137)<br />
<br />
</i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">k</span>ata
bunuh Hadits diatas adalah bunuh dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Hujjah”</i>,
Adapun bai’at yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sudah di amalkan oleh
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“tidak dapat dibatalkan !”</i></b>
terkecuali sudah ada yang lebih dahulu mengamalkan Syari’at<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jama’ah dan Imamah, Apabila sudah ada yang
mengamalkan Syari’at Jama’ah dan Imamah sebelum Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
yang di tetapi kembali pada tahun 1953, Maka Imaam dan seluruh Ma’mum Jama’ah
Muslimin (Hizbullah) siap Masbuk bergabung dengan Jama’ah Muslimin yang lebih
awal diamalkan, Hal ini sudah dijelaskan dan di tegaskan oleh Imaam pertama Jama’ah
Muslimin (Hizbullah) Wali Al Fattah (alm) <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Jama’ahnya
harus satu dan Imaam-khalifahnya juga harus satu”</i><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">L</span>alu
bagaimana dengan Organisasi Khilafatul Muslimin <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Abdul Qadir Hasan Baraja</b>, Daulatul Ismiyyah Melayu (DIM) <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Muhammad Daudi Sulaiman</b> ,dan Islamic
State of Iraq dan Syam (ISIS) <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Abu Bakar
Al bagdady</b> tentang penjelasan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
tersebut?<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَقُلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْحَقُّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَبِّكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيُؤْمِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيَكْفُرْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَعْتَدْنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِلظَّالِمِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَارًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَحَاطَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِهِمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سُرَادِقُهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَسْتَغِيثُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُغَاثُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِمَاءٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَالْمُهْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَشْوِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْوُجُوهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِئْسَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الشَّرَابُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَاءَتْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُرْتَفَقًا</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan katakanlah
kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman)
maka hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir maka biarkanlah ia
kafir. Sesungguhnya telah kami sediakan bagi orang-orang yang zholim itu
neraka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan
air seperti besi yang mendidih, yang menghanguskan muka; itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (3. Q.S. Al-Kahfi : 29)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-58971900082427966702015-04-13T03:06:00.007-07:002020-09-09T04:44:15.698-07:00Saling Mengklaim Sebagai Khilafah 'Alaa Minhajin Nubuwwah<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRLRz7mf8gTR3sy6TuvsuOtvTFeJjDl3lojvTpAuhjfmHkCHRwedcMYJgY6xBhyphenhyphenSG3jz-8I5biFF5yMRCTAMD0W4g5AeHIodwZLTYO2Lx19NFg8TooyzpZPTRMR0eha01Sngys-GeT-z8/s480/FB_IMG_15996342406856689.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="406" data-original-width="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRLRz7mf8gTR3sy6TuvsuOtvTFeJjDl3lojvTpAuhjfmHkCHRwedcMYJgY6xBhyphenhyphenSG3jz-8I5biFF5yMRCTAMD0W4g5AeHIodwZLTYO2Lx19NFg8TooyzpZPTRMR0eha01Sngys-GeT-z8/s320/FB_IMG_15996342406856689.jpg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;">Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</span></div></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونُ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">النُّبُوَّةُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فِيكُمْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">اللَّهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعُهَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِذَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعَهَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">خِلَافَةٌ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">عَلَى</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مِنْهَاجِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">النُّبُوَّةِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فَتَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اللَّهُ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعُهَا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">إِذَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اللَّهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعَهَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مُلْكًا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">عَاضًّا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فَيَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اللَّهُ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يَكُونَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعُهَا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">إِذَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعَهَا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مُلْكًا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">جَبْرِيَّةً</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">فَتَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اللَّهُ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعُهَا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">إِذَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">شَاءَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أَنْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يَرْفَعَهَا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">خِلَافَةً</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">عَلَى</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">مِنْهَاجِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">النُّبُوَّةِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ثُمَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">سَكَتَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i>”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu
sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia
menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh
jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah.
Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon),
adanya atas kehendak Allah. Kemu- dian Allah mengangkatnya apabila Ia meng
hendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyom bong
(Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemu dian Allah mengangkatnya,
apabila Ia menghen daki untuk mengang katnya. Kemudian adalah masa Khilafah
yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian
beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/273,
Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih hal 461. Lafadz Ahmad).<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><br />
</span></b></i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">
<br />
</span></b>Di Tetapinya kembali Al Jama’ah atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
sebagai wujud Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah merupakan karunia Allah
Subhanahu wa Ta’ala atas seruan-Nya yang terdapat pada QS Ali-Imran 103 dan
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman bukan karna akibat dari <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“gejolak politik”</i> , Yang mana awal proses terwujudnya kembali Al
Jama’ah atau Khilafah yang merupakan kehendak Allah Azza Wajalla itu melibatkan
para ‘Alim ‘Ulama dan Zu’ama pada zamannya di antaranya adalah Muhammad Ma’sum
(<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ahli hadits)</i>, Kyai Sulaiman Masulili
dan lain-lainnya, Diwujudkannya kembali Al Jama’ah atau Khilafah Bukanlah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Ijtihad”</i> diri pribadi Wali Al Fattah karna
Jama’ah Muslimin bukan milik Wali Al Fattah, Karna Jama’ah Muslimin adalah
wadah tempat berhimpunnya kaum Muslimin yang di sediakan oleh Allah untuk
hambanya untuk bermasyarakat Islam bermasyarakat wahyu untuk menghambakan diri
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui system “Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah”<br />
<br />
<br />
Namun
ternyata di kemudian hari setelah diwujudkannya kembali Al Jama’ah atau
Jama’atul Muslimin atau Hizbullah atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah banyak
bermunculan lembaga-lembaga Khilafah yang “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">super
Instan bak Mie Instan” </i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>baik yang tujuannya
karna kekuasaan maupun akibat gejolak politik dsb, Begitu pula walau tanpa
Syari’at bai’at, tanpa Musyawarah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Ahlul
Ahli Wal Aqdi”</i> dan tanpa melalui proses cukup dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“bim salabim”</i> maka sudah menjadi Khalifah di dalam Khilafah mengacu
kepada ucapan Umar bin Al-Khattab:<br />
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div>
<div class="MsoNormal">
<span face=""arial" , "sans-serif"">إِنَّهُ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">لاَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِسْلاَمَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِلاَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">بِجَمَاعَةٍ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَلاَ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">جَمَاعَةَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِلاَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">بِإِمَارَةٍ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَلاَ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">إِمَارَةَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِلاَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">بِطَاعَةٍ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فَمَنْ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">سَوَّدَهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">قَوْمُهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">عَلَى</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الْفِقْهِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">كَانَ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">حَيَاةً</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لَهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَلَهُمْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَمَنْ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">سَوَّدَهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">قَوْمُهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">عَلَى</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">غَيْرِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فِقْهٍ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">كَانَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">هَلاَكًا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لَهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَلَهُمْ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i><br /></i>
<span style="mso-spacerun: yes;"><i> </i></span><i>“Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali
dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak
ada kepe mimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang siapa yang kaum itu
mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka kesejahte raan
baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya
bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka.”
(HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul ‘ilmi: I/79)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><br /></i>
<br />
<span style="font-size: 14pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">D</span>i
sadari atau tidak ini menunjukan cara berfikir Ummat Islam yang maju, Yang mana
awalnya Ummat Islam itu mencibir mencemooh bahkan menolak namun kemudian
akhirnya membenarkan dan kemudian meniru mempraktekan dengan menggunakan
landasan dalil yang sama lantas kemudian <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">di
klaim</b>, Padahal jauh sebelumnya sudah terlebih dahulu diamalkan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang
diwujudkan kembali pada tahun 1953 M setelah berakhirnya sentral kepemimpinan
Muslimin yang berpusat di Turky yang dihapus oleh Mustafa Kamal Attaturk pada
tahun 1924 M, Bahkan apabila disampaikan justru mereka balik bertanya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Apakah<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Al Qur’an dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hadits milik Wali
Al Fattah ?”</i> Jika takut kepada Allah tentunya mereka tidak akan bertanya demikian,
Sesungguhnya Wali Al Fattah pun hanya mengamalkan apa yang menjadi perintah
Allah dan Rasul-Nya.<br />
<br />
<br />
Adapun
lembaga-lembaga Khilafah yang datang belakangan setelah Jama’ah Muslimin
(Hizbullah) diantaranya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>adalah:<br />
<br />
- <span style="mso-spacerun: yes;"> K</span>hilafatul Muslimin yang
didirikan oleh <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Abdul Qadir Hasan Baraja
pada tahun 1997 yang bermarkas di <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Teluk
Betung</b> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Bandar Lampung</b> adalah organisasi
politik Islam yang mengusung Khilafah dengan system politik !, Jadi tidak
mengherankan jika Khilafatul Muslimin menggunakan atribut papan plang dan
seragam, Menurut Abdul Qadir Hasan Baraja bahwa Khilafatul Muslimin adalah
kelanjutan dari perjuangan Sekar Marijan Kartosuwiryo yang berupaya menegakkan
Khilafah dengan terlebih dahulu mendirikan Negara Islam ditiap-tiap Negara baru
kemudian mengangkat seorang Khalifah, Maka dalam maklumatnya Abdul Qadir Hasan
Baraja hanya sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khalifah sementara”</i>
sampai diadakannya Musyawarah tingkat Dunia, Namun Musyawarah tingkat Dunia
tersebut tidak kunjung terealisasi sehingga kemudian akhirnya Khilafatul
Muslimin mengklaim sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafah Islamiyyah”</i>,
Organisasi Khilafatul Muslimin inipun membenarkan apa yang di deklarasikan oleh
Islamic State of Iraq dan Syam (ISIS) dan menurut Khilafatul Muslimin bahwa Islamic
State of Iraq dan Syam itu juga Khilafatul Muslimin, Sehingga menurut
Khilafatul Muslimin saat ini ada dua Khalifah satunya di Indonesia dan satunya
lagi di Syam.<br />
<br />
<br />
- Ad
Daulatul Islamiyyah Melayu (DIM) yang diproklamasikan oleh Muhammad Daudi
Sulaiman pada tahun 2012 bermarkas di <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Malaysia</b>
ini juga mengklaim sebagai kelanjutan dari perjuangan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Negara Islam Indonesia (NII)</i> Pengaruh Khalifah Muhammad Daudi
Sulaiman terhadap kehidupan politik alam Melayu sudah terasa sejak masa-masa
awal berdirinya Khilafah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Daulah
Islamiyah).</i> </div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 14pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">P</span>engakuan terhadap kebesaran khalifah dibuktikan
dengan adanya Dua pucuk surat yang dikirim oleh Maharaja Srivijaya kepada
Khalifah di zaman Bani Umayyah. Surat pertama dikirim kepada Muawiyyah, dan
surat kedua dikirim kepada Umar bin Abdul Aziz. Surat pertama ditemui dalam
sebuah diwan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(arkib) </i>Bani Umayyah
oleh Abdul Malik bin Umayr yang disampaikan melalui Abu Ya’yub Ats-Tsaqofi,
yang kemudian disampaikan melalui Al-Haytsam bin Adi. Al-Jahizh yang mendengar
surat itu dari Al-Haytsam menceritakan pendahuluan surat itu sebagai berikut:</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dari Raja Al-Hind
yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istananya dibuat
dari emas dan perak, yang dilayani putri raja-raja, dan yang memiliki dua
sungai besar yang mengairi pohon gaharu, kepada Muawiyah………”</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 14pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">S</span>urat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (246-329
H/860-940 M) dalam karyanya Al-Iqd Al-Farid. Petikan surat tersebut adalah
seperti berikut:</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dari Raja di Raja…;
yang adalah keturunan seribu raja … kepada Raja Arab (Umar bin Abdul Aziz) yang
tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada
Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi
sekadar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya
seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya
hukum-hukumnya.”</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selain itu, Farooqi menemui sebuah arkib Utsmani yang
mengandungi sebuah petisi dari Sultan Ala Al-Din Riayat Syah kepada Sultan
Sulayman Al-Qanuni yang dibawa oleh Huseyn Effendi. Dalam surat ini, Aceh
mengakui pemimpin Utsmani sebagai Khalifah Islam. Selain itu, surat ini juga
mengandungi laporan tentang kegiatan askar Portugis yang menimbulkan masalah
besar terhadap pedagang muslim dan jamaah haji dalam perjalanan ke Mekah. Oleh
itu, bantuan Utsmani amat diperlukan untuk menyelamatkan kaum Muslim yang terus
di serang oleh Farangi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Portugis)</i>
kafir.</div>
<div class="MsoNormal">
Sulayman Al-Qanuni wafat pada tahun 974 H/1566 M
tetapi permintaan Aceh mendapat sokongan Sultan Selim II (974-982 H/1566-1574
M), dengan mengeluarkan perintah kesultanan untuk menghantar sepasukan besar
tentera ke Aceh.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekitar September 975 H/1567 M, Laksamana Turki di
Suez, Kurtoglu Hizir Reis, diperintahkan berlayar menuju Aceh dengan sejumlah
pakar senjata, tentera dan meriam. Pasukan ini diperintahkan berada di Aceh
selama mana yang diperlukan oleh Sultan. Namun dalam perjalanan, hanya
sebahagian armada besar ini yang sampai ke Aceh kerana dialihkan untuk
memadamkan pemberontakan di Yaman yang berakhir tahun 979 H/1571 M. Menurut
catatan sejarah, pasukan Turki yang tiba di Aceh pada tahun 1566-1577 M
sebanyak 500 orang, termasuk pakar senjata, penembak, dan pakar teknikal.
Dengan bantuan ini, Aceh menyerang Portugis di Melaka pada tahun 1568 M.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kehadiran armada tentera Kurtoglu Hizir Reis disambut
dengan sukacita oleh umat Islam Aceh. Mereka disambut dengan upacara besar.
Kurtoglu Hizir Reis kemudian digelar sebagai gabenor (wali) Aceh yang merupakan
utusan rasmi khalifah yang ditempatkan di daerah tersebut. Ini menunjukkan
bahawa hubungan Nusantara dengan Khilafah Utsmaniyah bukanlah hanya hubungan
persaudaraan melainkan hubungan politik kenegaraan. Adanya wali Turki di Aceh
lebih mengisyaratkan bahawa Aceh merupakan sebahagian dari Khilafah Islamiyah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Banyak institusi politik melayu di Nusantara
mendapatkan gelaran sultan dari pemerintah tertentu di Timur Tengah. Pada tahun
1048H/1638 M, pemimpin Banten, Abd al-Qodir <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(berkuasa
1037-1063H/1626-1651)</i> dianugerahkan gelaran sultan oleh Syarif Mekah
sebagai hasil dari misi khusus yang dikirim olehnya untuk tujuan itu ke Tanah
Suci. Sementara itu, kesultanan Aceh terkenal mempunyai hubungan erat dengan
pemerintah Turki Ustmaniyyah dan Haramain. Begitu juga Palembang <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Sumatera</i>) dan Makasar yang turut
menjalin hubungan khusus dengan penguasa Mekah. Pada ketika itu, para penguasa
Mekah merupakan sebahagian dari Khilafah Utsmaniyyah yang berpusat di Turki.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dari penggunaan istilah, kesultanan Islam di Nusantara
sering mengaitkan dirinya dan tidak terpisah dari kekhalifahan. Beberapa kitab
Jawi klasik mencatatkan perkara ini. Hikayat Raja-raja Pasai (hal. 58, 61-62,
64), misalnya, memanggil nama rasmi kesultanan Samudra Pasai sebagai “Samudera
Dar al-Islam”. Istilah Dar al-Islam juga digunakan di dalam kitab Undang-undang
Pahang untuk memanggil kesultanan Pahang. Nur al-Din al-Raniri, dalam Bustan
al-Salatin (misalnya, pada hlm. 31, 32, 47), menyebut kesultanan Aceh sebagai
Dar al-Salam. Istilah ini juga digunakan di Pattani ketika pemimpin setempat,
Paya Tu Naqpa, masuk Islam dan mengambil nama Sultan Ismail Shah Zill Allah
fi-Alam yang bertakhta di negeri Pattani Dar al-Salam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Hikayat Patani, 1970:75).</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam ilmu politik Islam klasik, dunia ini terbahagi
dua, yaitu Dar al-Islam dan Dar al-Harb. Dar al-Islam merupakan daerah yang
diterapkan hukum Islam dan keamanannya ada pada tangan kaum Muslim. Sedangkan
Dar al-Harb adalah lawan dari kata Dar al-Islam. Penggunaan istilah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dar al-Islam”</i> atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dar al-Salam”</i> menunjukkan bahawa para pemerintah Melayu menerima
konsep geopolitik Islam tentang pembahagian dua wilayah dunia itu. Konsep
geopolitik ini semakin jelas ketika bangsa-bangsa Eropah —dimulai oleh “bangsa
Peringgi” (Portugis) yang kemudian disusul bangsa-bangsa Eropah lainnya,
khususnya Belanda dan Inggeris— mulai bermaharajalela di kawasan Lautan India
dan Selat Melaka (Sulalat al-Salatin, 1979:244-246). Mereka melakukan penjajahan
fizikal dan menyebarkan agama Kristian.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Khilafah Turki Utsmaniyah, seperti disebutkan oleh
orientalis, Hurgronje (1994, halaman 1631), bersifat pro-aktif dalam memberikan
perhatian kepada penderitaan kaum Muslim di Indonesia dengan cara membuka
perwakilan pemerintahannya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(konsulat)</i>
di Batavia pada akhir abad ke-19. Para kedutaan Turki berjanji kepada umat
Islam yang ada di Batavia untuk memperjuangkan pembebasan hak-hak orang-orang
Arab sederajat dengan orang-orang Eropah. Selain itu, Turki juga akan berusaha
supaya seluruh kaum Muslim di Hindia Belanda bebas dari penindasan Belanda.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lebih dari semua itu, Aceh banyak didatangi para ulama
dari berbagai belahan dunia Islam lainnya. Syarif Mekah mengirim utusannya ke
Aceh seorang ulama bernama Syekh Abdullah Kan’an sebagai guru dan muballigh.
Sekitar tahun 1582, datang 2 orang ulama besar dari negeri Arab, yakni Syekh
Abdul Khayr dan Syekh Muhammad Yamani. Di samping itu, di Aceh sendiri lahir
sejumlah ulama besar, seperti Syamsuddin Al-Sumatrani dan Abdul Rauf
al-Singkeli.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Abdul Rauf Singkel mendapat tawaran dari Sultan Aceh,
Safiyat al-Din Shah menjadi Kadi dengan gelaran Qadi al-Malik al-Adil yang
kosong kerana Nur al-Din Al-Raniri kembali ke Ranir <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Gujarat).</i> Setelah melakukan berbagai pertimbangan, Abdul Rauf
menerima tawaran tersebut. Beliau menjadi qadi dengan sebutan Qadi al-Malik
al-Adil. Abdul Rauf telah diminta oleh Sultan untuk menulis sebuah kitab
sebagai rujukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(qaanun)</i> penerapan
syariat Islam. Buku tersebut kemudian diberi judul Mir’at al-Tullab.<br />
<br />
<br />
Berbagai
kenyataan sejarah tadi menegaskan adanya pengakuan dan hubungan erat antara
Alam Melayu dengan Khilafah Uthmaniyah. Bahkan, bukan hanya hubungan
persaudaraan atau persahabatan tetapi adalah hubungan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“kesatuan</i>” sebahagian dari Khilafah Utsmaniyah (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dar al-Islam)</i>. Berdasarkan penjelasan
diataslah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Ad-Daulatul Islamiyyah Melayu”</i>
(DIM mengklaim sebagai “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Khilafah
Islamiyyah”</i> pelanjut kekhalifahan Turky Utsmaniyah yang runtuh pada tahun
1924 M oleh agen Zionis Israel Mustafa Kamal Attaturk.<br />
<br />
<br />
-Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam Iraq dan Syria atau IS
kemudian berubah menjadi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafah
Islamiyyah”</i> yang dideklarasikan oleh Abu Bakar Al Bagdady pada awal
Ramadhan 2014 yang bermarkas <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">diSyam</b>,
Bagi ikhwan yang waktu itu mungkin melihat langsung agresi Amerika Serikat ke
Irak tahun 2003 melalui chanel Tv pastilah mengetahui hasil dari agresi
tersebut.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Alasan awal AS adalah melucuti
senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki oleh negaranya Saddam Husein (kala
itu).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tapi tidak terbukti,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Namun dicari alasan lain yaitu demokratisasi
dan akhirnya pemerintah Saddam Husein berhasil dijatuhkan dan Saddam Husien
dieksekusi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mati oleh pengadilan ala AS. <br />
<br />
<br />
Setelah
peristiwa tersebut munculah gerakan-gerakan perlawanan secara sporadis untuk
menganggu eksistensi AS di Irak. Kelompok-kelomok itulah yang menjadi pioner
ISIS hingga saat ini. Pada tanggal 13 Oktober 2006, di deklarasikan ISI <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Islamic State of Iraq) </i>dengan tujuan
untuk menyatukan kelompok-kelompok jihad di Iraq yg terdiri antara lain: Al
Qaeda Iraq, Jaisy Thoifah Manshuroh, Saroya Anshor Tauhid, Saroya Jihad Islami,
Saroya Al Ghuroba, Kataib Al-Ahwal, Jaisy Anshar Al-Sunnah Wal Jama’ah dan
Kataib Al Murobithin. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Terpilih sebagai Amir Pimpinan ISI adalah Abu Umar Al
Baghdady yang mendapat pengakuan dari Usamah bin Laden (Al Qaeda) dan Mullah
Umar Mujahid <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Amir Imarah Islam
Afghanistan”.</i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Namun pada tahun 2010,
Abu Umar Al Baghdady tewas sehingga kepemimpinan diambil alih oleh Abu Bakar Al
Baghdady.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Basis-basis utama perlawanan
mereka berada di daerah Al Anbar, Jabur, Diyala, Mosul hingga Kirkuk. Banyak
mujahid yang bergabung menjadi tentara ISI, termasuk dari Suriah dengan
tokohnya Abu Muhammad Al Jaulani. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Periode Revolusi
Suriah (2011)</b></div>
<div class="MsoNormal">
Sebagai dampak Arab Spring yang berhasil mengganti
beberapa penguasa di Timur Tengah maka Suriah sebagai salah satu negara
didalamnya juga tidak ketinggalan terkena dampak dari Arab Spring tersebut.
Pada Maret 2011, pemerintahan Presiden Suriah Baasyar Al Asad harus membuka
perang saudara secara terbuka kepada para pengikut Islam Sunni yang ingin Al
Asad mundur dari posisinya sebagai Presiden. Dari sinilah pergerakan ISI
menyebar ke Suriah.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tepatnya medio
Agustus 2011, Abu Muhammad Al Jaulani bersama 8 orang tentara ISI asal Suriah
berpindah tugas ke Suriah dan membentuk Jabhah Nusrah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Al-Nusra Front).</i> Menurut klaim ISI, Jabhah Nusrah lahir dari
tentara ISI dan merupakan perpanjangan ISI di Suriah. Jabhah Nusrah berkembang
pesat dan mendapat dukungan besar dari rakyat Suriah serta berhasil
mengkonsolidasikan milisi-milisinya lainnya di Suriah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Masuknya ISI ke
Suriah dan Pendeklarasian ISIS (2014)</b></div>
<div class="MsoNormal">
Abu Muhammad Al Jaulani berbai’at kepada Syaikh Aiman
Al Zawahiry <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Amir Al Qaeda)</i> dan
Jabhah Nusrah menjadi cabang Al Qaeda di Suriah. Pada 2013, ISI melakukan
pelebaran wilayah kekuasaan ke Suriah dan mendeklarasikan ISIS <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Islamic State Iraq and Syam).</i> Pada
tanggal 29 Juni 2014 <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(1 Ramadhan 1435 H),</i>
ISIS melalui juru bicaranya Abu Muhammad Al-Adnaniy menyatakan pembubaran ISIS
dan mendeklarasikan berdirinya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafah
Islamiyyah” </i>dengan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nama <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Ad Daulah Al Islamiyyah”</i> dengan Amir
Abu Bakar Al-Bagdady serta wilayah kekuasaannya dari Provinsi Aleppo di Suriah
hingga Provinsi Diyala di Irak.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><br />
<br />
Jika
benar Islamic State of Iraq dan Syam (ISIS) itu adalah Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah yang di janjikan, Lalu kenapa (ISIS) membuat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">teror bak film hor</i>or dengan melakukan penghancuran rumah-rumah
Ibadah serta situs warisan Dunia,Serta membunuh tanpa ampun baik Muslim yang
tidak berpihak maupun Non Muslim, Padahal Islam tidak mengajarkan hal yang
demikian itu,Islam adalah agama yang Indah,Islam adalah agama yang penuh cinta
damai, dan Islam adalah agama yang “Rahmatan Lil Alamin” sebagai mana yang
difirman oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span face=""arial" , "sans-serif"">وَمَا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">أَرْسَلْنَاكَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِلَّا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">رَحْمَةً</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لِلْعَالَمِينَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan Kami tidak
mengutus engkau melainkan untuk menjadi rahmat semesta alam”. (Q. S. Al-Anbiya
:107)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<span face=""arial" , "sans-serif"">وَمَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أَرْسَلْنَاكَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِلَّا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">كَافَّةً</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لِلنَّاسِ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">بَشِيرًا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَنَذِيرًا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَلَكِنَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أَكْثَرَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">النَّاسِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يَعْلَمُونَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan kepada seluruh ummat manusia sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya”.(Q.S. Saba' : 28)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span face=""arial" , "sans-serif"">ان</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اول</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ما</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">يحكم</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">بين</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">العباد</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فى</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">الدماء</span> (<span face=""arial" , "sans-serif"">رواه</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">البخارى</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ومسلم</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">والنسائى</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وبن</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ماجه</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">والترمذى</span>
</div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span face=""malgun gothic" , "sans-serif"" lang="KO" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Kasus yang pertama diadili di hadapan
Allah pada hari kiamat ialah masalah darah (pembunuhan)”( Hadits riwayat
Bukhari, Muslim, An-Nasai, Ibnu Majah dan Turmudzi).</i><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (QS. 5 : 32).<br />
<br />
</i>Pengertian
Islam terhadap jiwa manusia ini, memacu pada pemeluknya untuk menghormati
kehidupan manusia, dan tidak diperkenankan melukai atau menyakiti orang lain.Islam
menjelaskan bahwa membunuh orang lain tanpa hak termasuk perbuatan dosa besar.
Bagi pelakunya berhak menghuni neraka untuk selama-lamanya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an sehubungan
dengan masalah membunuh jiwa ini : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”.
(QS. 25 : 68 – 69).</i></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 14pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">R</span>asulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span face=""arial" , "sans-serif"">إجتنبوا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">السبع</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الموبقات</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">وعدد</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">منها</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">قتل</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">النفس</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">التى</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">حرم</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الله</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">بالحق</span> (<span face=""arial" , "sans-serif"">رواه</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">البخار</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">و</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">مسلم</span> </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Jauhilah olehmu tujuh hal yang merusak”. Kemudian Rasulullah
menghitungnya satu per satu, dan salah satu diantaranya ialah : “Membunuh jiwa
yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang hak”( Hadits riwayat
Bukhari dan Muslim).</i> </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Islam tidak bertanggungjawab terhadap tindakan orang
yang menganiaya orang-orang saleh dan orang-orang yang tak bersalah, sekalipun
orang tersebut bukan pemeluk agama Islam.Untuk itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span face=""arial" , "sans-serif"">من</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">قتل</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">نفسا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">معاهدا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لم</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يرح</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">رائحة</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">الجنة</span>, <span face=""arial" , "sans-serif"">وان</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ريحها</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">يوجد</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">من</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مسيرة</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أربعين</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">عاما</span>
(<span face=""arial" , "sans-serif"">رواه</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">البخارى</span> </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span face=""malgun gothic" , "sans-serif"" lang="KO" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Barangsiapa yang membunuh kafir dzimmy,
ia takkan cium baunya surga, sedangkan bau surga itu bisa tercium dari jarak
perjalanan empat puluh tahun”( Hadits riwayat Bukhari). </i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kafir dzimmy ialah pengikut agama lain yang telah
berjanji akan hidup berdampingan dengan kaum muslimin saling bantu membantu
dengan mereka. Orang-orang Yahudi dan orang-orang yang masehi yang hidup di
negara kaum muslimin, mereka dinamakan ahli dzimmah. Mereka itu berada dalam
tanggungan Allah dan Rasul-Nya; tidak boleh dianiaya dan kita harus melindungi
mereka selagi menempati perjanjiannya dengan kaum muslimin. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
menjelaskan dosa orang yang menganiaya kafir dzimmy :</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span face=""arial" , "sans-serif"">من</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">قتل</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">قتيلا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">من</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">أهل</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الذمة</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لم</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">يرح</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">رائحة</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الجنة</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وان</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">ريحها</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">ليوجد</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">من</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">مسيرة</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">أربعين</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">عاما</span> (<span face=""arial" , "sans-serif"">رواه</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الإمام</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">احمد</span> </div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span face=""malgun gothic" , "sans-serif"" lang="KO" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Barang siapa membunuh seorang kafir
dzimmy, tak dapat mencium baunya surga. Dan sesungguhnya bau surga itu dapat
dicium dalam jarak perjalanan empat puluh tahun”( Hadits riwayat Imam Ahmad). </i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Islam mengecam keras pembunuh orang Islam dan ia akan
mendapat hukuman yang paling berat di hari kiamat. Allah berfirman mengenai
orang yang membunuh orang Islam: </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span face=""malgun gothic" , "sans-serif"" lang="KO" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, ia kekal di dalamnya dan
Allah murka kepadanya, dan mengutukinyaserta menyediakan azab yang besar
baginya”. (QS. 4 : 93). </i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ada empat hal yang telah disediakan Allah bagi
pembunuh seorang muslim. Dan apabila satu hal saja di antara empat hal tersebut
diamati, akan membuat bergidiknya bulu kuduk lantaran saking mengerikan.
Apalagi kalau berkumpul menjadi satu dengan seseorang, tentu tak terbayang
kengeriannya. Keempat hal tersebut ialah : kekal menjadi penghuni neraka, murka
Allah, laknat Allah dan terakhir telah disediakan siksaan yang besar baginya.<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br />
Kembali pada System Khilafah</b><br />
<br />
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span face=""arial" , "sans-serif"">كَانَتْ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">بَنُو</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">إِسْرَائِيلَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَسُوسُهُمُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">الْأَنْبِيَاءُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">كُلَّمَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">هَلَكَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">نَبِيٌّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">خَلَفَهُ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">نَبِيٌّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَإِنَّهُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">لاَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">نَبِيَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">بَعْدِي</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">وَسَتَكُونُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">خُلَفَاءُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَكْثُرُ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">قَالُوا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فَمَا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">تَأْمُرُنَا</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">قَالَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فُوا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">بِبَيْعَةِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اْلأَوَّلِ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">فَاْلأَوَّلِ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">وَأَعْطُوهُمْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">حَقَّهُمْ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">فَإِنَّ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اللَّهَ</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">سَائِلُهُمْ</span>
<span face=""arial" , "sans-serif"">عَمَّا</span> <span face=""arial" , "sans-serif"">اسْتَرْعَاهُمْ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para
Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya
setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan
akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada
kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang
pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya
mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim
dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah,
Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Hadits
ini di samping menginformasikan kondisi Bani Israil sebelum Rasulullah
Sallallahu ‘alahi wa sallam diutus sebagai Rasul dan Nabi terakhir yang selalu
dipimpin oleh para Nabi, juga merupakan Nubuwwah Rasulullah Sallallahu ‘Alahi
Wasallam tentang peristiwa yang akan dialami umat Islam sepeninggal beliau.Nubuwwah
adalah pengetahuan yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah Sallallahu ‘alahi
wasallam tentang peristiwa yang akan terjadi diakhir zaman .</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada hadits ini Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam
menjelaskan bahwa sepeninggal beliau umat Islam akan dipimpin oleh para
khalifah, seperti Bani Israil dipimpin oleh para Nabi. Para khalifah ini akan
memimpin umat Islam seperti para Nabi memimpin Bani Israil hanya saja mereka
tidak menerima wahyu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Demikianlah penjelasan singkat mengenai beberapa
harokah Islam yang mengklaim sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafah
Islamiyyah”</i> setelah kehadirannya kembali Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
sebagai wujud <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah”</i> priode khilafah Akhir Zaman.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-25227559008652168032015-04-09T23:43:00.003-07:002018-01-11T08:46:15.009-08:00Usaha Penyatuan Muslimin Setelah Keruntuhan Turky Utsmaniyyah <div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBWIdgusvsrfGZJDDvkxY28WBllWrqbhwrk1cuKTP4aGi-bILC0Sn4oC0T0e3h97xCM4dtg5F6LauWjlZokhwiaCa5JjhUKaQFE58F5P8bxqAWeIgbLgtZPF272bseo8fpvZitdIdZtuU/s1600/FB_IMG_1509505351297.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="259" data-original-width="194" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBWIdgusvsrfGZJDDvkxY28WBllWrqbhwrk1cuKTP4aGi-bILC0Sn4oC0T0e3h97xCM4dtg5F6LauWjlZokhwiaCa5JjhUKaQFE58F5P8bxqAWeIgbLgtZPF272bseo8fpvZitdIdZtuU/s1600/FB_IMG_1509505351297.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
Dipublikasikan Oleh: Agus Zainal Asikin<br />
<br />
Usaha
penyatuan muslimin kembali setelah keruntuhan Utsmaniyyah, yaitu setelah Perang
Dunia I, pernah dilakukan oleh kaum muslimin. Di India, Syaukat Ali dan
saudaranya, Muhammad Ali, berusaha untuk mengisi kevakuman kepemimpinan
muslimin, yang disebut oleh pihak Barat sebagai, “Gerakan mendirikan khilafah
kembali (Khilafah Movement)*.” Akan tetapi, karena pemahamannya politik, usaha
tersebut menemui jalan buntu. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di
Indonesia, usaha gerakan penyatuan muslimin dilakukan oleh pemuka kaum muslimin
bersama Wali Al Fattaah. Akan tetapi bersifat temporer. Inisiatif dari H Oemar
Said Tjokroaminoto (1299-1352 H/1882-1934 M), dalam satu kongres yang bersifat
Nasional di Surabaya pada bulan Jumadil Awal 1343 H/Desember 1924 M. Hal ini
menunjukkan adanya satu rasa penyatuan muslimin. Usaha tersebut diikuti dengan
pengiriman utusan muslimin Indonesia ke Kongres Islam sedunia di Mekkah, Saudi
Arabia, pada bulan Dzulqa’dah 1334 H (Juni 1926) atas prakarsa Raja Ibnu
Sa’ud**. Utusan dari Indonesia adalah Oemar Said Tjokroaminoto dari Syarekat
Islam dan K. H. Mas Mansur dari Muhammadiyah. Keduanya menghadiri kongres
tersebut bersama peserta muslimin dari berbagai negeri Islam dan hadir pula
saat itu Abdul Karim Amrullah, ayah Hamka*. Akan tetapi, usaha kongres tersebut
lagi-lagi mengalami kebuntuan karena para peserta terkesan memusyawarahkan
masalah politik. Hal ini ditolak Saudi Arabia yang menegaskan bahwa kongres
tersebut hanya membicarakan masalah Islam dan muslimin, bukan politik.
Akhirnya, para peserta kongres pun pulang ke tanah airnya masing-masing dengan
tidak berhasil mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mereka. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Segala
usaha tersebut sebenarnya ditujukan untuk mengisi kevakuman kepemimpinan
setelah berakhirnya Mulkan Utsmaniyah. Hal yang menunjukkan, bahwa ummat Islam
lazimnya memiliki pimpinan dalam menghadapi dunia Barat atau Timur dan tujuan
politik lainnya. Akan tetapi alasan-alasan itu tidaklah kuat. Alasan yang kuat
adalah kehendak untuk melaksanakan Islam secara kaaffah dalam memenuhi perintah
Allah berdasarkan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang terlepas
sama sekali dari ikatan dan tujuan politik.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">D</span>itetapinya
Kembali Wadah Kesatuan Muslimin </b></div>
<div class="MsoNormal">
Jama’ah
Muslimin Ditetapi Kembali Setelah Muktamar Masyumi IV di Yogyakarta dan Kongres
Muslimin Seluruh Indonesia (1-5 Rabiul Awal 1369 H/20-25 Desember 1949 M), kami
mengadakan pertemuan di kediaman kami di Margo Kridonggo No.16 Yogyakarta.
Pertemuan itu antara lain dihadiri oleh Kyai Muhammad Ma’sum, seorang ‘alim
ahli hadits, M. Saleh Suaedy, dan Mirza Sidharta dari kalangan pemuda, serta
para ikhwan lainnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Masalah
yang dibicarakan adalah penyatuan muslimin secara apa yang tampak pada sistem
kepartaian. Namun, pertemuan tersebut, belum mampu menghasilkan cara terbaik
untuk menghimpun umat Islam sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebagian
ikhwan yang hadir mengusulkan untuk mendirikan partai politik. Namun, usul
tersebut tidak dapat kami terima, sebab pendirian partai politik hanyalah
mencari kedudukan melalui jalan lain, dan ini tidak ada artinya dalam ad-Dien.
Dan jika mendirikan partai politik sesudah ada partai politik Islam, ini bukan
lagi masalah prinsip, tetapi masalah kursi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kami
terus mencari serta meneliti tentang cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menghimpun muslimin dalam memperhambakan diri kepada Allah subhanahu wa
ta'ala dengan ikhlas dan bersih dari dorongan atau pengaruh politik. Hal ini
ditujukan untuk persaksian sejarah, tidak ada maksud lain. Allah mengetahuinya.
Demikian juga para ikhwan (rekan seperjuangan Wali Al Fattaah dalam pergerakan
Islam dan kemerdekaan/pen) yang masih hidup pun dapat menyaksikan jalan
sejarahnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Alhamdulillah,
dengan pertolongan Allah subhanahu wa ta'ala, pada awal tahun 1372 H (1953 M),
mulai tampak bintik-bintik terang. Allah menunjukkan pengertian kepada kami
tentang bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bersama-sama umatnya berhimpun mengamalkan
wahyu-wahyu Allah dan bentuk kesatuan serta wujud kemasyarakatan Islam.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan
takdir serta izin Allah semata, setelah berulang kali didiskusikan dan
dimusyawarahkan, pada tanggal 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus 1953 M),
ditetapilah Jama'ah Muslimin (Hizbullah) yang sebelumnya bernama Gerakan Islam
“Hizbullah”. Ini bukan organisasi, partai, perserikatan dan bentuk lain yang
sifatnya politis, melainkan berbentuk Jama’ah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ditetapinya
kembali Jama'ah Muslimin (Hizbullah) ini merupakan perwujudan ketaatan dalam
memenuhi perintah Allah subhanahu wa ta'ala, yang disebutkan dalam Al-Qur`an:</div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan
janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan kamu berserah diri (kepada Allah);
Dan berpegang teguhlah kamu pada tali Allah (Al-Qur`an) seraya berjama’ah, dan
janganlah kamu berfirqah-firqah. Dan ingatlah oleh kamu akan nikmat Allah,
yaitu ketika kamu bermusuh-musuhan, lalu Allah melunakkan hati-hati kamu;
kemudian dengan nikmat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu telah berada
di tepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu sekalian, mudah-mudahan kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran: 102-103)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Juga
hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyebutkan, “…Tetaplah
engkau pada Jama'ah Muslimin dan Imam mereka!" Sebagaimana hadits Nabi
yang lengkapnya sbb:<br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radliallahu
'anhu, ia berkata, ”Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau dari hal
keburukan karena aku khawatir keburukan itu akan menimpa diriku. Aku bertanya:
”Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada dalam kejahiliyahan dan
keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini (Islam) kepada kami. Apakah
sesudah kebaikan ini, akan ada lagi keburukan?” Rasul menjawab: “Ya!” Aku
bertanya: “Dan apakah sesudah keburukan itu ada lagi kebaikan?” Rasul menjawab:
“Ya, dan di dalamnya ada kekeruhan (dakhan).”Aku bertanya: “Apakah kekeruhan
itu?” Rasul menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan
petunjukku. Dalam Riwayat Muslim, ”Kaum yang berperilaku bukan dari sunnahku
dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui
dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu
akan ada lagi keburukan?” Rasul menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru
yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barang siapa mengikuti ajakan mereka,
maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu” Aku bertanya: “Ya Rasulullah,
tunjukkanlah sifat mereka itu kepada kami.” Rasul menjawab: “Mereka itu dari
kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku
bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan
seperti itu?” Rasul bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama'ah Muslimin dan Imam
mereka!” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imam?” Rasul
bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqah-firqah itu semuanya, walaupun
engkau harus<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menggigit akar kayu hingga
kematian mendatangimu, engkau tetap demikian.”(HR. Bukhari dan Muslim. Shahih
Bukhari, Kitabul Fitan, bab Kaifa Amru Idza lam Takun Jama’atun, juz 4 halaman
225. Shahih Muslim, Kitabul Imarah, Bab Amr biluzumil Jama’ah Inda Zhuhuril
Fitan, juz 2 halaman 134-135. Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan, juz 2 halaman
1317, hadits nomor 3979).</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Surat Ali ‘Imran ayat 103: </div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَاعْتَصِمُوا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِحَبْلِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جَمِيعًا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَفَرَّقُوا</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Japat
dijadikan suatu pegangan bahwa Allah sendiri yang memperingatkan kepada
muslimin, sejak diturunkannya ayat tersebut sampai hari kiamat. Peringatan
tersebut ialah agar muslimin berpegang teguh pada tali Allah, yaitu Al-Qur`an,
dalam keadaan “Jami’an” dan jangan berpecah belah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebagian
mufasirin dengan tegas menjelaskan jami’an dengan berjama’ah. Itulah sebabnya
kata jami’an diikuti kalimat walaa tafarraquu yang artinya, “Jangan kamu
berpecah belah.” Namun, sekarang ini jami’an hanya diartikan kamu sekalian,
bukan dalam arti keadaan berjama’ah, sehingga pengertian kalimat walaa
tafarraquu menjadi keliru. Jadi, ada kata-kata, “Janganlah berpecah belah,
bergolong-golongan, atau terpisah satu sama lain, berfirqah-firqah (yang
merupakan mahfum mukhallafah atau larangan sebaliknya dari perintah wajibnya
berjama’ah).” </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jama’ah
tidak hanya jama’ah shalat atau jama’ah haji saja, melainkan kebersamaan kaum
muslimin dengan satu Imamnya. Kebersamaan kaum muslimin secara
berkelompok-kelompok bukan merupakan Jama’ah yang dicontohkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
para sahabatnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Surat
Ali Imran ayat 102-103 dan hadits Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
di atas mengandung satu kesatuan muslimin dengan satu pimpinan pula. Kalau
menurut teori umum, ini berarti menyatupadukan muslimin sebagaimana yang
dikehendaki Allah, seperti yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam dalam haditsnya: </div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Perumpamaan mukminin dalam belas kasih
dan hubungan mereka bagaikan satu tubuh. Apabila satu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>anggota tubuh menderita, menjalarlah
penderitaan itu ke seluruh tubuh sehingga tidak bisa tidur dan (merasa) panas.”
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir radliallahu 'anhu; Shahih
Bukhari, Darul Ma’rifah, Beirut, 1978 bab Rahmatunnasi wal Baha-im, juz 4
halaman 53. Shahih Muslim, bab Tarahumul mu’minin wa ta’athufihim wa ta’adlu
dzihim, juz 2 halaman 431)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Rasulullah pun
menyatakan bahwa ikatan muslimin itu bagaikan bangunan yang saling menguatkan.
Beliau bersabda: “Seorang mukmin pada sesama mukmin itu bagaikan bangunan yang
sebagian menguatkan bagian lainnya.” (HR.. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa
radliallahu 'anhu. Shahih Bukhari, bab Ta’awanul mu’minin ba’dhuhum ba’dha, juz
4 halaman 55, Shahih Muslim, bab Tarahumul mu’minin wa ta’athufihim wa ta’adlu
dihim, juz 2 halaman 431).</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hadits
ini menunjukkan bahwa Jama’ah Muslimin adalah bersatunya kaum muslimin laksana
satu tubuh. Jika sebagian muslimin menderita, akan dirasakan penderitaannya itu
oleh seluruh kaum muslimin.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Firman
Allah subhanahu wa ta'ala dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
yang memerintahkan kaum muslimin untuk menetapi satu Jama’ah dengan satu
Imamnya juga mengandung satu arti konsolidasi. Kaum muslimin yang kini telah
terpecah-belah menjadi firqah-firqah -dengan berbagai corak, seperti politik,
sosial, dan ubudiyah-, agar menjadi satu ummat. Satu Jama’ah dengan motif
mencari rahmat Allah, ridla Allah, memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya, serta
melaksanakan Kitab-Nya, Al-Qur`an. Bukan bermotif ekonomi, sosial, politik, dan
lain-lainnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Bahwasanya dari hamba-hamba Allah, ada
orang-orang yang mereka itu bukan Nabi bukan pula syuhada. Mereka menyerupai
Nabi-Nabi dan syuhada-syuhada dalam kedudukannya di sisi Allah pada hari
Kiamat.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah mereka itu?
”Rasulullah bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang berkasih-kasihan karena
rahmat Allah, bukan karena hubungan kekeluargaan dan bukan pula karena harta
benda yang saling memberikan di antara mereka. Maka demi Allah, sesungguhnya
wajah-wajah mereka itu nur dan bahwa mereka itu di atas nur dan tidaklah mereka
gentar tatkala orang-orang merasa takut, dan tidaklah mereka bersedih hati
ketika manusia bersedih hati.” Kemudian Rasulullah membaca ayat, “Ketahuilah
bahwa kekasih-kekasih Allah itu tidak gentar dan tidak pula mereka itu
bersedih.” (HR.. Abu Dawud dari Umar bin Khaththab, Sunan Abu Dawud, bab Rahn,
juz 3 halaman 288 hadits nomor 3527).</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menetapi
Jama’ah Muslimin dan Imamnya adalah sesuai dengan wajibnya ada pimpinan bagi
umat Islam sedunia dan wajib adanya Jama’ah yang menyertainya. Dimana Muslimin
Kini Berada?</div>
<div class="MsoNormal">
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Masa kenabian itu ada di tengah-tengah
kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila
Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang
mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas
kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk
mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan Adlan), adanya
atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk
mengangkatnya. Setelah itu,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masa
kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyah), adanya atas kehendak Allah,
kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘ala
minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (H.R. Ahmad dan Baihaqi dari
Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah. Misykatul Mashabih: Bab Al-Indzar wa Tahdzir,
Al Maktabah Ar Rahimiah, Delhi, India, halaman 461. Musnad Ahmad, Juz 4 halaman</i>
<br />
<br />
Dalam hadits ini disebutkan
keadaan yang timbal balik, yaitu keadaan yang paling baik dan keadaan yang
paling buruk, kemudian kembali dalam keadaan baik. Perubahan dari keadaan buruk
menjadi keadaan baik kembali memerlukan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>perubahan yang bersifat mental, moral, dan ilmu. Apabila zaman kerajaan
yang menyombong (Mulkan Jabariyyah), zaman yang paling buruk itu telah hilang,
menurut hadis tersebut akan datang satu zaman yang disebut Khilafah ‘ala
minhajin nubuwwah, kekhalifahan yang menempuh jejak kenabian.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mengenai
situasi perubahan dan peningkatan dari keadaan buruk sampai terwujudnya kembali
zaman Khilafah, tergambar dengan jelas pada hadits yang diriwayatkan oleh
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu 'anhu. Hadits ini menunjukkan, bahwa
satu-satunya jalan untuk mewujudkan Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah adalah
dengan melaksanakan perintah Rasulullah: </div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin
dan Imam bagi mereka.”</i></div>
<div class="MsoNormal">
Kecuali,
bila peningkatan maksimal itu sudah tidak memungkinkan lagi -karena arus
kejabariyyahan masih menderas, baik yang langsung melanda fisik, maupun yang
melanda mental, yaitu meliputi bidang ilmu dan cara berpikir-, maka muslimin
diperintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk: “Tinggalkan semua
cara-cara (firqah-firqah), yang mencerai-beraikan umat itu! ”Berdasarkan akhir
dari dua hadits:</div>
<div class="MsoNormal">
sehingga
tidak ada lagi ciri-ciri muslimin dalam masyarakat. Ini artinya manusia akan
menghadapi kerusakan secara total, atau tegasnya Kiamat (wallahu ‘alam bish
shawwab).</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekarang
timbul pertanyaan, “Dalam fase manakah kita dewasa ini?”Secara historis, dewasa
ini kita berada dalam fase Khilafah dan Jama’ah. Karena itu, janganlah kita
melewatkan fase tersebut, walau zaman yang sedang kita hadapi di dalamnya
terjadi berbagai kerusakan dan hal-hal lainnya yang merugikan kaum muslimin di
seluruh dunia. Insya Allah, kita belum sampai pada fase terakhir, yakni fase
i’tizal.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan
memperhatikan sungguh-sungguh peredaran tarikh Islam sejalan dengan peredaran
sejarah dunia, Insya Allah, kenyataan menunjukkan mulkan-mulkan itu telah
berlalu. Di kalangan muslimin, mulkan-mulkan itu berakhir pada zaman
‘Utsmaniyyah di Turki dan Insya Allah, sesudah itu tidak ada lagi fungsi
semacam kerajaan dalam memimpin ummat Islam. Di dunia Barat pun kita jumpai
satu demi satu kerajaan atau monarki tumbang dan beralih pada demokrasi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mulkan-mulkan
atau kerajaan Islam yang ada pada saat ini hanya tinggal beberapa buah saja.
Dan lagi, bila ditinjau dari peredaran tarikh Islam itu sendiri,
kerajaan-kerajaan itu hanyalah sisa-sisa dari mulkan-mulkan yang disabdakan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beralih ke zaman Khilafah,
yaitu Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Zaman ini adalah zaman furqan, pemisah. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kalau
muslimin cenderung pada sistem Barat, mereka beralih pada demokrasi. Sebaliknya,
bila cenderung pada Islam, mereka<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>akan
kembali pada apa yang dikehendaki Allah subhanahu wa ta'ala dan dicontohkan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu pada sistem kenabian atau
Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">T</span>arikh
Ditetapinya Kembali Jama’ah Muslimin (Hizbullah)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></b></div>
<div class="MsoNormal">
Pada
awal tahun 1950-an, kubu-kubu masyarakat di Indonesia, baik muslim maupun
nonmuslim, gemar mendirikan banyak partai, sebagai pelaksanaan teori kepartaian
yang disebut sistem banyak partai (multipartai stelsel). Para pemuka muslimin
umumnya beranggapan bahwa satu-satunya alat untuk menghimpun muslimin dalam
usaha meraih cita-cita mereka, hanyalah dengan penerapan sistem kepartaian,
yang bayi pertamanya lahir dari pangkuan masyarakat Inggris.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Adapun
menghimpun masyarakat Islam dengan sistem Jama’ah dan Imamah masih terpendam
dan dilupakan dari alam pikiran mereka. Orang dapat meletakkan segala kesalahan
itu di atas pundak para ulama karena tidak mengungkapkan pengertian Jama’ah dan
Imamah menurut syari’at Islam kepada khalayak ramai, terutama kepada para
santrinya yang kelak akan menjadi pemuka ummat. Akan tetapi, kalau diselidiki
secara lebih mendalam, ada beberapa sebab yang menghalanginya sehingga mereka
menganggap bahwa hal itu tak mungkin dapat dilaksanakan, yaitu: </div>
<div class="MsoNormal">
- Adanya guru ordonansi pada zaman Hindia Belanda yang
mewajibkan ulama untuk minta izin dulu kepada penguasa sebelum mereka
memberikan pelajaran agama kepada muridnya.</div>
<div class="MsoNormal">
- Adanya penyaringan dalam menentukan pelajaran-pelajaran
yang boleh dan tidak boleh diajarkan. </div>
<div class="MsoNormal">
- Adanya pengertian, terutama dari golongan orientalis,
bahwa masalah Jama’ah dan Imamah tergolong satu bab dalam bidang politik.
Akibatnya, apabila bab tersebut diajarkan kepada para pelajar di pondok
pesantren, pondok pesantren yang bersangkutan akan ditutup oleh pihak penjajah.</div>
<div class="MsoNormal">
- Ada dalam genggaman Allah subhanahu wa ta'ala semata,
segala qudrat dan iradat yang Allah miliki. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Keempat
sebab tersebutlah yang menjadi alasan utama para ‘alim merasa terbelenggu untuk
memberikan pelajaran tentang beberapa bab dienul Islam, termasuk bab Jama’ah
dan Imarah atau Imamah, bab jinayat, dan babul jihad. Juga beberapa kitab
tentang Islam yang dicetak di luar negeri yang dapat membuka mata hati kaum
muslimin dan membangkitkan roh Islam untuk melawan kezhaliman serta
menyingkirkan fitnah penjajah. Itulah sebabnya pemerintah Hindia Belanda tidak
segan-segan untuk melarangnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Iklim
kolonial yang dirasakan sangat mencekam jiwa para alim itu pula yang akhirnya
menghasilkan suatu akibat besar yang merugikan kaum muslimin. Sebab, para
pemuka ummat waktu itu, bahkan setelah Indonesia merdeka, diliputi kabut gelap
yang cukup kelam dalam memahami arti Jama’ah dan Imamnya sepanjang syari’at
Islam, yang berlandaskan dalil-dalil qath’iy dari Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ketika
kami perdengarkan gerakan Islam yang disebut Hizbullah berbentuk Jama’ah dan
Imamnya pada 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus 1953 M), reaksi pertama yang
muncul dari para alim itu ialah sikap acuh tak acuh dan secara sinis mereka
berkata,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Wah, apa-apaan pak Wali ini.
Kita mau dibawanya kemana? masa kita mau dibawa kembali ke zaman unta?”
Astaghfirullah. Seandainya sikap itu diucapkan oleh seorang ateis/komunis,
bahkan dengan sikap yang lebih buruk daripada sikap itu, dapat kita pahami. Akan
tetapi, reaksi tersebut justru muncul dari orang yang lidah dan bibirnya pernah
digerakkan untuk mengucapkan kalimat syahadat, bahkan tergolong dalam barisan
kader inti salah satu partai politik Islam. Sekalipun demikian, kalangan
Hizbullah menyambut reaksi tersebut dengan senyum. Hizbullah sama sekali tidak
marah, selain mengucapkan istighfar. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bagaimana
pula reaksi para kader inti tersebut apabila mendengar salah satu atsar dari
Amirul Mukminin ‘Umar bin Khaththab, yang menegaskan bahwa:<br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِسْلَامَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلَّا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِجَمَاعَةٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جَمَاعَةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلَّا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِإِمَارَةٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِمَارَةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلَّا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِطَاعَةٍ</span> {<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رواه</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الدارمي</span>: 1/79}<br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Sesungguhnya tidak ada Islam melainkan dengan
Jama’ah, dan tiada Jama’ah melainkan dengan Imarah, dan tiada Imarah melainkan dengan
taat.” (H.R. Ad Darimy dari Ad Daary. Sunan Ad Darimy, bab Fi Dzihabil ‘Ilmi,
Darul Fikr, Kairo, Msir, 1398 H/1976 M. Juz 1 halaman 79).</i> <br />
<br />
Akankah ia membantah
ucapan ‘Umar bin Khaththab radiallahu ‘anhu itu? Masihkah mereka bersikap acuh
tak acuh serta melontarkan kata-kata sinis? Apakah tindakan ‘Umar bin
Khaththab, seandainya beliau masih berada di tengah-tengah kita? Mudah-mudahan
mereka akan mendapat maaf karena memang belum mengerti. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk
lebih memantapkan pengetian tentang Jama’ah dan kepentingannya bagi ummat
manusia, khususnya bagi muslimin, perhatikan sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam berikut:<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَنَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">آمُرُكُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِخَمْسٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَمَرَنِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِهِنَّ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِالْجَمَاعَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَبِالسَّمْعِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالطَّاعَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالْهِجْرَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالْجِهَادِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">سَبِيلِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خَرَجَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْجَمَاعَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قِيدَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">شِبْرٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَقَدْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خَلَعَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رِبْقَةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْإِسْلَامِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عُنُقِهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلَى</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَرْجِعَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">دَعَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِدَعْوَى</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْجَاهِلِيَّةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَهُوَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جُثَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جَهَنَّمَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَالُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَسُولَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَإِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">صَامَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَصَلَّى</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَإِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">صَامَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَصَلَّى</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَزَعَمَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَنَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مُسْلِمٌ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَادْعُوا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْمُسْلِمِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">سَمَّاهُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْمُسْلِمِينَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْمُؤْمِنِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عِبَادَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَزَّ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَجَلَّ</span> {<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رواه</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أحمد</span>}<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Aku perintahkan kepada kamu sekalian
(kaum muslimin) dengan lima perkara, sebagaimana Allah telah memerintahkanku
dengan lima perkara, yaitu berjama’ah, mendengar, taat, hijrah dan berjihad fie
sabilillah. Barang siapa yang keluar dari Al Jama’ah sekadar sejengkal, sungguh
terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali (tobat). Dan barang siapa
yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, ia termasuk orang yang bertekuk lutut
dalam Jahanam.”Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, jika dia shaum dan shalat
dan mengaku dirinya muslim? Sekalipun dia shaum dan shalat, serta mengaku
dirinya seorang muslim. Maka panggilah olehmu orang-orang muslim itu dengan
nama yang Allah telah berikan kepada mereka, “Al Muslimin, Al Mukminin,
hamba-hamba Allah azza wa jalla.” (HR.. Ahmad dari Harits Al Asy’ari. Musnad
Ahmad, juz 4 halaman 202, At Tirmidzi, Jami’ush Shahih, Kitabul<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Amtsal, bab maa ja-a fi Matsalish Shalati
wash-Shiyami wash-Shadaqati, juz 5 halaman 148-149 hadits nomor 2863). <br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Dan beliau bersabda</b> : <br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خَرَجَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الطَّاعَةِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَفَارَقَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْجَمَاعَةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَمَاتَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَاتَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِيتَةً</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جَاهِلِيَّةً</span> {<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رواه</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مسلم</span>}<br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Barang siapa yang keluar dari tha’at dan
berpisah dari Al-Jama’ah, lalu mati, maka matinya itu laksana mati jahiliyyah.”
(H.R. Muslim dari Abu Hurairah. Shahih Muslim, Babul ‘Amri bi luzumil Jama’ah
inda Zhuhuril Fitan, juz 2 halaman 135).<br />
</i><br />
Dalam Riwayat Bukhari disebutkan:<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنَّهُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَارَقَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْجَمَاعَةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">شِبْرًا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَمَاتَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَاتَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِيتَةً</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جَاهِلِيَّةً</span> {<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رواه</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">البخاري</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عن</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ابْنَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَبَّاسٍ</span>}<br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Maka sesungguhnya barang siapa yang
berpisah dari Al-Jama’ah sekadar sejengkal saja, kemudian ia mati, melainkan
matinya seumpama mati jahiliyyah.” (HR. Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas. Shahih
Bukhari, Kitabul Fitan, Bab Qaulin Nabi satarauna ba’di umurun tunkirunaha, juz
4 halaman 222).</i> <br />
<br />
Dari kedua hadits
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>ini saja, ditambah dengan atsar dari ‘Umar bin Khaththab, Insya Allah,
telah cukup jelas betapa rapat, memadat, dan pentingnya hubungan antara Jama’ah
dengan Al-Islam sebagai ad-dien dan muslimin. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">H</span>ubungan
Jama’ah dengan nama Hizbullah</b></div>
<div class="MsoNormal">
Sekilas
penjelasan tentang hubungan antara Jama’ah dan Hizbullah adalah Gerakan Islam
“Hizbullah” berbentuk Jama’ah. Hizbullah bukanlah partai, yang biangnya berasal
dari masyarakat Inggris, kemudian berkembang biak ke seluruh Amerika Serikat
lalu menyusup ke negeri-negeri jajahan Barat, termasuk Indonesia pada masa
pejajahan Hindia Belanda.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk
menghindari kesalahpahaman pengertiannya, kami akan menjelaskan penggunaan kata
Hizbullah oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia, khususnya kaum muslimin
yang berada di pulau Jawa, sekaligus untuk mengetahui waktu dan perjuangan yang
tepat dari Hizbullah. Bagi mereka yang belum memahami arti Hizbullah, dalam
benaknya akan terbayang laskar atau tentara. Sebab, kata atau sebutan Hizbullah
pernah dipergunakan sebagaimana laskar dalam perjuangan secara fisik melawan
serdadu penjajah Belanda dan Inggris. Bahkan, pada akhir kekuasaan bala tentara
pendudukan Jepang di Indonesia di samping pasukan-pasukan Pembela Tanah Air (PETA),
ada juga kader-kader inti yang mendapat latihan di Cibarusa, Bogor, khusus bagi
para pemuda Muslimin, yang diberi nama Hizbullah. Seorang di antara pelatihnya,
kalau kami tidak khilaf, adalah Mr. Kasman Singodimedjo dari PETA. Karena
itulah, pengertian Hizbullah selalu dibayangkan sebagai laskar atau tentara. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">H</span>izbullah
pada Akhir Masa Kolonial Belanda</b></div>
<div class="MsoNormal">
Pada
Perang Dunia I (1914-1918), Belanda lebih suka untuk tidak terlibat dalam
kancah peperangan dan bersikap netral. Namun, dalam Perang Dunia II (1939
–1945), negeri ini ikut terlibat walaupun mereka lebih suka bersikap netral. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada
perang dunia II, strategi Jerman di bawah pimpinan kaum Nazi, Hitler,
mempergunakan taktik perang kilat. Secara mendadak pasukan Jerman menyerbu
teritorial kerajaan Belanda, kemudian meneruskan ke wilayah Belgia secara
cepat, kemudian wilayah perang Perancis, dan bila mungkin, menyeberangi Selat
Kanal untuk menyerbu wilayah Inggris.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Karena
tidak siap berperang, lagi pula kalau dibanding dengan lawannya, negeri Belanda
hanyalah merupakan satu negeri yang kerdil saja, dalam waktu lima hari saja,
Belanda menyerah kalah. Kerajaan Belanda tidak lagi terdapat di daratan Eropa.
Pemerintahnya lari ke sahabat kentalnya, yaitu Inggris. Kapal perang dan kapal
dagangnya yang dapat diselamatkan, dilarikan ke perairan-perairan tetangganya.
Selama berkecamuknya Perang Dunia ke-II, tenaga lautan Belanda itu berada di
bawah komando Inggris. Wilayah Belanda<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>yang tertinggal hanya di negeri-negeri jajahannya, yaitu Hindia Belanda,
Indonesia sekarang, dan Suriname. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam
situasi seperti itu ditambah bayangan menggelembungnya suasana perang di lautan
Pasifik, karena Angkatan Darat Jepang telah berada di daratan Cina menuju
Selatan, pemerintah Hindia Belanda semakin gelisah, cemas, dan diliputi banyak
penyesalan. Mereka merasa sesak napas, tidak terkecuali orang-orang yang berada
di Indonesia sebagai tanah jajahannya, bila Hindia Belanda terseret dalam
kancah peperangan, dapatkah Hindia Belanda dipertahankan? Politik kolonial
Belanda yang sangat kolot dan benar-benar reaksioner tidak memungkinkan mereka
untuk merasa aman dan tenteram lahir dan batin, apalagi menghadapi perang dunia
secara langsung. Selain itu, pribadi Belanda yang berkulit hitam maupun
berkulit putih, tidak dibangun untuk menghadapi musuh luar negeri, melainkan
hanyalah menumpas perlawanan penduduk belaka, sekiranya itu terjadi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jadi,
Belanda sama sekali tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berhadapan
dengan kekuatan bala tentara Jepang. Belanda dalam situasi sangat kritis.
Rakyat Indonesia sendiri, yang sekian lama hidup dalam penindasan serta
pemerasan Belanda, tidak dapat diandalkan untuk membantu mereka. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Patut
dicatat, bahwa setiap pemerintahan yang tidak pandai dan tidak memperhatikan
nasib rakyat banyak, tidak mencerminkan ketulusan hati nurani, apalagi jika
beritikad buruk dengan tindakan zhalim, kejam, kekerasan, dan menindas, lebih
buruk lagi jika rakyat dianggap sebagai musuh, maka lambat atau cepat akan
ditinggalkan oleh rakyatnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Karena
itu menjelang runtuhnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, pemerintah
Hindia Belanda mengeluarkan perintah untuk membekukan segala perjuangan rakyat,
terutama dalam bidang politik, termasuk larangan mengadakan rapat-rapat atau
pertemuan. Saat-saat akhir sejarah kolonial Belanda itulah, pengertian
Hizbullah untuk pertama kalinya kami dengar, namun baru diberikan maknanya
secara ringkas, yaitu kaum yang berpihak kepada Allah. Kami mengimani dan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">s</span></b>ekuat tenaga untuk mengamalkan
maksud-maksudnya. (Hizbullah adalah kaum yang berpihak kepada Allah, termaktub
dalam Al-Qur`an, surat Al-Mujadalah ayat 22 dan Al-Maidah ayat 56). Kami
mendengar kata Hizbullah dari Syeikh Muhammad Ma’sum, ahli hadits di
Yogyakarta, dalam suatu silaturrahmi di kediaman Ustadz Abdul Gaffar, yang ketika
itu menjabat Direktur Madrasah Mu’alimin Wal Fajri di Karangkajen,
Yogyakarta.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Selain ketiga orang tersebut
(Wali Al-Fattaah, Muhammad Ma’sum dan Abdul Gaffar/pen), ada pula ikhwan
lainnya, di antaranya ustadz Suhadi, ayah dr. R.H. Su’dan dan Muhammad Ma’sum
seorang awam biasa yang sangat gigih berjuang untuk Islam. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekiranya
pertemuan tersebut diketahui oleh pihak kepolisian Belanda, kemudian digerebeg
karena dianggap melanggar peraturan (Belanda) yang melarang rapat atau
pertemuan, walaupun pengajian yang termasuk tugas dien, kami sudah memiliki
jawabannya, bahwa kami adalah Hizbullah, kaum yang berpihak kepada ALLAH
subhanahu wa ta'ala. Pada waktu itu pengertian yang lebih luas atas kata
Hizbullah belum diberikan, demikian juga tentang dalil-dalilnya. Akan tetapi,
alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ketika kolonialisme Belanda mengakhiri
sejarahnya di Indonesia, Hizbullah tidak mendapat kesulitan apa pun. Peraturan
larangan mengadakan pertemuan-pertemuan oleh pihak Belanda tetap ada, tetapi
karena Allah dan pertolongan-Nya, Hizbullah secara rutin mampu mengadakan
pertemuan yang sifat serta isinya pengajian-pengajian.Itulah pokok perkenalan
kita untuk pertama kalinya dengan kata Hizbullah, yang selanjutnya, Insya Allah
kita termasuk pula di dalamnya. Masya Allah, la haula wa la quwwata illa
billah!</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">H</span>izbullah
pada Zaman Jepang </b></div>
<div class="MsoNormal">
Perkenalan
kedua kali dengan kata Hizbullah terjadi pada saat-saat akhir masa pembentukan
bala tentara kerajaan Jepang yang bernama Hizbullah. Bala tentara ini mendapat
latihan kemiliteran di Cibarusa Bogor. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kata
Hizbullah pertama kalinya diusulkan kepada pemerintah pendudukan bala tentara
Jepang di Jawa yang berkedudukan di Jakarta, gunsei kanbu. Pada saat itu,
Hizbullah diusulkan sebagai nama pasukan beranggotakan para pemuda muslimin
yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hendak dibentuk. Tujuannya adalah
setelah runtuhnya kekuasaan kerajaan Jepang dalam Perang Dunia II, dalam
menghadapi negara-negara sekutu, khususnya Amerika Serikat, kaum muslimin
hendaknya tidak tinggal diam, bahkan bila mungkin memelopori untuk mengangkat
senjata. Pada saat itu mulai terbayang usaha meneruskan perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Delegasi yang dikirim oleh Hizbullah untuk memajukan konsepsi serta
gagasannya kepada gunsei kanbu ialah kami sendiri disertai Ustadz Sulaiman
Masulili atau Penawi Tengah, yang kini masih berada di tengah-tengah kita
dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tinggal di Jakarta.* </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada
waktu itu kami tidak mengungkapkan maksud dibentuknya Hizbullah, sebab, bila
maksud sepenting itu telah tercium oleh pihak Jepang, dapat diperkirakan, bahwa
usulan itu bukan hanya ditolak, bahkan tidak mustahil kami akan dijebloskan ke
dalam penjara. Hal ini karena rezim fasisme Jepang yang sangat agresif itu
sedang kalap karena terjepit oleh pihak musuhnya, terutama pihak Amerika
Serikat sehingga kami akan dianggap meremehkan kekuatan mereka. Di samping itu,
mereka merasa khawatir bila kami akan meneruskan perjuangan kemerdekaan bagi
nusa dan bangsa Indonesia yang umumnya terdiri dari kaum muslimin.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Alhamdulillah,
selama pendudukan bala tentara Kerajaan Jepang di Indonesia, kami dalam keadaan
aman dan usulan kami pun disetujui. ini terbukti dengan adanya latihan-latihan
kader inti di Cibarusa, Bogor.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">H</span>izbullah
pada Masa Kemerdekaan</b></div>
<div class="MsoNormal">
Perkenalan
ketiga dengan kata Hizbullah terjadi beberapa bulan sesudah proklamasi kemerdekaan
Indonesia, yakni dengan adanya hasil keputusan Muktamar Umat Islam di Aula
Mu’alimin Karangkajen, Yogyakarta. Ketika itu diputuskan untuk membentuk
organisasi Masyumi pada tanggal 7 November 1945 M, yang kemudian beralih
menjadi partai politik. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kata
Hizbullah dipergunakan sebagai nama laskar Masyumi, yang terdiri para pemuda
muslimin, yang berniat mengusir fitnah penjajahan dengan mengangkat senjata
secara fisik. Di samping itu, ada pula laskar lain dari berbagai golongan yang
menggunakan nama Hizbullah. Kata Hizbullah sebagai nama laskar yang berjuang
secara fisik terus berjalan, hingga terjadinya penyatuan semua laskar yang ada,
dengan dibentuknya tentara resmi dari Republik Indonesia dalam rangka
mewujudkan satu ketentaraan saja. Hizbullah, Kaum yang Berpihak kepada ALLAH.<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah
mengenal kata Hizbullah dengan makna, pertama sebagai suatu “kaum yang berpihak
kepada Allah subhanahu wa ta'ala”. Kedua, sebagai “kader inti ketentaraan “
yang mendapat latihan Jepang di Cibarusa, Bogor. Ketiga, sebagai nama laskar
dari pemuda-pemuda Muslimin yang berjuang secara fisik pada masa revolusi
kemerdekaan Indonesia. Kini tibalah saatnya untuk mengenal kalimat Hizbullah,
yang sejak 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus 1953 M.) hingga sekarang ini
berada dalam suatu gerakan Islam dengan nama dan makna yang satu, yaitu suatu
kaum yang berpihak kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam kitab suci
Al-Qur`an,<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَاأَيُّهَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ءَامَنُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَرْتَدَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْكُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">دِينِهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَسَوْفَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَأْتِي</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِقَوْمٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُحِبُّهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَيُحِبُّونَهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَذِلَّةٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْمُؤْمِنِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَعِزَّةٍ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْكَافِرِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُجَاهِدُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">سَبِيلِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَخَافُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَوْمَةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَائِمٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ذَلِكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَضْلُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُؤْتِيهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَشَاءُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَاللَّهُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَاسِعٌ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَلِيمٌ</span>(54)<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلِيُّكُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَسُولُهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالَّذِينَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ءَامَنُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُقِيمُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الصَّلَاةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَيُؤْتُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الزَّكَاةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَاكِعُونَ</span>(55)<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَمَنْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَتَوَلَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَسُولَهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالَّذِينَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ءَامَنُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">هُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْغَالِبُونَ</span>(56)<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Hai
orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu murtad dari dien-Nya,
maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia ridlai mereka dan mereka pun
ridla kepada-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap mukminin dan keras tegas
terhadap kafirin. Mereka bersungguh-sungguh di jalan Allah dan tidak takut
terhadap celaan manusia yang mencela, demikian itu ialah nikmat Allah, yang Dia
berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, karena Allah itu Mahaluas
pemberian-Nya lagi Mahamengetahui. “Sesungguhnya pimpinan kamu adalah Allah,
Rasul-Nya dan mukminin yang menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat dan mereka
ruku, tunduk kepada perintah Allah. “Dan barang siapa menjadikan Allah dan
Rasul-Nya dan orang-orang beriman sebagai pimpinan, maka sesungguhnya itulah
Hizbullah - Kaum yang berpihak kepada Allah - Hizbullah itulah yang jaya.’’
(QS. Al-Maidah: 54–56) </i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selanjutnya
kata Hizbullah juga disebutkan dalam surat Al-Mujadalah, ayat 21-22:<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كَتَبَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَأَغْلِبَنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَنَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرُسُلِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَوِيٌّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَزِيزٌ</span>(21)<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَجِدُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَوْمًا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُؤْمِنُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِاللَّهِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالْيَوْمِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْآخِرِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُوَادُّونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حَادَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَسُولَهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلَوْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كَانُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ءَابَاءَهُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَبْنَاءَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِخْوَانَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَشِيرَتَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أُولَئِكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كَتَبَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قُلُوبِهِمُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْإِيمَانَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَأَيَّدَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِرُوحٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَيُدْخِلُهُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جَنَّاتٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَجْرِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَحْتِهَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْأَنْهَارُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خَالِدِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِيهَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَضِيَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَنْهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَضُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَنْهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أُولَئِكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَلَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">هُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْمُفْلِحُونَ</span>(22)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Allah telah menetapkan, sesungguhnya
kejayaan itu bagi-Ku dan Rasul-rasul-Ku. Sesungguhnya Allah itu Mahakuat lagi
Mahaperkasa. Tidak engkau dapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari
Kemudian itu saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya sekalipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka,
atau saudara-saudara mereka, atau keluarga mereka. Mereka (orang yang beriman)
itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan iman ke dalam hati mereka, dan
Allah menguatkan mereka dengan ruh daripada-Nya, dan memasukkan mereka itu ke
dalam Jannah, yang mengalir air sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya.
Allah ridla kepada mereka dan mereka ridla kepada-Nya. Mereka itulah Hizbullah
–kaum yang berpihak kepada Allah. Ketahuilah bahwasanya Hizbullah itulah yang
mendapat kebahagiaan.” (QS. Al-Mujadalah: 21–22)</i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><br />
<br />
Adapun kebalikan
Hizbullah disebutkan dalam surat Al-Mujadalah ayat 19 - 20:<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اسْتَحْوَذَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَلَيْهِمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الشَّيْطَانُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَأَنْسَاهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ذِكْرَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أُولَئِكَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الشَّيْطَانِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَلَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الشَّيْطَانِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">هُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْخَاسِرُون</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">َ</span>(19)
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُحَادُّونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَسُولَهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أُولَئِكَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْأَذَلِّينَ</span>(20)<br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Setan telah berkuasa atas mereka, lalu
ia jadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itu adalah Hizbusysyaithan.
Ketahuilah sesungguhnya Hizbusysyaithan itulah orang-orang yang merugi.
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka dalam
golongan orang-orang yang sangat hina.” (QS. Al-Mujadalah: 19 – 20) </i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Semua
dalil di atas telah menjelaskan arti atau makna Hizbullah dengan gamblang.
Hizbullah bukanlah suatu laskar, bukan pula suatu partai politik atau
perserikatan dan perkumpulan biasa, juga bukan semacam dewan-dewanan yang lahir
dari karya pikir manusia. Hizbullah adalah suatu kaum atau umat yang
berpihak,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tunduk, patuh kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itulah Al-Jama’ah, sebagaimana yang dimaksudkan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka itulah Jama'ah Muslimin, Insya
Allah. Allahumma Amin. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk
mengetahui bagaimana roh Hizbullah yang pertama kali diperkenalkan di gedung
Adhuc Staat, Jalan Taman Surapati nomor 1. Menteng Raya Jakarta (sekarang
gedung Bappenas), pada hari raya Iedul Adha, 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus
1953 M), berikut ini dicantumkan ringkasnya: </div>
<div class="MsoNormal">
Hizbullah
berpedoman pada Al-Qur`an dan Sunnatu Rasulillah. Hizbullah berjuang karena
Allah, dengan Allah, untuk Allah, bersama-sama segenap kaum muslimin menuju
mardlatillah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam
menghadapi suasana yang makin bergolak, Hizbullah menetapkan langkah-langkah
asasi (strategis) sebagai berikut:</div>
<div class="MsoNormal">
Pandangan,
pendirian, dan sikap hidup muslim: Yakin, bahwa berpegang teguh dan taat
melaksanakan pedoman Al-Qur`an dan Sunnatu Rasulillah adalah sumber segala
kejayaan dan kebahagiaan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ukhuwah
islamiyyah: Kesatuan bulat bagi seluruh muslimin yang tidak dapat dibagi-bagi,
dipisah-pisahkan, apalagi diadudombakan, sebagai perwujudan ukhuwah islamiyah,
baik dalam kemudahan atau dalam kesukaran dan perjuangan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kemasyarakatan:
Berpihak pada kaum dlaif (lemah, tertindas, teraniaya), menegakkan keadilan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sikap
terhadap lain-lain golongan: Tegak berdiri dalam lingkungan kaum muslimin di
tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebaikan, menyuruh<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kepada kebajikan dan mencegah perbuatan
munkar. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Antara
bangsa-bangsa: Menolak setiap fitnah penjajahan dan kezhaliman suatu bangsa
atas bangsa lain, dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">* Ahmad Sulaiman
Masulili wafat pada hari Selasa, 16 Dzulqa’dah 1409 H/Senin 19 Juni 1969 M. di
Cempaka Putih, Jakarta, jam 16.15 wib. Beliau lahir di Luwuk, Sulawesi Selatan,
1 Juli 1916 M.</b></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-80323017927166688172015-04-09T20:47:00.001-07:002015-04-09T22:53:53.775-07:00Pengamalan Al Jama'ah Itu Sama Dengan Tata Cara Sholat BerJama'ah Di Masjid<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">P</span>engamalan Al Jama’ah itu tidak jauh berbeda dengan
tata cara sholat berjama’ah di Masjid ada Imam dan ada Ma’mun, Ketika Imam
mengangkat takbir bertanda sholat dimulai yang kemudian diikuti oleh seluruh Ma’mum
dibelakang Imam, Adapun yang datang belakangan tinggal mensesuaikan shaff walaupun
yang datang belakangan dengan jumlah yang banyak jika dibandingkan dengan yang sedang
sholat berlangsung, Jika yang datang belakangan tidak mau berma’mum kepada Imam
yang sedang sholat, Maka tunggulah sampai sholat tersebut selesai, Jika tetap
melaksanakan sholat ataupun membuat Imam sholat baru ketika Imam pertama belum
selesai maka itu adalah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Andad/Tandingan”</b>
Jelas tidak dibenarkan dalam satu Masjid yang sama ada dua Imam sholat secara
bersamaan.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">B</span>egitu
juga dengan pengamalan Al Jama’ah atau Jama’ah Muslimin, Berhimpun bersatunya
ummat Islam itu adalah di dalam Al Jama’ah yang bersystem <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Khilafah ‘Alaa Mihajin Nubuwah”</b> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Apabila ada sekelompok Ummat Islam dalam satu
masa/zaman sudah ada yang lebih dulu mengamalkan Syari’at Al Jama’ah Al-Imamah
dengan dipimpin oleh seorang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Imaam atau
Khalifah atau Amirul Mu’minin, Walaupun dari kalangan budak Habsyi yang rumpung
hidungnya, Maka yang datang belakangan tinggal <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“gabung/masbuk”</b> mensesuaikan tanpa perlu banyak pertanyaan,celaan
dan cemoohan karena kesempurnaan itu hanya milik Allah.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">A</span>dapun terwujudnya kembali Al
Jama’ah atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah) atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah
itu adalah berdasarkan syare’at <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“bai’atul
imaroh/imamah” </b>kepada Wali Al-Fattah dan Jama'ah Muslimin (Hizbullah) mengadakan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Musyawarah Ahlul Halli Wal Aqdi sampai tiga kali</b> yang dihadiri oleh
seluruh ulama Indonesia pada waktu itu, Namun kurangnya respon tanggapan dari
kaum Muslimin Indonesia khususnya dan dunia Umumnya pada waktu itu atas seruan
Wali Al-Fattah, Sehingga seruan tersebut dianggap sebagai kembali ke <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">zaman onta</b>, Maka panitia perumus
memutuskan bahwa Jama’ah Muslimin (Hizbullah) adalah satu-satunya Al-Jama’ah
yang bersystem <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwah”</b> setelah berakhirnya Khilafah Turky Ustmaniyah pada tahun 1924 M,
Adapun bai’at yang pertama yang sudah di amalkan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
dapat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“dibatalkan/digugurkan”</b>, Apabila
sudah ada yang lebih dulu mengamalkan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Syari’at
Al Jama’ah,Al Imaamah dan Al Bai’ah adapun setelahnya adalah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“BATHIL”.!<br />
</b><br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أُمِرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَيْكُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَبْدٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حَبَشِيٌّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُجَدَّعٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاسْمَعُوْا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَأَطِيْعُوْا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَادَكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِكِتَابِ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Sekalipun kamu
dipimpin oleh seorang budak Habsyi yang rumpung hidungnya, wajib kamu men
dengar dan mentaatinya selama ia memimpin kamu dengan Kitabullah.” (HR.Ibnu
Majah dari Ummul Hushain dalam bab Tha’atul Imam: II/201, Muslim, Shahih
Muslim: II/130, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi: IV/181 No.1706. Lafadz Ibnu
Majah)</i><br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بُويِعَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِخَلِيفَتَيْنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاقْتُلُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْآخَرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْهُمَا</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu
masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang terakhir).” (HR.
Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/137)<br />
<br />
</i><br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَانَتْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَنُو</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِسْرَائِيلَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَسُوسُهُمُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْأَنْبِيَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُلَّمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هَلَكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَلَفَهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لاَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَتَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خُلَفَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكْثُرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَأْمُرُنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِبَيْعَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلأَوَّلِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاْلأَوَّلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَأَعْطُوهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حَقَّهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَائِلُهُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَمَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اسْتَرْعَاهُمْ</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dahulu
bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi
diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan
ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya:
”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu
pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka
sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam
kepemimpinannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul
Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)<br />
</i><br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَايَعَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِمَامًا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَأَعْطَاهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صَفْقَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَدِهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَثَمَرَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَلْبِهِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيُطِعْهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اسْتَطَاعَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">آخَرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُنَازِعُهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاضْرِبُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عُنُقَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْآخَرِ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Dan barangsipa
membai’at imam dengan ber jabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya
semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukul lah leher
orang tersebut.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash, Shahih Muslim
dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai,
Sunan An-Nasai VII/153-154. Lafadz Muslim)<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">K</span>ata
bunuh yang dimaksud hadis diatas adalah bunuh dengan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Hujjah”</b> karna tidak dibenarkan didalam agama Islam yang rahmatan
lil alamin saling membunuh antara sesama Muslim, Karna sesama Muslim itu adalah
bersaudara sebagaimana Q-s Al-Hujurat ayat 10, Ternyata dikemudian hari setelah
diamalkannya kembali Syari’at Sunnah Jama’ah,Imaamah dan Bai’at oleh Jama’ah
Muslimin (Hizbullah) pada tahun 1953, Maka bermunculanlah nama-nama baru yang
sekilas mirip syari’at padahal bukan yang mana nama-nama tersebut terinsfirasi
oleh <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“akal/ra’yu”</b> yang menarik-narik
dalil yang menjadi rujukan Jama’ah Muslimin (Hizbullah)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Seperti halnya Lembaga Da’wah Islam Indonesia
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">(LDII)</b> yang menganggap bahwa
Al-Jama’ah sudah diamalkan pada tahun 1941 akan tetapi berdasarkan fakta tidak
dapat dibuktikan hanya berdasarkan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“konon
katanya”</b> atau <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Qilla Wa qola”</b>,
padahal KH Nurhasan Ubaidah Lubis mengetahui Jama’ah,Imaamah dan Bai’at dari
Wali Al-Fattah.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">N</span>amun
berdasarkan fakta sejarah baik surat maupun orang saksi bahwasanya KH Nurhasan
Ubaidah Lubis beliau pernah berbai’at kepada Wali Al-Fattah sebanyak dua kali,
Namun lagi-lagi menurut warga Lembaga Da’wah Islam Indonesia <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">(LDII)</b> menganggap bahwa surat tersebut
adalah surat palsu hasil rekayasa yang dibuat oleh Wali Al-Fattah, Apakah orang
yang menuduh tersebut sezaman dengan Wali Al-Fattah?, Dan benarkah Wali
Al-Fattah memalsukan surat tanda tangan KH Nurhasan Ubaidah Lubis? Jika
benar,Lalu apa untungnya Wali Al-Fattah memalsukan tanda tangan KH Nurhasan
Ubaidah Lubis? Jika dikemudian hari akhirnya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lembaga Da’wah Islam Indonesia <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">(LDII) </b><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>difatwa <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“sesat”</b>
oleh Majelis Ulama Indonesia karna menganggap Muslimin yang tidak berbai’at
kepada KH Nurhasan Ubaidah Lubis adalah kafir dsb. <br />
<br />
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">M</span>enurut
Ustdz Abdul Qadir Hasan Baraja setelah berakhirnya Mulkan Jabariyyah Turky
Ustmaniyah pada tahun 1924 kaum muslimin dunia tidak ada upaya untuk mewujudkan
atau mengamalkan kembali Sunnah Jama’ah,Imaamah dan Bai’at, Maka dibai’atlah
Ustdz Abdul Qadir Hasan Baraja oleh dua orang yaitu Irfan dan Jaka pada waktu dalam
tahanan penjara karna terlibat kasus pengeboman, Padahal <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Islam itu Rahmatan Lil Alamin</b> bukan dengan jalan kekerasan. Adapun
organisasi tersebut diberi nama <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Khilafatul
Muslimin”,</b> Kemudian pada waktu kongres Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
pada tahun 2000 M beliau Ustdz Abdul Qadir Hasan Baraja menyodorkan konsef
bahwa Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah sudah di Maklumatkan pada tahun 1997, Namun
oleh panitia kongres <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>konsef usulan Ustdz
Abdul Qadir Hasan Baraja <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“DITOLAK”</b>
sehingga dalam maklumatnya beliau hanya sebagai Khalifah sementara. <br />
<br />
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">J</span>ika
benar Lembaga Islam Indonnesia (LDII) sebagai pengamal Al Jama’ah pertama tahun
1941, Kenapa KH Nurhasan Ubaidah Lubis berbai’at kepada Wali Al-Fattah sebanyak
“Dua Kali <span style="font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">!”, </span>Begitu juga dengan Ustdz Abdul Qadir Hasan Baraja jika benar
beliau mengkehendaki persatuan dalam system Khilafah, Kenapa beliau mendirikan
Khilafatul Muslimin dengan landasan dalil yang sama dengan Jama’ah Muslimin
(Hizbullah)? Dan kenapa beliau enggan untuk menepati bai’at yang pertama? Dan
justru malah sebaliknya mencari-cari kelemahan Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
demi menolak bai’at yang pertama yang sudah diamalkan terlebih dahulu oleh Jama’ah
Muslimin (Hizbullah)? Al Haqqu Mirrobbika kebenaran itu datangnya dari Allah
dan Kesempurnaan itu hanya milik Allah.<br /><br /><br />Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br /> وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ {الشورى:8}<br /> “Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong.” (QS.Asy-Syuura:8)<br /><br />Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:<br /> وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ . إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ {هود:118-199}<br /> “Jika Tuhanmu menghendaki tentu Dia menja dikan manusia umat yang satu tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu (keputu san-Nya) telah diputuskan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS.Hud:118-119)<br />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-48079617470252525302015-04-08T06:32:00.003-07:002015-04-08T06:32:57.294-07:00Siapakah Yang Taghut Itu ?
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah</b>
adalah Dr Politik, Walaupun beliau Dr Politik namun Jama’ah Muslimin
(Hizbullah) itu Non Politik,Walaupun <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jama’ah
Muslimin (Hizbullah) itu Non Politik !</b>, Bukan berarti Jama’ah Muslimin
(Hizbullah) anti dengan politik,Karna bagi Jama’ah Muslimin (Hizbullah) politik
itu sumbernya bukan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah melainkan dari <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“TAGHUT”</b>
Yunani, Aristoteles (364-322 SM) filosof Yunani dan ilmuwan, lahir di Stagira
dan sering disebut Stagrite. Ia adalah salah seorang ahli pikir terbesar di sepanjang
zaman. Bukunya tentang politik berjudul “Politica”. Pada zaman Ma’mun Al
Rasyid, dinasti Abbasiyyah, karangan Plato dan Aristoteles banyak diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab, dengan judul<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“SIYASAH”</b> tidak terkecuali mengenai
politik (Everymans Encyclopaedia I, halaman 196, 467, XI: 17, X: 63-64;<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ensiklopedia Indonesia, W. Van Hoeve, halaman
79, 80, 894, 1026, 1027).<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:<br />
<br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَنْطِقُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْهَوَى</span> - <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَحْيٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُوحَى</span>
</div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Artinya: "Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya
Muhammad)"( Q.S. An-Najm : 3 – 4)<br />
<br />
<br />
</i>Islam mutlak wahyu Allah bukan produk otak, Sedangkan politik adalah produk
otak manusia yang relatif dan rapuh,Mana mungkin Rasulullah mengikuti kemauan
hawa nafsunya sementara beliau sendiri senantiasa dibimbing oleh wahyu yang
diwahyukan kepadanya,Sementara politik itu jelas mengikuti alam fikiran akal
manusia yang sewaktu-waktu dapat berubah-ubah oleh sebab itu Jama’ah Muslimin
(Hizbullah) berkeyakinan bahwa Risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Non Politik !”</b></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Diwujudkannya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kembali Al-Jama’ah atau
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang wujudnya adalah “Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah” itu bukan atas dasar kemauan hawa nafsu <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah</b> sebagai <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dr
Politik, Melainkan atas dasar seruan Allah dan Rasul-Nya sebagaimana Qs Ali-Imran
103 dan Hadist dari Hudzaifah Ibnul Yaman.<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَاعْتَصِمُوْا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِحَبْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَمِيْعًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلاَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَفَرَّقُوْا</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="KO" style="font-family: "Malgun Gothic","sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Dan berpegang teguhlah kamu sekalian
kepada tali Allah seraya ber-JAMA’AH, dan janganlah kamu berfirqah-firqah…”
(QS.Ali Imran:103)<br />
</i><br />
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
…<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَلْزَمُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَمَاعَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُسْلِمِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِمَامَهُمْ</span><span lang="KO" style="font-family: "Malgun Gothic","sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">…</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="KO" style="font-family: "Malgun Gothic","sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“…</span> Engkau tetap pada Jama’ah Muslimin dan
Imaam mereka …”<br />
(HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih
Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
</i><br />
Begitu juga ditetapinya/diwujudkannya kembali Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin
(Hizbullah) itu tiada berdiri sendiri melainkan dengan syari’at bae’atul
Imaroh-Imaamah kepada <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah</b>
yang dibae’at oleh beberapa Ulama diantaranya:<br />
- Kyai Muhammad Maksum (Khadimus Sunnah, ahli<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>hadits asal Yogyakarta- Muhammadiyah)</div>
<div class="MsoNormal">
- Ust. Sadaman (Persis-Jakarta)</div>
<div class="MsoNormal">
- KH. Sulaeman Masulili (Sulawesi)</div>
<div class="MsoNormal">
- Ust. Hasyim Siregar (Tapanuli)</div>
<div class="MsoNormal">
- Datuk Ilyas Mujaindo, dll.<br />
<br />
Setelah Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin atau Hizbullah atau Khilafah ‘Alaa
Minhajin Nubuwah atau Thaifah Manshuroh atau Firqatun An-najiyah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di wujudkan kembali, Jama’ah Muslimin
(Hizbullah) mengadakan Musyawarah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ahlul
Halli Wal Aqdi sampai tiga kali</b>,Namun dari kalangan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Muslimin Indonesia khususnya dan dunia umumnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak ada tanggapan atas pengamalan
Al-jama’ah tersebut, Maka panitia perumus memutuskan bahwa Al-Jama’ah atau
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) adalah satu-satunya Al-jama’ah yang wujudnya
adalah “Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwah”<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>setelah berakhirnya Khilafah Turky Ustmaniyyah pada tahun 1924 yang bersystem
Mulkan.<br />
<br />
<br />
Namun ternyata ditegakkannya kembali Al-Jama’ah Justru membuat polemik pada <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah</b> Allah (yarham) yang
pernah bekerja sebagai biro politik di Era <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sukarno</b>
ada yang mengatakan bahwa Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu buatan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah</b> atas perintah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sukarno</b> untuk menandingi atau menyaingi
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sekar Marijan Kartosuwiryo</b> dengan
Negara Islam Indonesia yang diproklamirkan pada tahun 1949, Sehingga pihak yang
pro N11 termasuk Khilafatul Muslimin <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Abdul
Qadir Hasan Baraja</b><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mantan N11 mantan
Narapidana BOM yang pernah masuk penjara dua kali menganggap <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah</b> sebagai “<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Antek Taghut”</b> dsb, Sehingga tentunya
ini menyakitkan bagi <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah</b>
Allah (yarham) dan anak keturunannya yang tidak tau menahu tentang gejolak
politik pada waktu itu, Begitu pula kami sebagai ma’mum di Jama’ah Muslimin
(Hizbullah).<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><br />
<br />
Sebenarnya yang dibentuk oleh <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sukarno</b>
pada waktu itu adalah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><u>Jami’atul
Muslimin</u></b> yang sering disingkat <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“JAMUS”</b>
yang berlambang kepala Banteng yang tidak pernah membai’at seorang Imaam yang
tercatat sebagai partai <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">PNI</b> untuk
merekrut Massa, Dan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><u>Jami’atul
Muslimin</u></b> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>inilah yang menjadi <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“aundergraund”</b> Jama’ah Muslimin
(Hizbullah),Sebagaimana pada tulisan diatas bahwa diwujudkannya kembali
Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu adalah atas seruan Allah dan
Rasul-Nya, Bukan atas perintah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sukarno</b>
apalagi untuk menandingi atau menyaingi <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sekar
Marijan Kartosuwiryo</b> dengan Negara Islam Indonesianya.<br />
<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sementara Negara Islam Indonesia (NII)
itu bukanlah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Al-jama’ah”</b> yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya karna tidak ada ayat maupun hadist perintah
seruan untuk mendirikan atau menegakan Negara Islam Indonesia, ia NII adalah
lahir dari rahim <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">taghut</b> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">politik <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yunani</b>, Polis = Negara (berasal dari kata
Yunani kuno), tetapi negara pada waktu itu masih merupakan kota, negara kota.
Plato menamakan bukunya yang mengupas negara, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Politeia”</b>, yang berarti soal-soal kenegaraan, sedang Aristoteles,
Politica, yang artinya Ilmu kenegaraan, ilmu tentang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>polis. Dari situlah asal perkataan politik
sekarang ini (Ensiklopedia Umum, Kanasius, 1977, halaman 896).<br />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
Socrates (469-399 SM), ahli filsafat Yunani purba, bapak
ahli filsafat dunia yang mula-mula. Ia tidak meninggalkan sebuah buku karangan
apapun dan mengakhiri hidupnya dengan hukuman minum racun, sedangkan riwayat
hidupnya ditulis oleh muridnya, Plato. Plato (427-347 SM) lahir di Athena.
Karyanya di bidang politik berjudul <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Republik”</b>
(mungkin yang paling termasyhur, pengungkapan tentang keadilan dengan gambaran
suatu negara yang ideal), Jelas dan sudah pasti baik <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sukarno </b>maupun <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sekar Marijan
Kartosuwiryo</b> itu mengikuti ideologi <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">taghut
Yunani</b> dan akal fikirannya bukan mengikuti seruan Allah dan Rasul-Nya,
Lantas siapakah yang mengikuti <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Taghut
Yunani </b>itu.? <br />
<br />
<br />
Menurut <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ustdz Abdul Qadir Hasan Baraja</b>,
Bahwa Al-Jama’ah itu sudah terbentuk pada tahun 1938 bukan tahun 1953 ketika
penulis berhubungan via telpon dengan nomor +628133966456x atas nama <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ustdz Abdul Qadir Hasan Baraja</b>, Jika
Al-Jama’ah itu sudah terwujud pada tahun 1938 lantas siapakah Imaam dalam
Al-Jama’ah tersebut.? Dan masih menurut <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ustdz
Abdul Qadir Hasan Baraja</b> bahwa Al-Jama’ah yang terbentuk pada tahun 1938
itu berlanjut ke Negara Islam Indonesia (NII) sebagai Imaamnya adalah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sekar Marijan Kartosuwiryo</b> yang berupaya
menegakan khilafah dengan membentuk terlebih dulu Negara Islam ditiap-tiap
Negara dan kemudian mengangkat seorang Khalifah,Namun upaya <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sekar Marijan Kartosuwiryo</b> dalam
mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) terhenti setelah berakhir pasca
ditangkap dan dieksekusinya Imam <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sekar
Marijan Kartosuwiryo</b> Assyahid InsyaAllah,Maka berakhirlah Negara Islam
Indonesia (NII)<br />
<br />
<br />
Namun ternyata dikemudian hari para mantan N11 banyak yang berafiliasi mendirikan
Organisasi Islam seperti <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ustad</b> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Abu Bakar Ba’asir</b> mendirikan Jama’ah
Anshor Tauhid (JAT)<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> Ustdz Abdul Qadir
Hasan Baraja</b> dengan membentuk organisasi Khilafatul Muslimin atas Ijtihad
pribadi masing-masing sehingga <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ustad
Abdul Qadir Hasan Baraja</b> mengklaim penerus <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Al-Jama’ah”</b> tahun 1938 yang kelanjutan dari Negara Islam Indonesia
(NII) yang mempunyai cita-cita <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menegakan
Khilafah, Namun <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ustdz Abdul Qadir Hasan
Baraja</b> sendiri menolak istilah Negara Islam karna menurutnya tidak ada
dalil mendirikan Negara Islam Indonesia, Adapun dalil Khilafatul Muslimin itu
sendiri sama dengan dalil Jama’ah Muslimin (Hizbullah) karena hasil dari “<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Copy Paste”</b> namun perbedaan itu tetap
ada yang mana Ideologinya Khilafatul Muslimin masih mengikuti Politik Negara
Islam Indonesia yang mana konsefnya mengikuti “<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sunnah taghut <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Yunani wa Plato,Aristoteles”</b>,
Bukan mengikuti Sunnahnya Khulafaur Rasyiddin Al Mahdiyin, Jika demikian
Khilafatul Muslimin itu tidak ubahnya <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“mengusap
muka dengan kotorannya sendiri”</b> menuduh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) maupun
Muslimin lainnya yang berada dipemerintahan (NKRI) sebagai <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Antek Taghut”</b> tapi sistem taghut <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Negara”</b> dilanjutkan dengan berafiliasi menjadi Khilafatul Muslimin,
Ya.. <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Taghut vonis taghut</b>, Semut
disebrang laut kelihatan,tapi gajah dipelupuk mata tidak kelihatan dan itulah
Khilafatul Muslimin yang takfiri terhadap Muslimin yang tidak sefahaman
dengannya.<br />
<br />
Menurut <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ustad Abdul Qadir Hasan Baraja</b>
bahwa beliau pernah dipenjara dua kali selama 23 tahun karna terlibat kasus
pengeboman dan pemberontakan, <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Secara
logika</b>,mantan Narapidana BOM manakah yang bisa mendirikan organisasi Islam yang
diberi nama Khilafatul Muslimin Jika tidak mendapatkan Legalitas perlindungan dari
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Badan Intelijen Negara</b>.? Ya..Taghut
vonis taghut. <br />
<br />
<br />
Adapun Da’wah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu adalah merangkul semua elemen
bangsa tanpa memandang suku dan agama sebagaimana Allah mengutus Nabi Muhammad
Salallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pembawa rahmat semesta alam dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَرْسَلْنَاكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَحْمَةً</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِلْعَالَمِينَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan Kami tidak
mengutus engkau melainkan untuk menjadi rahmat semesta alam”. (QS Al-Anbiya
:107)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَرْسَلْنَاكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَافَّةً</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِلنَّاسِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَشِيرًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَنَذِيرًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَكِنَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَكْثَرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النَّاسِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَعْلَمُونَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan kepada seluruh ummat manusia sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya”. (QS Al-Anbiya :107)<br />
<br />
</i>Da’wah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tidak memaksakan kehendak dengan
Menjustifikasi Muslimin yang ada dipemerintahan sebagai <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">“Antek Taghut dsb”</b> karna tidak ada paksaan untuk memasuki agama
Islam begitu juga tidak ada paksaan untuk menetapi Jama’ah Muslimin
(Hizbullah), Da’wah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) hanya menyampaikan adapun
diterima atau tidak terserah kepada individu masing-masing.<br />
<br />
<br />
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِكْرَاهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الدِّينِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَد</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَّبَيَّنَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الرُّشْدُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْغَيِّ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="KO" style="font-family: "Malgun Gothic","sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat.”(QS Al-Baqoroh: 256)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَقُلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْحَقُّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَبِّكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيُؤْمِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيَكْفُرْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَعْتَدْنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِلظَّالِمِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَارًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَحَاطَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِهِمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سُرَادِقُهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَسْتَغِيثُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُغَاثُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِمَاءٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَالْمُهْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَشْوِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْوُجُوهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِئْسَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الشَّرَابُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَاءَتْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُرْتَفَقًا</span></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Dan katakanlah
kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman)
maka hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir maka biarkanlah ia
kafir. Sesungguhnya telah kami sediakan bagi orang-orang yang dholim itu
neraka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan
air seperti besi yang mendidih, yang menghanguskan muka; itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (QS Al-Kahfi : 29)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Itulah sekilas bantahan atas tuduhan dari segelintir
organisasi-organisasi yang menuduh bahwasanya Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu
adalah buatan <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Wali Al-Fattah </b>atas
perintah <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Soekarno </b>untuk menandingi <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Sekar Marijan Kartosuwiryo</b> dengan
Ideologi Negara Islam Indonesia.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-69015383214617421842015-04-04T02:38:00.002-07:002015-12-09T21:02:45.228-08:00Soal Jawab Jama'ah, Imaamah dan Bai'at<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1l2c4ZFQx5xenI9qz9H4KtVruc8-gTSEPoty9FW5N72z9x_SVQmOBNZJb82wXsFIV2P4bs6anHn-W1f-xAqsk8uEwDRQKRsvAppjiEs6GIzeZAM3R1Cd35FiSHxmIgNeBFM_zq8xEEL0/s1600/IMG_20150404_155125.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1l2c4ZFQx5xenI9qz9H4KtVruc8-gTSEPoty9FW5N72z9x_SVQmOBNZJb82wXsFIV2P4bs6anHn-W1f-xAqsk8uEwDRQKRsvAppjiEs6GIzeZAM3R1Cd35FiSHxmIgNeBFM_zq8xEEL0/s320/IMG_20150404_155125.jpg" width="222" /></a></div>
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b>
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b>
<b>Artikel ini menjawab seputar persoalan Jama'ah Imaamah dan Bai'at dan sebagai jawaban atas apa yang dituduhkan baik dari Salafy,Hizbut Tahrir dsb kepada Jama'ah Muslimin (Hizbullah)</b><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b>
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Oleh: Muhadjir Al Murtaqy</b><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">
Disalin dan dipublikasikan oleh: Agus Zainal Asikin</b><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b>
<strong><em>Bismillahirrohmannirrohim</em></strong><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">َنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَبِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">سَعِيْد</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْخُدْرِي</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَضِيَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَنْهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَالَ</span>
: <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">سَمِعْتُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَسُوْلَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">صلى</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الله</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عليه</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وسلم</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَقُوْلُ</span> : <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَأَى</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْكُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مُنْكَراً</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَلْيُغَيِّرْهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِيَدِهِ،</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَسْتَطِعْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَبِلِسَانِهِ،</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَسْتَطِعْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَبِقَلْبِهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَذَلِكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَضْعَفُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اْلإِيْمَانِ </span>[<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رواه</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مسلم</span>]</div>
<br />
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : <em>"Siapa yang melihat kemunkaran maka
rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika
tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah
selemah-lemahnya iman".</em>(H R Muslim,dari Abu Sa’id Al Khudri)<br />
<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1.SEKITAR JAMA’AH MUSLIMIN WA IMAAMAHUM</b><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 1</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apakah yang dimaksud Al-Jama’ah?<br />
(TP)<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
<br />
</b>1.1.1. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Al-Jama’ah ialah:<br />
مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي<br />
<em>"Yakni: apa yang hari ini, aku dan sahabatku berada di atasnya".</em><br />
<em><br /></em>
1.1.2. Shahabat Ali bin Abi Thalib, berkata:<br />
اَلسُّنَّةُ وَاللهِ سُنَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلبِدْعَةُ
مَا فَارَقَهَا وَ اَلْجَمَاعَةُ وَاللهِ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلحَقِّ وَإِنْ قَلُّوْا
وَ اْلفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلبَاطِلِ وَاِنْ كَثَرُوْا<br />
<em>“Demi Allah, sunnah itu adalah sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan bid’ah itu adalah apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah,
Al-Jama’ah itu adalah berkumpulnya ahlul haq sekalipun mereka sedikit dan
Firqoh itu adalah berkumpulnya ahlul bathil sekalipun mereka banyak.”</em> (Hamisy
Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109)<br />
<br />
1.1.3. Shahabat Qatadah ra berkata:<br />
<br />
Dari Qatadah berkata, yang dimaksud dengan ayat: (Orang yang mendapat rahmat
Allah). (Al-Qur’an surat Hud: 119), Adalah mereka yang (mau) berjama’ah
meskipun tempat tinggal dan secarafisik badaniyyah mereka berpisah-pisah.
Adapun orang yang ahlu mashiyat kepada-Nya adalah mereka yang berpecah-belah
meskipun tempat tinggal dan secara fisik badaniyyah mereka berkumpul. (Tafsir
Ibnu Abu Hatim, Al Ashiil: 6/2094. Tafsir Ibnu Katsiir: 4/362).<br />
<br />
Adapun perintah menetapi Al-jama’ah antara lain adalah sebagai berikut,
Rasulullah shalallahu ‘alai wasallam bersabda:<br />
<br />
<em>“Wajib bagimu berjama’ah dan hindarilah bergolong-golongan/menyendiri.Karna
sesungguhnya syaithan itu beserta orang yang menyendiri, dan dia beserta<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dua orang itu jauh. Barang siapa yang
menghendaki bertempat di tengah-tengah Jannah, maka hendaklah ia menetapi
Al-Jama’ah”.</em><br />
(Al Wajiiz: 1/36. HR At Tirmidzy Kitabul Fitan, Bab Maa jaaa-a Fii Lujuumul
Ja-maa’ah nomor 2166. Ahmad: 114 dan 177 dan Al Hakim: 1/77-78).<br />
<br />
<br />
Dari Abu Umamah berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
<em>“Aku wasihyatkan kepada Khalifah sesudahku dengan taqwa kepada Allah dan (aku
washiyatkan kepadanya agar tetap berpegang teguh) dengan Jama’ah Muslimin (aku
washiyatkan pula) agar menghormati kepada orang (yang lebih) tua diantara mereka,
dan agar kasih sayang kepada yang kecil diantara mereka, agar menghormati para
alimnya. Tidak boleh memukul mereka<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>sehingga menghinakan mereka. Dan tidak boleh berbuat bengis pada mereka
sehingga dia mengkufuri mereka, dan tidak boleh mengunci pintu rumahnya (buat
melayani) kebutuhan mereka, sehingga yang kuat memakan yang lemah diantara
mereka”.</em><br />
(Hadits Shahih riwayat Al baihaqy dari Abu Umamah/ Ja-mi’ush Shagir jilid; 1
halaman 111. Al I’tiqood li AlBaihaqy: 1/241. Sunan Al Kub-roo Al Baihaqy:
8/279).<br />
<br />
<br />
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ
الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا
الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ
ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ
قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ
ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ
أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا
قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي
إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ
فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ
كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ
عَلَى ذَلِكَ .<br />
<br />
Artinya: Imam Muslim berkata:”Muhammad bin Al Mutsanna telah menyampaikan
berita kepadaku, (katanya); Al Walid Ibnu Muslim telah menyampaikan berita
kepadaku, (katanya); ‘Abdurrahman bin Yazid bin Jabir telah menyampaikan berita
kepada kami, (katanya); Busr bin ‘Abdullah Al Hadiramy telah menyampaikan
berita kepadaku, bahwa dia telah mendengar Abu Idris Al Khaulany berkata; Aku
mendengar Hudzaifah Ibnul Yaman berkata;<br />
<em>“Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah
tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya:
“Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan
kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam).
Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!”
Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah
menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah
kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil
petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku
bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan
petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya:
“Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab:
“Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam.
Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam
Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka
itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan
berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau
perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah
bersabda: <strong>“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” </strong>Aku
bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda:
“Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau
sam pai menggigit akar kayu hingga kematian menjum paimu, engkau tetap
demikian.”</em> (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65,
Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475.
Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Dalil dalil diatas menunjukan <br />
bahwa;<br />
</b><br />
-Yang dimaksud Al-Jama’ah di mana kita wajib untuk menetapinya adalah; Jama’ah
Muslimin inilah yang dimaksud tertentu pada kalimat; ‘(AL)<br />
<br />
-Wajibnya menetapi Jama’ah Muslimin dan Imam mereka (bila telah ada
Jama’ah/Imamah).<br />
<br />
-Bila tidak ada Jama’ah dan Imamah,maka wajib memisahkan diri dari pada
melibatkan diri dalam perpecahan.<br />
<br />
-Berdasarkan dalil dalil diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: yang dimaksud
Al-Jama’ah, Jama’ah Muslimin. Dan Jama’ah Muslimin adalah: <em>“Berikut
kemasyarakatan</em><span style="mso-spacerun: yes;"><em> </em></span><em>Islam berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan Khulafaaur Rasyidiin Al Mahdiyyiin yang dipimpin oleh seorang Imamul
Muslimin,Khalifah atas Amirul Mu’minin dalam suatu masa (Non Politik)</em><br />
<em><br /></em>
-Beri’tizal hanya diperbolehkan bila tidak ada Jama’ah dan Imamah.<br />
<br />
-Kalau Jama’ah Imamah sudah ditetapi, tidak boleh lagi i’tizal,tidak boleh
menyendiri,hidup tanpa Imam.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 2.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Lalu bagaimana dengan Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah? (TP)<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Yang kami ketahui, istiqomah Ahlus Sunnah muncul dalam kitab tafsir Ibnu
Katsir, dalam menafsirkan surah Ar Rum;23. (IK;IV:33).3). Saya belum menemukan
bahwa itu dari lisanRasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun yang dari
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,adalah:Al-Jama’ah (tanpa menyebut:Ahlus
Sunnah), Kami sangat bersyukur kalau ada ikhwan yang menemukannya bahwa itu
dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 3.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apakah perbedaan antara Jama’ah Muslimin
dengan organisasi-organisasi? (TP)<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
<br />
Kalau yang anda maksud organisasi bikinan manusia,baik yang bersifat
kemasyarakatan maupun politik dan yang bukan politik,selainpun kalau itu
pikiran manusia,jelas berbeda dengan Al-Jama’ah,sebab Al-Jama’ah adalah system
kemasyarakatan Islam yang telah Allah sediakan,keberadaannya adalah atas
perintah Allah, menetapinya wajib,keluar dari padanya mendapat dosa/ancaman.
Sementara organisasi-organisasi yang anda maksud adalah bikinan manusia, dan
tidak terbatas jumlahnya.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 4.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kenapa Umat Islam harus berjama’ah? (TP)<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Secara naqly,jelas karena Allah memerintahkan berjama’ah. Banyak dalilnya baik
dari Al-Qur’an,Al Hadits maupun atsar antara surat Ali ‘Imran ayat; 103,surat
An Nisa ayat; 59, hadits dari Huzdaifah riwayat Bukhary,Muslim,dalam kitabul
Fitan,tentang perintah iltizam dalam Al-Jama’ah dll.<br />
<br />
Secara aqlipun dapat diterima, sebab antara lain.<br />
<br />
-Bahwa persoalan-persoalan Muslimin tidak bisa diselesaikan dengan
sendirian,perlu ditangani secara bersama-sama, secara terpadu,cara berjama’ah.<br />
<br />
-Ketiadaannya pemimpin bagi Muslimin mengakibatkan Muslimin laksana ayam
kehilangan induknya, tidak ada tempat bernaung.<br />
<br />
-Musuh-musuh Islam senantiasa ada dan terus menghadang kita. Tanpa Imaamah/Khilafah
nonses kita bisa mengalahkannya.<br />
<br />
-Bila Muslimin tetap dalam keadaan terpecah belah,maka semakin banyak timbulnya
fitnah dan kerusakan yang besar.<br />
<br />
-Dan yang lebih penting lagi bahwa fitrah manusia itu hidup
berjama’ah,sebagaiman fitrahnya ikan itu berada didalam air,fitrahnya Muslimin
didalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jama’ah. Sedangkan yang
menyalahi fitrah,pasti binasa.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1.Soal: 5.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Adakah dalilnya Muslimin wajib
berjama’ah? (TP)<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Banyak.Antara lain baca surat Ali Imran; 103. Hadits Hudzaifahpun riwayat
Bukhary,Muslim,Bab Fitan,dll.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1.Soal: 6.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dari sekian Jama’ah-Jama’ah yang ada,lalu
Jama’ah mana yang benar? (TP)<br />
</i><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Kalau anda baca seksama,cukup dengan hadits Hudzaifah sebagai jawabannya
sebagaimana pada soal nomor; 1.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 7.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apakah perbedaan ‘menetapi’ dan
‘mendirikan’<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Kalau mendirikan itu belum ada, tapi kalau menetapi hampir sama dengan
menempati,artinya ibarat rumah itu sudah ada,tinggal menempati saja tidak perlu
membuat atau mendirikan,Misalnya; peraturan lalu lintas menyatakan: suatu
kendaraan harus ‘tetap’ ada jalurnya masing-masing bisakah dikatakan; ‘suatu
kendaraan harus ‘berdiri’ dijalurnya masing-masing. Tentu tidak bisa
dikatakan,misalnya,dengan kalimat; ‘tetap’ berdiri’ dirumah masing-masing.
Menempati rumah, tidak sama dengan meendirikan rumah,ataupun tidak; ‘berdiri’
didalam rumah. Sama halnya menepati Al-Jama’ah,tidak sama dengan mendirikan
Al-Jama’ah.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 8.<br />
<br />
</b><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apakah ditetapkannya kembali
Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin sudah disah kan oleh alim ulama<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>atau tokoh-tokoh lainnya? (TP)<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Ketika anda menemukan dalil wajibnya sholat berjama’ah,kemudian anda
melaksanakan sholat berjama’ah. Apakah sebelumnya,anda menunggu legalitas dulu
dari seseorang, atau alim ulama dan tokoh masyarakat baru anda melaksanakan
sholat berjama’ah tersebut?<br />
<br />
Atau contoh lagi; ketika seorang Muslimat yang sudah syahadat,sholat,sudah
shaum,sudah zakat bahkan sudah haji, tapi belum berjilbab. Kemudian setelah
menemukan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dalil bahwa berjilbab itu
wajib, kemudian dia itu bermaksud segera mengenakannya. Apakah sebelum
mengenakan jilbab itu harus menunggu dulu pengesahan dari seseorang bahkan
minta persetujuan kepada ‘ulama dan tokoh masyarakat? Jadi, masalah ibadah
tidak membutuhkan legalitas seseorang.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 9.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Benarkah Jama’ah Muslimin pecahan dari
Islam Jama’ah? (TP)<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Pertanyaan ini sama dengan pertanyaan (umpamanya); benarkah manusia pecahan
dari monyet?. Bagaimana jawaban anda?<br />
<br />
<strong><em>Masalahnya bukan pecah atau tidak pecah.Justru Bapak H. Nurhasan Ubaidahlah
sebagai pimpinan Islam Jama’ah yang pernah berbai’at sampai dua kali kepada
Bapak Wali Al Fattah,setelah dinasehati berulang kali,beliau tidak mau kembali
bahkan mendirikan Islam Jama’ah. Beliaulah yang justru belajar dalil-dalil
Jama’ah/Imamah, dari Wali Al Fattah. Ini sebagai persaksian sejarah.</em></strong><br />
<br />
Sekali lagi Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin, Al Khilaafah atau Khilaafah ‘Alaa
Minhajin Nubuwwah adalah system kemasyarakatan Islam yang telah Allah sediakan
bagi yang mengimani dan mau mengamalkannya. Adapun yang karena satu dan lain hal
tidak atau belum mau, kitapun tidak memaksanya.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 10.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sejak kapan Jama’ah Muslimin ditetapi
kembali?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Untuk menjawab pertanyaan ini tidak sulit.Cukup dua tiga kata.<br />
<br />
Yang penting bagi anda,adakah sesuatu bagi yang masih meragukan? Silahkan baca
buku Khilaafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah,atau hubungi kami,mudah-mudahan dengan
idzin Allah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kami dapat membantu.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 11.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Bagaimana caranya agar saya bisa
menetapi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jama’ah Muslimin?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b></i><br />
Berbai’at karena Allah,kepada-Nya,lewat Imamul Muslimin atau lewat yang
diamanatinya.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 12.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jama’ah tidak boleh dua,Mengapa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jama’ah-Jama’ah yang lainnya tidak diperangi?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Jama’ah-Jama’ah yang lain itu seperti apa yang anda maksudkan? Selanjutnya
lihat pertanyaan nomor; 3.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 13.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apakah Jama’ah Muslimin ini sudah
dimusyawarahkan oleh Ahlul Halli Wal ‘Aqdi? (TP)<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Siapakah yang anda maksud Ahlul Halli Wal ‘Aqdi dan siapa bilang belum
dimusyawarahkan?<br />
<br />
Silahkan baca buku Khilaafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 14.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan Jama’ah itu Haq. Tapi
bukan Jama’ah kamu yang dimaksud. Bagaimana komentar anda.<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Benar. Bukan Jama’ah kami. Sebab kami tidak punya Al-Jama’ah atau Jama’ah
Muslimin. Al-Jama’ah ini milik Allah Subhanallahu Wa Ta’ala,dan menetapinya adalah
wajib bagi setiap Muslim,termasuk bagi yang bertanya. Kalau dia seorang Muslim.<br />
<br />
Kalau kami melaksanakan sholat, apakah sholat itu milik kami? Kami melaksanakan
karena Allah memerintahkan.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 15.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan, Jama’ah ini Haq,tapi
belum waktunya. (AR/ALF).<br />
Bagaiman komentar anda?.<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Selengkapnya,lihat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jawaban nomor; 1. Dan
siapa yang berani menolak terbitnya ‘matahari’ dengan alasan belum waktunya?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 16.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang bertanya: “Apakah dengan adanya
Jama’ah Muslimin itu tidak menambah adanya firqoh baru?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin atau Khilafaah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah,adalah
sebuah system kemasyarakatan Islam yang sudah disiapkan oleh Allah, bersamaan
dengan adanya Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan contoh Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam,dan khulafaur Rasyidiin Al Mahdiyyiin. Selama masih ada
Al-Qur’an dan As-Sunnah,selama itu pula Al-Jama’ah hadir. Apakah tidak
sebaliknya?, justru yang membuat system-system dengan rekayasa sendiri,itulah
yang menambah atau membuat firqoh?<br />
<br />
Sebenarnya pertanyaan ini akan terjawab dengan sendirinya apabila anda pahami
dengan seksama tentang apa itu Al-Jama’ah dan apa itu Firqoh? (lihat jawaban
nomor;1).<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 17.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan bahwa Jama’ah ini
tidaklah sah karena belum punya kekuatan (AR;9) komentar anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Kekuatan apa yang dimaksud? Apa ketika umat Islam baru tiga orang, yakni
(Rasulullah,Khadijah dan Sahabat ‘Aly) menjadi belum sahnya Jama’ah atau
menjadi belum sahnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul lantaran pengikutnya baru
tiga orang? Berapa jumlah Jama’ah itu dikatakan Jama’ah? Dan siapakah yang
mengatasi itu semua.Bukankah tiga orang itu sudah wajib adanya seorang Amir?
Apakah kalau tiga orang didalam masjid melaksanakan shalat berjama’ah tidak
juga diharuskan shalat berjama’ah. Adakah kriteria yang lebih baik dari pada
yang telah ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah?<br />
<br />
Dalilnya surat Al Fath ayat;29 disebutkan telah tumbuh dan berkembang Muslimin
dengan cara wajar laksana pohon,’seperti tangkai yang mengeluarkan
tunasnya,maka tunas menjadi tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia lalu
tegak lurus diatas pokoknya’ (al ayat). Apakah pohon kelapa belum dikatakan
pohon kelapa lantaran belum bisa dipanjat?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 18.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan: Dengan mendirikan Jama’ah
Muslimin berarti memisahkan diri dari pemerintahan yang sah. Mana ada perintah
untuk memisahkan diri dari pemerintahan yang sah (AR).komentar anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin adalah sebuah system kemasyarakatan
Islam,milik Allah,perintah menetapinya adalah dari Allah dan Rasul-Nya,kepada
setiap Muslim,termasuk yang bertanya,bila dia seorang muslim. Kami tidak
mendirikan,tetapi Menetapi kembali Jama’ah Muslimin, menetapi kembali Jama’ah
Muslimin adalah wajib bagi setiap Muslim. Kalau seorang Muslim melaksanakan
kewajiban lalu dianggap memisahkan diri dari pemerintahan yang sah, lantas
pertanyaannya adalah: pemerintahan seperti apa dan sah menurut siapa? Dan
apakah seseorang yang melakukan kewajiban seperti halnya sholat,shaum,zakat dll.
Lantas diartikan memisahkan diri dari pemerintahan yang sah? Bukankah menetapi
Al-Jama’ah juga perintah agama, yang dijamin kebebasannya menurut
undang-undang?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal:19.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan: Mengurus Muslimin
daerah Cileungsi saja, dimana disitu ada markas Jama’ah Muslimin,tidak
mampu,kok mau ngurus dunia?<br />
(AR) komentar anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Ketika mula-mula Rasulullah diutus menjadi Rasul,tidak serta merta beliau
memberantas berhala,bahkan ketika ‘Amr bin Yasir ditawan dan dianiaya oleh
orang kafir,Rasulullah hanya mengatakan: “Shabarlah wahai ‘Amr,dst”<br />
<br />
Apakah dengan demikian beliau batal sebagai Nabi dan Rasul.Apakah pohon kurma
yang baru ditanam dan belum berbuah tidak dapat dikatakan sebagi pohon lantaran
belum berbuah?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 20.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan: Yang dimaksud hadits;
“Talzamu Jama’atal Muslimina wa Imaamahum” dst adalah bahwa;’kaum Muslimin
harus tetap istiqomah dengan penguasa yang sah sekalipun pemimpin itu berbuat
dzalim dan tidak menjalankan sunnah Rasulullah, dan dilarang menentang
memisahkan diri dari mayoritas Muslimin dalam suatu negeri (AR;6,point:11)
.komentar anda?<br />
<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Kalaun kita perhatikan secara seksama,Hadits Hudzaifah Ibnul Yaman: “Talzamu
Jama’atal Muslimina Wa Imamahum” adalah perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam kepada Hudzaifah Ibnul Yaman apabila dia mengalami situasi yang
demikian (yakni adanya penyeru-penyeru kearah pintu Jahannam dengan segala
sifat-sifatnya), Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan “Talzamu
Jama’atal Muslimina Wa Imamahum”, atau tetap dalam satu Jama’ah Muslimin dan
satu Imaam mereka. Maksudnya,seandainya Hudzaifah Ibnul Yaman masih hidup dalam
situasi itu, maka dia diperintahkan untuk tetap dalam Jama’ah Muslimin,oleh
karena itu menggunakan kalimat ‘Talzamu’. (Huruf Mudhoro’ah ta’ menunjukan
‘kau’.Maknanya ; kau tetap/jangan bergeser dari Jama’ah Muslimin dan Imaam
Mereka). Dalam bahasa banyumasnya: ‘koe nang kono bae. Aja lunga-lunga sekarang
Jamangah Muslimin. Adapun bagi yang masih diluar Jama’ah, sudah terkandung
didalam sabdanya: “Alaikum bil jama’ah<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>wa iyyakum wal Furqon” , Wajib bagimu berjama’ah, dan haindarilah
berpartai-partai. “Man arooda buhbuuhatal jannah fal yalzamil jama’ah”. “Barang
siapa ingin masuk kedalam surga,maka hendaklah menetapi Jama’ah. Dalam Hadits Ibnu
Majah bahwa memakai fi’il Amr’ilzam’ ‘tetapilah’<br />
<br />
Jadi iltizam dalam Jama’ah, tidak boleh bergeser, bagi yang belum berjama’ah
,wajib menetapinya. Jama’ah tidak didirikan,tetapi ditetapi kembali,sesuai
dengan bunyi hadits.tidak ada manusia yang berhak membuat Jama’ah,sehingga ada
versi ini versi itu atau produk ini atau produk itu.<br />
<br />
Jama’ah adalah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>milik Allah syari’at
Islam dari Allah, bukan milik Wali Al Fattah,bukan bikinan Muhyiddin Hamidy
maupun Yaksyallah Mansur, Apalagi bikinan/suruhan Soekarno untuk
menandingi/menyaingi SM Kartosuwiryo dengan Negara Islam Indonesia yang
dibentuknya, Sebagaimana dituduhkan oleh sementara orang. Setiap Muslim wajib
berjama’ah, termasuk yang bertanya dan yang membaca,Jika seorang Muslim.<br />
<br />
Sedang yang namanya berjama’ah itu wajib adanya Imam.Dan baru dikatakan dia
mempunyai Imam kalau dia telah membai’atnya. Mengenai siapa Imamnya,selama
memenuhi syarat dan perintahnya tidak bertentangan dengan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Allah dan Rasul-Nya, Selama dia masih
menegakkan sholat,siapapun orangnya bisa menjadi Imam,atas idzin Allah,Bahwa
setelah hapusnya masa Mulkan, Kemudian Wali Al Fattah dibai’at jadi Imamul
Muslimin yang pertama,kemudian setelah beliau wafat dibai’atlah bapak
H.M.Muhyiddin Hamidy sebagai Imamul Muslimin yang kedua, Dan setelah beliau
wafat maka dibai’atlah K.H Yaksyallah Mansur MA sebagai Imamul Muslimin yang
ketiga atas idzin takdir dan kehendak Allah semata.<br />
<br />
Kalau “Talzamu Jama’atal Muslimina Wa Imamahum” diartikan perintah Istiqomah
dalam Jama’ah bersama mayoritas kaum Muslimin dan penguasanya di suatu
negreri’. Bagaiman dengan Muslimin yang negerinya dipimpin oleh orang kafir?
Sementara mengangkat pemimpin kafir itu dilarang? Dan kalau Jama’ah Muslimin
diartikan mayoritas kaum Muslimin di dalam suatu negeri,dengan masing-masing
negeri mempunyai seorang Imam, maka akan timbul Jama’ah Jama’ah, sejumlah
negeri itu,padahal didunia wajib adanya satu Jama’ah Muslimin,bukan Jama’ah
Muslimin-Jama’ah Muslimin.<br />
<br />
Untuk lebih jelasnya,bunyi hadits yang dia maksud, Insya Allah sebagai berikut<br />
<br />
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ
الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا
الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ
ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ
قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ
ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ
أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا
قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي
إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ
فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ
كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ
عَلَى ذَلِكَ .<br />
<div class="MsoNormal">
<br />
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman – semoga Allah meridhoinya- (katanya); Aku berkata <br />
<em>“Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan
kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam).
Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!”
Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah
menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya:
“Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang
mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang
berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan
dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku
bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah
menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu
Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke
dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat
mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita
dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang
eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?”
Rasulullah bersabda: <strong>“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !”</strong>
Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah
bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya,
walaupun engkau sam pai menggigit akar kayu hingga kematian menjum paimu,
engkau tetap demikian.”</em> (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan:
IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).<br />
<br />
Keterangan:<br />
Dhomir; ‘Hum’ pada kalimat: “Talzamu Jama’atal Muslimina Wa Imamahum” adalah
kembali kepada Muslimin. Jadi kalau kita jabarkan secara agak panjang: engkau
tetap dalam Jama’ah Muslimin dan Imam Mereka,yakni Imaamul Muslimin. Dan disana
disebutkan Imaamahum,yang menunjukkan –satu Imam,bukan Immatahum,Imam Imam
mereka atau banyak Imam.<br />
<br />
Dengan demikian,kalau perintah itu dimaksudkan: supaya Istiqomah dengan
mayoritas kaum Muslimin disuatu negeri,berarti akan banyak Imam,bukan satu
Imam.lagi pula,keberadaan Al-Jama’ah ini tidak dibatasi oleh suatu negeri
tertentu.Imam hanya satu dan dimana saja ada Muslim yang telah beriltizam,
dalam Al-Jama’ah berarti dia termasuk Jama’atul Muslimin. kalau iltizam
diartikan seperti yang dia maksud, bagaimana dengan Muslim yang presidennya atau
kepala negaranya non Muslim?.<br />
<br />
Dan yang dimaksud ‘Amir’ pada hadits itu adalah Amirul Mu’minin,sesuai dengan
maksud firman Allah dalam surat An-Nisa: 59, kahs Diinul Islam,bukan dipahami secara
politis.<br />
<br />
Jadi,meskipun Imam kita dzalim,bahkan merampas harta kita,selama masih
menegakkan sholat,maka dengar dan ta’atilah beliau, selama perintahnya haq.
Kecuali bila perintahnya menyalahi Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka tidak wajib
mendengar dan tidak wajib ta’at. Adapun soal kedzaliman<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(nau’udzubillah), maka kewajiban kita untuk
menasehatinya. Dan diterima Alhamdulillah,tidak diterima,urusannya ditangan
Allah.Selesai.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">1. Soal: 21.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan: “Silahkan anda
dakwah Jama’ah sesuai keyakinan anda.tetapi jangan menggunakan istilah ‘Imamul
Muslimin’. Sebab saya tidak merasa punya Imam seperti yang anda yakini. Apa
komentar anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Soal dia belum mau berbai’at kepada Imamul Muslimin sehingga tidak merasa punya
Imam,itu diluar kemampuan kami. Kami hanya mengajak dan mendakwahkannya. Bila
berkenan dan menerimannya,Alhamdulillah,bila tidak,masyaa Allah.Dan kami tidak
berani merobah istilah istilah Dien yang Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan.
Syari’at Islam itu untuk didakwahkan untuk diamalkan.Bukan untuk disetujui atau
tidak disetujui.<br />
<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">2. SEKITAR KHILAFAH ‘ALAA MINHAJIN
NUBUWWAH<br />
<br />
2. Soal: 22.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan; “masa sekarang masih
masa mulkan,dengan alasan bahwa: “Umat Islam sekarang ini (masih) dibawah
kekuasaan Mulkan Jabariyyah yaitu penguasa (Raja,Kepala Negara,Menteri). Yang
sombong,yakni mereka tidak menggunakan hukum Allah yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah (kecuali beberapa penguasa/raja saja) sebagai dasar kepemimpinannya’.
Katanya.(AR:3/4). Kenapa Wali Al Fattah berani mendirikan Khilafah
(AR:3point;4). Jawab anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Masalahnya bukan berani atau tidak berani. Masalahnya adalah mengamalkan
pereintah Allah dan Rasul-Nya yang wajib dilaksanakan bagi setiap Muslim,bukan
hanya kewajiban Wali Al Fattah, tapi kewajiban bagi setiap Muslim,termasuk anda
yang bertanya, jika anda seorang muslim. Dan Wali Al Fattah tidak
mendirikan,sebab syari’at Khilafah sudah ada. Beliau hanya menetapkannya
kembali, dan dengan idzin Allah dibai’at sebagai Imam. Dengan terbukti telah
ditetapinya Jama’ah Muslimin Wa Imamahum atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah,
dan sesuai dengan kenyataan sejarah,bahwa masa sekarang adalah sudah waktunya
ditetapinya Jama’ah Muslimin Wa Imamahum atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah.<br />
<br />
Bahwa kepemimpinan Muslimin yang bersifat Central,walaupun dalam bentuk Mulkan
sudah tidak ada lagi,sesudah jatuhnya pemerintahan Turki Utsmani. Adapun yang
disebut terakhir itu yakni adanya penguasa (Raja,kepala Negara,Menteri), yang
sombong,yakni mereka tidak menggunakan hukum Allah,yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah (kecuali beberapa penguasa/raja saja) sebagai dasar kepemimpinannya’.
Katanya, maka hal itu diluar konteks hadits Nu’man,sebab hal itu merupakan
sisa-sisa Mulkan dan firqoh-firqoh yang tidak akan pernah habis sampai hari
kiamat. Jadi kalau menegakkan Khilafah, menunggu habisnya negara-negara dengan
segala systemnya itu hancur,sama saja dengan tidak akan pernah tegak itu
Khilafah. Dan kalau demikian Yahudilah (dan konco-konconya) yang
bersorak-sorak.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">2. Soal: 23.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kenapa berani beraninya mendirikan
Khilafah padahal belum mampu?<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br />
Jawab:<br />
</b><br />
Sekali lagi Wali Al Fattah dan lain-lain tidak mendirikan,tapi menetapi.
Masalah bukan berani atau tidak berani. Maslahnya kami mengamalkan perintah
Allah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai kemampuan.Kekuasaan adalah
milik Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dia kehendaki-Nya. Kewajiban
menegakkan Khilafah tidak bisa ditunda, walaupun tiga orang,wajib punya
pimpinan/amir. Apalagi dengan idzin Allah,sudah waktunya ditegakkan.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Dalil </b><br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لاَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَحـِلُّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لـِثَلاَثـَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَكـُوْنـُوْنَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بـِفـَلاَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مـِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فـَلاَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اْلاَرْضِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلاَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يـُؤَمـِّرَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عـَلـَيْهـِمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اَحَـدَهُـمْ</span> {<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رواه</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أحمد</span>}.</div>
<div class="MsoNormal">
<em><span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Tidak
halal bagi tiga orang yang berada di permukaan bumi kecuali mengangkat salah
seorang diantara mereka menjadi pimpinan”</em> (HR.Ahmad).<br />
<br />
Dari Abdullah bin ‘Amr,berkata; “ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda-Pada haditsnya yang panjang-: <em>“Tidak halal bagi tiga orang yang berada
disuatu gurun pasir dari bumi,melainkan mereka itu harus menetapkan seseorang
dari mereka untuk jadi amir”</em>. (Aqidah Ahlus Sunnah Fii Ash Shahaabah, Nashir
bin Ali:2/511. H.R Ahmad: 2/176-177.Irwaa ul Ghaliil:8/106).<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">2. Soal: 24.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang bertanya: kenapa Wali Al Fattah
berani mendahulukan Allah dan Rasul-Nya,karena belum habis masa Mulkan sudah
berani menegakkan Khilafah? (8-9,point;17). Jawab anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Dari mana dia memahami bahwa Mulkan yang dimaksud dalam hadits Nu’man itu belum
terhapus?<br />
<br />
Sementara yang jelas wajib adalah menegakkan Khilafah dan Khilafah itu sekarang
sudah hadir,meskipun banyak yang menolak mudah-mudahan tidak termasuk yang
bertanya, Insya Allah Khilafah ini akan tetap tegak,sampai kiamat,jawaban
selengkapnya,lihat nomor;38.<br />
<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">3. SEKITAR GOLONGAN-GOLONGAN</b><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">3. Soal:25.<br />
<br />
</b><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dan dimanakah perbedaan antara Hizbut
Tahrir,Khilafatul Muslimin,Ikhwanul Muslimin, Jama’ahTabligh, Jama’ah Anshor
Tauhid,ISIS, Salafy,Syi’ah dsb dengan Jama’ah Muslimin?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin Al Khilafah atau Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah adalah system kemasyarakatan Islam yang dipimpin oleh seorang
Imam,Khalifah atau Amirul Mu’minin dalam suatu masa,berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dengan contoh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Khulafaur
Rasyidiin Al Mahdiyyiin menetapinya adalah kewajiban bagi setiap Muslim, keluar
dari padanya adalah berdosa dan mendapat ancaman.<br />
<br />
Melihat kembali, jawaban no; 1.<br />
<br />
Adapun kelompok-kelompok yang anda sebut adalah bikinan manusia,dengan latar
belakangnya masing-masing. Tidak ada perintah menetapinya dan tidak ada sangsi
keluar dari padanya.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">4. SEKITAR ULIL AMRI MINKUM<br />
<br />
4. Soal: 26<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Siapakah yang dimaksud Ulil Amri Minkum
pada surat An-Nisa; 59?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Uuuluuu,jamak dari kata aulaa; artinya yang mempunyai. Al Amr, artinya urusan
(itu) Ulil Amri= Orang-orang yang mempunyai urusan (itu), Orang-orang yang
mengurus Dhomir; ‘itu, kembali kepada Al Ladzzina Aaamanuu,Orang-orang yang
beriman.<br />
<br />
Tegasnya: Ulil Amri Minkum, adalah Orang yang (diserahi) mengurus urusan
diantara kalian Orang-orang yang beriman, Mereka adalah Imam,Khalifah atau
Amirul Mu’minin dan para pembantunya.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">5. SEKITAR BAI’AT</b><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">5. Soal: 27.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang menyatakan dan bertanya:<br />
Setiap Muslim wajib berbai’at kepada Allah melalui Imamul Muslimin,Imam Wali Al
Fattah sendiri berbai’at kepada siapa? Jawab anda (TP).<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Sebelum kami jawab, mari kita baca dan renungkan secara seksama firman Allah
berikut;<br />
<br />
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُبَايِعُونَكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُبَايِعُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَدُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَوْقَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَيْدِيهِمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَمَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">نَكَثَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنَّمَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَنْكُثُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">نَفْسِهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَمَنْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوْفَى</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَاهَدَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَلَيْهُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَسَيُؤْتِيهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَجْرًا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَظِيمًا</span> {<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الفتح</span>:10}</div>
<div class="MsoNormal">
<em>“Sesungguhnya orang-orang yang berbai’at kepadamu
sesungguhnya mereka berbai’at kepada Allah, [1396] tangan Allah di atas tangan
mereka,[1397] maka barang siapa yang mengingkari bai’atnya niscaya akibat
pelanggarannya akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa yang menepati
bai’atnya, maka Allah akan memberikan pahala yang besar.”</em> (QS.Al Fath:10)<br />
<br />
[1396] Pada bulan Zulkaidah tahun ke enam Hijriyyah Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam beserta pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Mekkah untuk
melakukan Umroh dan melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama
ditinggalkan. Sesampai di Hudaibiyah beliau berhenti dan mengutus Utsman bin
Affan lebih dahulu ke Mekkah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan
kaum Muslimin. Mereka menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang
karena Utsman ditahan oleh kaum musyrikin kemudian tersiar lagi kabar bahwa
Utsman telah dibunuh dibunuh. Karena itu Nabi menganjurkan agar kaum Muslimin
melakukan bai’at (janji setia) kepada beliau. Merekapun mengadakan janji setia
kepada Nabi dan mereka akan memerangi kaum Quraisy bersama Nabi sampai
kemenangan tercapai.Perjanjian setia ini telah diridhoi Allah sebagaimana
tersebut dalam ayat 18 Surat diatas, karena itu disebut Bai’atur Ridwan,
Bai’atur Ridwan ini menggetarkan kaum Musyrikin,sehingga mereka melepaskan
Utsman dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum
Muslimin.Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah.<br />
<br />
[1397] Orang yang berjanji setia biasanya berjabatan tangan, Caranya berjanji
setia dengan Rasul ialah meletakkan tangan Rasul diatas tangan orang yang
berjanji itu, Jadi maksudnya tangan Allah diatas tangan mereka ialah untuk
menyatakan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan berjanji dengan Allah.
Jadi seakan-akan Allah di atas tangan Orang-orang yang berjanji itu. Hendaklah
diperhatikan bahwa Allah Maha suci dari segala sifat-sifat yang menyerupai
makhluknya.<br />
<br />
Keterangan:<br />
<br />
Dhomir ‘ka’ pada ayat tersebut adalah kembalinya kepada Nabi Muhammad Dalam
hadits disebutkan, bahwa sesudah Nabi Muhammad, tidak ada Nabi lagi, yang ada
adalah para Khalifah, para pengganti Nabi, dan para pengganti Nabi, yaknin
Khalifatu Rasulillah, atau Khulafaa. Syari’at bai’at berlangsung hingga hari
kiamat. Karena pada hakekatnya bai’at itu kepada Allah, dan untuk menerima
bai’at itu diamanatkan kepada Nabi Muhammad sedangkan Nabi Muhammad telah
tiada, namun yang ada adalah para penggantinya, maka dapat dipahami bahwa para
Khalifah tersebut berkewajiban menerima bai’at hamba-hamba Allah yang akan
berbai’at kepada-Nya. Pertanyaan kepada siapa Wali Al Fattah bebai’at, adalah
sama halnya bertanya; kepada siapa Nabi berbai’at?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">5.Soal: 28.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang berpendapat orang yang berbai’at
pada Imam Wali Al Fattah berarti memisahkan diri dari pemerintahan yang sah.
Kemudian dia bertanya: Maka ada perintah memisahkan diri dari pemerintahan yang
sah? (AR:7). Jawab anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Itulah kalau dalil-dalil Jama’ah Imamah dipahami secara politis. Kalau begitu,
sah menurut siapa? Kalau yang dimaksud Jama’ah Muslimin adalah pemerintahan
setempat yang kepala Negaranya Non Muslim? Memang tidak ada, yang ada adalah
menetapi Jama’ah Muslimin Wa Imaamahum.<br />
DAN DILARANG BERFIRQOH-FIRQOH/MENYENDIRI.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">6. SOAL SYARAT KHALIFAH</b><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">6. Soal: 29.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kenapa Imamul Muslimin bukan dari
Quraisy? (TP)<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Masyaa Allahu kaan wa maa lam yasya lam yakun. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Ta’atilah Amirmu, walaupun dia itu berasal dari budak
Habasyah (bukan Quraisy), selama dia menuntun kepada kitabullah.”<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اسْمَعُوا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَأَطِيعُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَإِنِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اسْتُعْمِلَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَلَيْكُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَبْدٌ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حَبَشِيٌّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كَأَنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَأْسَهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">زَبِيبَةٌ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<em> “Dengarkanlah dan taatilah sekalipun yang me mimpin
kamu seorang budak Habsyi yang kepa lanya seperti kismis.”</em> (HR.Al-Bukhari dari
Anas bin Malik, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Ahkam: IX/78, dan Muslim Shahih
Muslim: II/130. Lafadz Al Bukhari)</div>
<br />
<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">6. Soal: 30.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang menyampaikan; Syarat syarat
Khilafah menurut Yusuf Qardhawy:<br />
<br />
30. 1 Kesatuan Darul Islam.<br />
30. 2 Kesatuan Hukum Tertinggi.<br />
30. 3 Kesatuan Kepemimpinan Pusat, Komentar anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Sayang pertanyaan itu tidak disertai dalil.Sepanjang yang kami ketahui, kami
belum menemukan istilah Darul Islam baik secara tersirat maupun tersurat. Kalau
yang dimaksudkan Darul Islam adalah Jama’ah Muslimin Wa Imamahum, kenapa
dirubah-rubah? Kenapa tidak langsung saja dengan istilah yang dari Rasulullah?
Seperti halnya istilah: sholat,tidak bisa dirubah-rubah dengan sembahyang.
Sebab dengan perubahanistilah akan merobah makna yang terkandung di dalamnya.<br />
<br />
Mengenai Hukum tertinggi jelas Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan penjelasan dan
contoh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidiin Am Mahdiyyiin.<br />
<br />
Kami tidak pernah menggunakan istilah pimpinan pusat,pimpinan daerah dsb,
Sesuai dengan hadits, kami gunakan sebutan Imaamul Muslimin, Khalifah,atau
Amirul Mu’minin.<br />
<br />
Yang jelas, Jama’ah Muslimin telah ada, telah ditetapi. Kalau ada kekurangan
disana sini silahkan anda menasehatinya. Kalau anda membatalka, di mana letak
batalnya berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">7. SEKITAR MATI JAHILIYYAH</b><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">7. Soal: 31.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apa yang dimaksud: ‘mati Jahiliyyah?’<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Menurut Syarakh Muslim An Nawawy, ketika menjelaskan hal ini beliau berkata;
yang dimaksud mati Jahiliyyah adalah mati yang sifatnya tidak punya Imam yang
menimpa mereka laksana pada masa Jahiliyyah (dahulu, sebelum kedatangan Islam,
pen). Wallahu A’lam bis shawab.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">7. Soal: 32.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apakah ulama-ulama seperti; Bukhary dan
lain-lain sebelum Wali Al Fattah mereka mati Jahiliyyah? (AR:7, point;12)<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Ini pertanyaan Klasik, kita tidak pernah menjahiliyyahkan seseorang. Apalagi
menghukumi terhadap seseorang yang telah meninggal. Adapun haditsnya;<br />
<br />
<br />
مَنْ مَاتَ بِغَيْرِ إِمَامٍ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً<br />
<em>"Barang siapa yang mati tidak mempunyai imam, maka matinya laksana bangkai jahiliyyah".</em> (H.R. Ahmad)<br />
"Man mata
bighoiri imam maata mintatan Jahiliyyah’ adalah merupakan kasih sayang
Rasulullah agar ummatnya senantiasa hidup terpimpin, dengan seorang Imam.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">8. SOAL HIZBULLAH<br />
<br />
8. Soal:33.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Di dalam hadits hanya disebutkan “Talzamu
Jama’atal Muslimina Wa Imamahum”. Tapi kenapa anda menyebutnya Jama’ah Muslimin
(Hizbullah). Apa ini bukan Bid’ah?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Alhamdulillah, anda bertanya. Sekiranya anda tidak bertanya dan memahami sendiri,
menganalisa sendiri, kemudian memutuskan sendiri bahwa Jama’ah Muslimin ini
adalah bid’ah, kami khawatir anda termasuk dalam barisan yang menyalahi
Al-Jama’ah ini. Naudzubillah.<br />
<br />
Kami ingatkan bahwa setiap ada tulisan Jama’ah Muslimin (Hizbullah), harus
dibaca; Jama’ah Muslimin atau Hizbullah. Hizbullah itu sendiri artinya ‘Orang-orang
yang berpihak kepada Allah’. Dan orang-orang yang menjadikan Allah,Rasul-Nya
sebagai ‘waly’nya, dikatakan oleh Allah mereka sebagai Hizbullah. Dan Jama’ah
Muslimin itu tidak berpihak kepada selain Allah dan mereka adalah orang-orang
yang menjadikan Allah Rasul-Nya dan orang-orang beriman sebagai ‘waly’nya. Jadi
kalau kita katakan Jama’ah Muslimin adalah Hizbullah, atau Jama’ah Muslimin
atau Hizbullah, dimana letak bid’ahnya?. Adapun hadits Hudzaifah “Talzamu
Jama’atal Muslimina Wa Imamahum” artinya tetap. Yakni: ‘kau tetap dalam Jama’ah
Muslimin dan Imam Mereka’.<br />
<br />
Adapun kalimat
Hizbullah dalam tanda kurung itu adalah nama sifat, ciri dan sikap Jama’ah
Muslimin tersebut, sebagaimana Firman ALLAH:<span style="mso-spacerun: yes;">
</span><br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّمَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلِيُّكُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَسُولُهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالَّذِينَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ءَامَنُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُقِيمُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الصَّلَاةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَيُؤْتُونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الزَّكَاةَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَاكِعُونَ</span>. <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَمَنْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَتَوَلَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَسُولَهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالَّذِينَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ءَامَنُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">هُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْغَالِبُونَ</span> .</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Pimpinan kamu hanyalah ALLAH dan Rasul-Nya,
dan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengerjakan Sholat dan
mengeluarkan Zakat, dan mereka adalah orang-orang yang ruku’. Dan barang siapa
yang mengambil ALLAH dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya itulah Hizbullah, merekalah orang-orang yang
menang.” (Al Qur’an, surah Al Maidah :<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>55, 56).</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَجِدُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَوْمًا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُؤْمِنُونَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِاللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالْيَوْمِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْآخِرِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يُوَادُّونَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حَادَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَسُولَهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَلَوْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كَانُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ءَابَاءَهُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَبْنَاءَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِخْوَانَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَشِيرَتَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أُولَئِكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كَتَبَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قُلُوبِهِمُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْإِيمَانَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَأَيَّدَهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِرُوحٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَيُدْخِلُهُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">جَنَّاتٍ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَجْرِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَحْتِهَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْأَنْهَارُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خَالِدِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِيهَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">رَضِيَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَنْهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَرَضُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَنْهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أُولَئِكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَلَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حِزْبَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">هُمُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْمُفْلِحُونَ</span>.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang
beriman kepada ALLAH dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan
orang-orang yang menentang ALLAH dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
Mereka itulah orang-orang yang ALLAH telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan
dimasuk-kan-Nya mereka ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. ALLAH ridha kepada mereka dan mereka pun <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ridha kepada ALLAH.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mereka itulah Hizbullah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya Hizbullah itulah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang
menang”. (Al-Qur’an, Surah Al-Mujadalah, ayat 22).</i></div>
<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. SEKITAR WALI AL FATTAH<br />
<br />
9. Soal: 34.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang bertanya; Kalau Islam Non
Politik, kenapa Wali Al Fattah bekerja di Biro Politik? (AR: 2,point;3). Jawab
anda?</i><br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Bahwa ketika beliau menjabat sebagai Biro Politik, sementara Jama’ah Muslimin
sudah ditetapi, adalah masa-masa transisi untuk melepas diri dari dunia
politik, dengan puncaknya mengundurkan diri beliau dari Masyumi yang
diberitakan dalam “... Berita Dalam Negeri,tanggal; 8 Djumadil Uula-1374 H/3
Djanuari-1955 M. (RKHS:9).<br />
<br />
Dan kalaupun seseorang (ikhwan) karena satu dan lain hal berbeda pemahaman, dan
atau masih ada ikhwan yang duduk dibangku politik, tidak akan mengurangi nilai
bahwa Islam memang bukan politik, dan tidak bisa membatalkan kebenaran
Al-Jama’ah. Harus dibedakan antara Syari’at dengan figur.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal:35</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan: Pada masa Muawiyyah,
shahabat Ibnu Abbas menjabat sebagai Wali Madinah. Mengapa shahabat Ibnu Abbas
tidak mendirikan Khilafah saja seperti yang dilakukan oleh Wali Al Fattah
Rahimahullah di Indonesia? Apakah Wali Al Fattah lebih berilmu dari pada
shahabat yang mulia Ibnu Abbas. Dan mengapa para tabi’in tidak melakukan
seperti yang dilakukan oleh Wali Al Fattah Rahimahullah? (AR:5,point:7). Jawab
anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Nau’dzubillah, dari sikap sombong dengan menganggap lebih berilmu dari shahabat
Ibnu Abbas. Apalagi sampai tingkat mencela. Sebab kami sadar betul bahwa hal
itu dilarang. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
“Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku (sebab) demi jiwaku dalam
genggaman-Nya sekiranya salah seorang dari kalian menginfaqkan emas sebesar
gunung Uhud (sekalipun) niscaya tidak akan menandingi walau segenggam
(kebaikan) salah seorang diantara mereka dan tidak juga separohnya”. (dikeluarkan
Oleh Bukhary.III/3672/Muslim:6, juz;XVI atas syarah An nawawy,hal;92-93)
‘Aqiedah Ahlus Sunnah:35. Lawaami ul Anwaar: 2/377).<br />
<br />
Adapun shahabat Ibnu Abbas pernah sebagai Wali pada masa Mu’awiyyah, kehendak
Allah memang demikian. Kenapa kita harus mempersoalkan yang diluar kemampuan
kita? Allah belum mengkehendaki munculnya kembali Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah saat itu. Apakah kita akan menolak kehendak Allah?. Sama halnya bahwa
kehendak Allah saat ini<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Khilafah sudah
ditetapi kembali, Apakah kita mau menentangnya? Tidak takut kepada-Nya? Dan
Allah melarang mempertanyakan nasib umat terdahulu.Urusannya kembali
kepada-Nya.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Dalil:<br />
</b><br />
“Itu adalah Umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa
yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa
yang telah mereka kerjakan”. (Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 141)<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal: 36.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kenapa Wali Al Fattah memahami
sendiri,tidak mengikuti pemahaman Salafus Sholeh? (HR)<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Wali Al Fattah di dalam mempelajari Jama’ah Imamah tidak sendirian. Beliau
berulang kali berkonsultasi/belajar dengan para’Ulama dizamannya (pada awal
awal tahun 50 an, mungkin yang bertanya ini belum lahir?), seperti
KH.Muh.Ma’shum ahli Hadits dari Yogyakarta, KHSS Jam’an, KH Sulaiman Masulili,
Prof Hasby As Shiddiqy, KHM Isa Ansory, KH Munawar Khalil, dsb.Dan pada tahun
80 an seorang guru besar hadits selama puluhan tahun mengajarkan di kerajaan
Saudi Arabia, yang bernama KH Abdul Halim Sulaiman MA,telah membenarkan apa-apa
yang Wali Al Fattah da’wahkan khususnya soal Jama’ah/Imamah, dan akhirnya
beliaupun berbai’at kepada Wali Al Fattah. Dan beliau pernah berkata bahwa:
“Wali Al Fattah –dengan idzin Allah- telah menemukan dan berhasil mencabut
‘kangker’ Ummat Islam, yakni politik”.<br />
<br />
Kenapa anda berani menuduh tanpa bukti bahwa beliau memahami sendiri? Dan
beliau beserta ikhwan-ikhwan lainnya mengikuti pemahaman siapapun, baik Salafus
Sholeh, Kholafus Sholeh, Mutaqodddimin maupun Mutaakhkhiriin,selama tidak
menyalahi Al-Qur’an dan As-Sunnah.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal: 37.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang menyatakan; Wali Al Fattah tidak
tawadhu kepada Salafus Sholeh, Karena berani mendirikan Khilafah dst (AR:7
point:13). Komentar anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Na’udzubillah Min Dzalik. Tuduhan bahwa Bapak Wali Al fattah tidak tawadhu
kepada ‘Ulama apalagi kepada para shahabat, adalah tuduhan yang sesat dan
menyesatkan. Ketahuilah bahwa beliau itu sudah berkali-kali musyawarah dengan
para ‘Ulama dan sudah berkali-kali menawarkan kepada siapapun yang bersedia
menjadi Imam. Tapi karena mengingat soal Jama’ah/Imamah atau Khilafah
‘AlaaMinhajin Nubuwwah itu wajib dan tidak ada yang mau, maka dengan sangat
berat hati beliau dibai’at jadi Imam. Kemudian selama kurang lebih enam tahun
beliau masih berusaha mencari di berbagai belahan dunia, kalau kalau sudah ada
Jama’ah,beliau siap jadi makmum. Dimana letak ketidak tawadu’annya?. Adapun
soal pemahaman, beliau dan ikhwan-ikhwan lainnya tidak membatasi kepada
pemahaman tertentu. Pemahaman siapapun selama sesuai dengan Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Beliau dan ikhwan-ikhwan lainnya siap dikoreksi, diluruskan,baik
dengan pemahaman Salafus Sholeh, Kholafus Sholeh,Mutaqoddimiin, maupun
Mutaakhkhiriin,,selama berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah,beliau terima.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal:38.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan; Wali Al Fattah dan
kawan-kawan dianggap sombong dengan meninggalkan pemahaman Salafus Sholeh dan
benarkah kita meninggalkan pemahaman Salafus sholeh? (AR:9, point). Jawab anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Sombong adalah; “Menolak Haq dan merendahkan sesama manusia”, itulah sabda
Rasulullah. Sedangkan menetapi Al-Jama’ah adalah sebuah kebenaran. Apakah orang
dikatakan sombong karena melaksanakan perintah Allah. Dan manusia siapa
orangnya yang pernah dihina oleh Wali Al Fattah atau ikhwan lainnya, sehingga
anda menuduh beliau dan ikhwan-ikhwan lainnya sombong? Apakah anda sudah
bergaul dengan beliau? Berapa lama dan sifat-sifat seperti apa yang menjadikan
beliau atau ikhwan-ikhwan anda katakan sombong? Takutlah kepada Allah akan
adzab orang yang memfitnah,apalagi memfitnah terhadap orang yang sudah
almarhum.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal: 39.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada tuduhan bahwa bapak Wali Al Fattah
telah melaksanakan praktek bid’ah,yakni merubah-rubah nama dari Gerakan Islam
Hizbullah menjadi: Jama’ah Muslimin (Hizbullah).<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah bukan berarti merubah.Dan bukan
Bid’ah.Pada suatu ketika seorang shahabat yang melakukan berguling-guling di
tanah, dalam rangka mandi junub,karena tidak ada air.lantas hal itu ditegur
oleh Rasulullah bahwa orang yang junub, tidak mendapatkan air, maka cukup dengan
melakukan tayamum, seraya beliau menunjukan cara bertayamum, Setelah itu shabat
tadi tidak lagi melakukan berguling-guling di tanah, bisa tayamum. Apakah
shahabat tersebut termasuk yang melakukan bid’ah?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal: 40.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada tuduhan bahwa Bapak Wali Al Fattah
telah melaksanakan praktek Bid’ah,yakni: Menda’wahkan / Menta’arufkan Jama’ah
Muslimin (Hizbullah). (AR;8, point;15). Komentar anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
<br />
</b>Da’wah adalah perintah Allah,ta’aruf adalah perintah Allah. Dimana
bid’ahnya? Apakah mengajak orang untuk melaksanakan perintah Allah termasuk
bid’ah? Kalau begitu, Rasulullah dan para shahabat juga adalah para penyeru
bid’ah?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal: 41.</b><br />
<br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kenapa Wali Al Fattah memahami
sendiri,tidak mengikuti pemahaman Salafus Sholeh?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Dari mana anda menuduh Wali Al Fattah memahami sendiri? Apakah usia anda sudah
mencapai ratusan tahun sehingga paham betul tentang Wali Al Fattah? Ketahuilah
bahwa beliau sebelum di bai’at jadi Imam, telah terlebih dahulu Musyawarah
dengan para ‘alim seperti KH.Mashum, KH.Munawar Khalil, Prof.Hashby dsb. Wali
Al Fattah dan Ikhwan-ikhwan lainnya mengikuti pemahaman siapapun selama tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal: 42.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apakah benar Jama’ah Muslimin yang
dimaksud di dalam hadits Hudzaifah Ibnul Yaman adalah Jama’ah Muslimin yang
pernah dipimpin oleh Wali Al Fattah,H.M Muhyiddin Hamidy dan sekarang yang
dipimpin oleh Drs KH.Yakhsyallah Mansur MA? (TP) Jawab anda?<br />
<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Berjama’ah itu wajib. Siapapun Imamnya tidak masalah selama berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Andapun bisa jadi Imam, kalau Allah
mengkehendaki,kalau anda melihat ada sesuatu yang menyalahi Al-Qur’an dan
As-Sunnah dari Jama’ah Muslimin,silahkan anda luruskan, karena Allah semata.
Karena sejak ditetapinya kembali Jama’ah Muslimin wa Imamahum tanggal: 10-Dzul
Hijjah-1372 H,dan sudah ditawarkan,dida’wahkan,dicari dan dicari, sampai saat
ini belum ada Jama’ah yang sama, dan lebih dahulu. Sekirannya ada yang sama dan
lebih dahulu, Insya Allah kami akan bergabung. Apakah anda bisa menunjukan?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">9. Soal: 43.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Benarkah Jama’ah Muslimin didirikan Wali
Al Fattah atas suruhan Soekarno untuk menandingi/menyaingi SM Kartosuwiryo
dengan Negara Islam Indonesianya? (HAJ).<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Sebelum menjawab, kami ingin meluruskan pertanyaan anda: Jama’ah itu tidak
didirikan, tetapi’ditetapi kembali’<br />
<br />
Tidak ada yang berhak menyuruh menetapi Al-Jama’ah,selain Allah subhanahu wata
‘ala,apalagi Soekarno.</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal: 44.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kenapa para pelacur tidak dihukum oleh
Imam saja? (AR).<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
DizamanRasulullahpun banyak terjadi penyelewengan,termasuk, pelacuran,
penyembahan berhala dan sebagainya,tapi kenapa juga tidak serta merta beliau
hukum? Apakah dengan demikian Rasulullah batal ke Rasulannya?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal: 45.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Apa yang dimaksud dengan Hizbullah?
Benarkah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) termasuk Hizbiyyah. (AR) Jawab anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Hizb, asal kata; hazaba-yahzubu-hazban=mengelompokkan, himpunan. Al
Hizb=Kelompok, golongan, partai (An Munawwir;279).<br />
<br />
“Kata Hizbiyyah adalah kalimat masdarnya hazaba-yahzubu-hazban, yang ditambah
yaknisbat, artinya sebangsa kelompok, sebangsa golongan, sebangsa partai, atau
‘Ala (menurut) kelompok, menurut golongan, menurut partai,dst.<br />
<br />
Kalau kita dengar istilah misalnya: Muhammadiyyah,maknanya adalah (suatu
kelompok) yang (bermaksud) mengikuti cara-cara (pola hidup Nabi) Muhammad
shalallahu ‘alaihi wa sallam. Syafi’iyyah, suatu kelompok yang mengikuti
cara-cara (Imam) Syafii’y. Naqsyabandiyyah, adalah suatu kelompok thoriqoh yang
mengikuti cara-cara Imam Naqsabandi, dst. Istilah-istilah semacam itu,termasuk
istilah Hizbiyyah, di dalam Al-Qur’an maupun Al Hadits belum/tidak ditemukan.
Yang ada, adalah Hizbullah=golongan (yang berpihak kepada) Allah, dan Hizbus
Syaithan=golongan (yang berpihak kepada) Syaithan. Kalau kita berpihak kepada
Allah berarti kita Hizbullah, Kalau kita berpihak kepada Hizbus Syaithan.
Adapun berjama’ah adalah perintah Allah bagi setiap Muslim. Keluar dari padanya
adalah berdosa. Berjama’ah,artinya di sana ada Imam dan ada Makmum. Misalnya
dalam suatu Masjid,banyak orang,tapi masing-masing melaksanakan shalat
sendiri-sendiri, tanpa dipimpin oleh<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Imam, meskipun jumlahnya banyak, belum dikatakan shalat berjama’ah.
Demikian Muslimin ada yang berjama’ah ada yang tidak. Yang berImam, artinya dia
berjama’ah, namanya Jama’ah Muslimin. Hizbullah artinya orang-orang yang
berpihak kepada Allah, Jama’ah Muslimin tidak mungkin berpihak kepada selain
Allah, Makanya Jama’ah Muslimin adalah<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Hizbullah . Kalimat ‘Jama’ah Muslimin (Hizbullah). Harus di baca:
‘Jama’ah Muslimin atau Hizbullah’. Kalau kita sudah memiliki istilah-istilah
yang khas, yang terdapat didalam<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Al-Qur’an maupun As-Sunnah, kenapa harus mengada-adakan hal baru,
istilah sendiri, seperti;<br />
<br />
‘Fulany’ atau Fulaniyyah’. ‘Dadapy’ atau Dadapiyyah’ ‘Waru-iy’ atau
‘Waru-iyah’. ‘Anu-iy’ atau ‘Anuyah’, dst. Al-Jama’ah atau Jama’ah Muslimin, Al
Khilafah atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah, atau Hizbullah adalah Khas
Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mana letak Hizbiyyahnya?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal:46<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kalau Khilafah benar, kenapa Wali Al
Fattah tidak mengamalkan Hadits;<br />
‘Faqtulul Aakhoro minhuma?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
<br />
</b>Hadis ‘Faqtulul Akkhor’, tidak serta merta difahami secara Harfiyyah. Sama
halnya hadits kalau ada orang yang lewat didepan orang yang shalat, maka<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>‘bunuhlah’, tidak serta merta diamalkan
secara Harfiyyah. Dan sama juga perintah; ‘Bunuh orang yang musyrik dimana<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>saja anda berada’ juga tidak serta merta
semua orang musyrik kita bunuh. Disinilah kita perlu memahami makna kalimat
perintah maupun larangan makna Al Mufrodat (artinya perkalimat), baik mengenai Hudud,dsb.
Adapun mengenai pelaksanaan hukuman adalah Haq Imam. Disinilah perlunya kita
punya Ulil Amri. Bagaimana mungkin melaksanakan Hudud, sementara Ulil Amrinya
belum ada? Dan soal bunuh<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membunuh,
adalah prosedur dan aturannya. Dan bagaimana akan menegakkan had sementara
Khilafah tidak ditegakkan?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal: 47.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang bertanya: “kenapa tugas Khalifah
yang pokok tidak dilaksanakan? Hanya keliling ke majelis-majelis Ta’lim saja?
(AR:6; point;10)<br />
<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Ta’lim adalah bagian dari konsolidasi ummat. Dan tidak benar bahwa Imam hanya
Ta’lim-Ta’lim saja. Biasanya yang bertanya demikian memang pernah mengikuti
perkembangan Al-Jama’ah secara dekat,meskipun yang bersangkutan pernah
berbai’at berpuluh-puluh tahun.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal: 48.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan: Wali Al Fattah telah
melaksanakan praktek bid’ah,yakni: memisahkan diri dari mayoritas Muslim.
(AR:8,point;15). Komentar anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Menetapi Al-Jama’ah adalah wajib. Dilarang berfirqoh-firqoh dan keberadaan
Jama’ah Muslimin adalah sebagaiman keberadaannya Nabi dan para shahabat yakni
ditengah tengah ummat manusia (lihat Ali Imran;10). Dimana letak bid’ah?<br />
<br />
Kalau masih belum jelas, silahkan telaah kembali buku Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah dengan sikap tawadhu, iklas tanpa purbasangka. Atau kalau masih belum
jelas silahkan hubungi kami.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal : 49.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada tuduhan bahwa bapak Wali Al Fattah
telah melaksanakan praktek bid’ah: mendirikan Gerakan Islam ‘Hizbullah’.
(AR:point; 15). Komentar anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Kalau diteliti secara seksama dan cermat serta penuh keiklasan,tentu tidak akan
menuduh bid’ah, sebab itu mengikuti tindakan<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Nabi Ibrahim ketika menemukan bulan, matahari, dan menganggapnya sebagai
Tuhan,dan setelah tahu bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah yang menciptakan
langit dan bumi termasuk isi keduanya, maka beliau tidak menyebut-nyebut lagi
bukan sebagai Tuhannya, namu ruhnya tetap sama bahwa dia ingin cari Tuhan yang
sebenarnya, Allah subhanahu wata ‘ala .Apakah Nabi Ibrahim juga telah berbuat
bid’ah?<br />
<br />
Demikian halnya, dimaklumkan adanya gerakan Islam Hizbullah berbentuk Jama’ah
waktu itu adalah dimaksudkan untuk sebuah system perjuangan yang
sebenarnya,yang berbentuk Jama’ah, bukan organisasi, baik ormas maupun,orpol.
Maka namanya waktu itu adalah Gerakan Islam Hizbullah berbentuk Jama’ah,
Kemudian karena kesungguhan beliau (Wali Al Fattah) dan beberapa ‘Ulama
disekitarnya, akhirnya dengan idzin Allah. Ditemukan Hadits Hudzaifah bahwa
suatu thoifah itu namanya adalah Jama’ah Muslimin, sesuai dengan Hadits.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Mari kita perhatikan kembali cuplikan
sebagai pidato Wali Al Fattah.<br />
</b><br />
“Sesudah muktamar Masyumi IV di Yogyakarta, disusul dengan konggres Muslimin
Seluruh Indonesia (1-5 Rabi’ul Awwal 1389 H/20-25 Desember 1949). Kami
berkumpul; di margo kridongo No;18 di kediaman kami di Yogyakarta waktu itu,
ikhwan ikhwan kami datangkan untuk membicarakan penyatuan Muslimin secara apa
yang kita lihat pada system kepartaian. Dalam pertemuan itu antara lain hadir
KH.Moh.Ma’shum, seorang ‘alim ahli hadits, M.Saleh Suaedy, sedangkan dikalangan
pemuda antara lain Mirza Sidharta, Kami bersama-sama membicarakan masalah
penyatuan Muslimin secara mendalam, akan tetapi belum menemukan bagaimana cara
menghimpun Ummat Islam menurut contoh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Kami sebelumnya mengatakan,’partai-partai politik Islam,yang ada pada waktu
itu, pengambilannya bukan dari Islam tetapi dari barat. Sebagian mereka
mengatakan; ‘Kita dirikan saja partai politik’. Kami jawab; ‘Kalau mendirikan
partai politik buat apa? Ini namanya mencari kedudukan saja melalui jalan lain.
Tidak ada artinya itu didalam Ad Dien’. Kalau mendirikan partai politik sudah
ada partai Islam waktu itu, kami anggap hanya soal kursi, bukan prinsip
lagi.Maka kami tolak sama sekali usul tersebut. Kami terus mencari yang Haq,
Meneliti secara cermat dan mendalam bagaimana cara Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam menghimpun Muslimin dalam menghambakan diri kepada Allah
Subhanahu wata ‘ala dengan iklas dan bersih dari dorongan-dorongandan pengaruh
politik. Ini untuk persaksian sejarah,lain tidak. Allah mengetahui ada para
ikhwan rekan rekan seperjuangan Wali Al Fattah dalam pergerakan Islam dan
kemerdekaan, pen) yang masih hidup juga bisa menyaksikan jalannya sejarah.<br />
<br />
Alhamdulillah dengan pertolongan Allah subhanahu wata ‘ala, sampai pada tahun
1372 H (1953), yang pada awal tahun itu sudah mulai nampak bintik-bintik terang
dimana Allah mengaruniakan pengertian bagaimana Rasulullah bersama sama ummat
Islam beliau berhimpun mengamalkan wahyu wahyu Allah dan bagaimana bentuk
kesatuan dan serta wujud kemasyarakatan Islam itu. <br />
<br />
Akhirnya dengan taqdir serta idzin dan pertolongan Allah, maka ditetapilah
Jama’ah Muslimin (Hizbullah), yang bernama gerakan Islam Hizbullah berbentuk
Jama’ah,pada tanggal; 10 Dzul Hijjah 1372 H/20 Agustus 1953 M, Bukan
organisasi,Bukan partai,Bukan perserikatan dan lain-lain,bentukan yang bersifat
politis’ (WA:I:83-85).<br />
<br />
Demikian Wali Al Fattah, ditetapinya kembali Jama’ah Muslimin Wa Imamahum
sebagai bentuk perwujudan tha’at kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Dimana
letak bid’ahnya?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal: 50<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan; Didalam Jama’ah
Muslimin tidak ada ‘Ulamanya. <br />
Komentar anda?<br />
</i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:</b><br />
<br />
Kalau ada ‘Ulama yang mengatakan: “Saya ini adalah “Ulama”, “Saya adalah orang
pinter” dst. Ini adalah suatu kesombongan. Lagi siapa yang berhak menentukan
seseorang itu ‘Ulama atau bukan? Apakah anda merasa sudah jadi ‘Ulama?<br />
<br />
Dan apakah syari’at berjama’ah dan berimamahini bathil lantaran karena seluruh
‘Ulama telah tiada,misalnya?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal: 51.<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang bertanya: Kenapa seorang Khalfah
ragu-ragu dengan pertolongan Allah, Kenapa tidak berani melaksanakan Huduud
(AR;8,point;7,16), Jawab anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Dari mana anda tahu bahwa Khalifah ragu?Apakah anda melebihi Allah atau anda
akan jadi paranormal temannya syaithan itu?<br />
<br />
Apakah ‘Umar bathil sebagai Khalifah lantaran pernah tidak menghukum potong
tangan shahabat yang nyata-nyata mencuri, dengan alasan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tertentu?<br />
<br />
Apakah bathal Rasulullah sebagai Nabi dan Rasul, yang pada waktu itu tidak
membunuh saja Abdullah bin Ubay bin Salul yang jelas-jelas Munafiq?<br />
<br />
Bukankah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Allah telah berfirman: “La
yukallifullaha nafsan illa wus ‘aha”.<br />
<br />
Apakah tidak sebalinya justru yang telah tahu wajibnya menetapi Jama’ah
Muslimin wa Imamahum atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah, dan
Jama’ah/Khilafah itu telah ada, dengan dalil-dalil yang jelas, baik dari
Al-Qur’an Al Hadits maupun atsar dan bisa dikoreksi bila salah.Kenapa masih
juga ragu? Ada apa sebenarnya dalam hatinya?<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">10. Soal: 52<br />
</b><br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ada yang mengatakan: ‘Umat Islam tidak
selamanya harus dibawah kepemimpinan Khilafah (AR;9). Komentar anda?<br />
<br />
</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Jawab:<br />
</b><br />
Ya, itu kalau memang belum ada Jama’ah atau Khilafah,tapi kalau sudah
ada,setiap Muslim wajib membai’atnya.<br />
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Dalil:<br />
</b><br />
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كَانَتْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بَنُو</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِسْرَائِيلَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَسُوسُهُمُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْأَنْبِيَاءُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">كُلَّمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">هَلَكَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خَلَفَهُ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَإِنَّهُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لاَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">نَبِيَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بَعْدِي</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَسَتَكُونُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خُلَفَاءُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَكْثُرُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَالُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">تَأْمُرُنَا</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فُوا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِبَيْعَةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اْلأَوَّلِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَاْلأَوَّلِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَأَعْطُوهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">حَقَّهُمْ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَإِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">سَائِلُهُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">عَمَّا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اسْتَرْعَاهُمْ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><em>“Dahulu bani Israil
selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi
lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku
beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang
tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang
pertama, maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka
sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam
kepemimpinannya.” </em>(HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul
Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">11. PENUTUP</b><br />
<br />
Demikianlah soal jawab secara singkat ini kami sampaikan. Kami yakin apa yang
di kemukakan ini belum memuaskan semua pihak para pembaca, namun kami harap
setidak-tidaknya bisa sebagai <br />
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">“pertolongan pertama”</i> terutama bagi
ikhwan yang baru mengalami masalah atau pertanyaan semacam diatas. Mengenai
pemahaman selanjutnya mengenai Jama’ah/Imamah atau Khilafah ‘Alaa Minhajin
Nubuwwah, bisa ditanyakan langsung kepada ikhwan yang dianggap memahami,
terutama didaerah anda tinggal. Kesempurnaan hanya milik Allah, segala
kekurangan adalah semata-mata kedho’ifan dan kekhilafan kami. Billahit taufiq
wal hidayat.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdD4Ammcuc7PtO8j0eqdqFTTpbdb_-ldMgwh3b8_N6y3cbISU0L9hRVB143d7r1E2KVt0YkcwPVSIqMkkDf6pXB2PVJe8GLLMNJUgFZpDu6a3B-JJ4BPMab-fYh1ke2IGIxPUDwpPFVNA/s1600/IMG_20150404_155125.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdD4Ammcuc7PtO8j0eqdqFTTpbdb_-ldMgwh3b8_N6y3cbISU0L9hRVB143d7r1E2KVt0YkcwPVSIqMkkDf6pXB2PVJe8GLLMNJUgFZpDu6a3B-JJ4BPMab-fYh1ke2IGIxPUDwpPFVNA/s1600/IMG_20150404_155125.jpg" width="222" /></a></div>
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</b></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-82640118687235638412015-03-30T05:22:00.000-07:002015-04-09T23:07:26.822-07:00GHAZWUL FIKRI<div class="MsoNormal">
Diakhir zaman ini banyak sekali Ikhtilafan sehingga Ummat
Islam sulit sekali untuk bersatu menjadi ummatan wahidatan ummat yang satu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>karena banyaknya “Dakhon” baik secara nyata
maupun secara sembunyi-sembuyi,Saling vonis menjustifikasi terhadap golongan
lain dengan sebutan bid’ah,sesat,murtad,kafir,antek taghut dsb<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>itu sudah menjadi hal yang biasa dan bahkan
sudah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terbiasa, Apakah demikian wajah islam
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang rahmatan lil alamin itu,,,? Bahkan
ketika menyingkapi sebuah hadist banyak versi berpendapat lain sehingga
menimbulkan pro dan kontra saling bertahan pada pendapat masing-masing dan
akhirnya tetap dalam bertafaruq yang ini sebenarnya sangat dilarang oleh Allah.<br />
<br />
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النُّبُوَّةُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِيكُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعُهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِذَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعَهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خِلَافَةٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْهَاجِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النُّبُوَّةِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَتَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعُهَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعَهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُلْكًا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَاضًّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَيَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَكُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعُهَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعَهَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُلْكًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَبْرِيَّةً</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَتَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعُهَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْفَعَهَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خِلَافَةً</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْهَاجِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النُّبُوَّةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَكَتَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><em>”Adalah masa Kenabian
itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian
Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah
masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah),
adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya)
apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang
menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemu- dian Allah
mengangkatnya apabila Ia meng hendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa
Kerajaan yang menyom bong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemu
dian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghen daki untuk mengang katnya. Kemudian
adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin
nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir,
Musnad Ahmad:IV/273, Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih hal 461. Lafadz Ahmad).</em></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Semua harakah tentunya sudah faham dengan hadis tersebut diatas mungkin sudah hafal
diluar kepala, Namun hadis tersebut banyak sekali versi dalam memahaminya ada
yang berpendapat bahwa Khilafah itu wujudnya “Negara Khilafah” dan ada juga
yang berpendapat dengan sebutan “Negara Islam”<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>dan sebutan-sebutan lainnya yang mana nama-nama tersebut jelas berkaitan
dengan Kekuasaan,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sehingga ketika ada
segolongan dari Ummat Islam mengamalkan syari’at Al-Jama’ah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Al-Imaamah yang mengikuti pola Jejak Kenabian
atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah, Maka dengan spontan dari golongan lain
akan mengatakan sebagai Khilafah palsu,Khilafah abal-abal,Khilafah tanpa
wilayah teritorial,Khilafah tanpa hudud,Khilafahnya tidak sah dsb, akibat dari
banyaknya pendapat-pendapat demikian itu justru menyulitkan Ummat Islam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk bersatu yang akhirnya menimbulkan debat
kusir yang tidak ada kunjung selesainya<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>dan seharusnya tidak perlu terjadi, Memang benar bahwa Khilafah itu
merupakan kehendak Allah, Namun tanpa upaya dan usaha Al-Jama’ah atau Khilafah
itu tidak akan tegak dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Allah berfirman:<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إن</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الله</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لايغير</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ما</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بقوم</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حتى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يغيروا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ما</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بانفسكم</span> {<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الرعد</span>: 11}.</div>
<div class="MsoNormal">
<em><span lang="KO" style="font-family: "Malgun Gothic","sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“</span>Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada mereka sendiri” (QS.Ar-Ra’d: 11).</em><br />
<br />
<br />
Sebagaimana firman Allah diatas, Jelas Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum apabaila kaum tersebut tidak merubahnya,Bagaimana orang tersebut bisa
menjadi kaya raya kalau tidak bekerja dan berusaha,,? Apakah risalah kenabian
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diawali dengan kekuasaan,,? Tidak,,?
Apakah menjadi batal tidak sah kenabian Muhammad lantaran tidak mempunyai wilayah
kekuasaan,,? Tidak,,? Kekuasaan itu hak preogatif Allah tidak perlu memaksakan
kehendak, Jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang dapat membendungnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Jelas antara hadist satu dengan hadist yang lainnya antara ayat satu dengan
ayat lainnya itu saling menjelaskan, Jangan mengambil sebagian lantas
mengingkari sebagian sebagaimana hadist diatas yang berkaitan dengan hadist
berikut ini yang tentunya juga tidak asing lagi bagi para ikhwan dan mungkin
juga sudah hafal diluar kepala.<br />
<br />
<br />
Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata: </div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَانَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النَّاسُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَسْأَلُونَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَسُولَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صَلَّى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَيْهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَلَّمَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَكُنْتُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَسْأَلُهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الشَّرِّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَخَافَةَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُدْرِكَنِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَقُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَسُولَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُنَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَاهِلِيَّةٍ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَشَرٍّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَجَاءَنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِهَذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَهَلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هَذَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَرٍّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَعَمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَهَلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الشَّرِّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَيْرٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَعَمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَفِيهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دَخَنٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دَخَنُهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَوْمٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَهْدُونَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِغَيْرِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هَدْيِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَعْرِفُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْهُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُنْكِرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَهَلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَرٍّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَعَمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دُعَاةٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَبْوَابِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَهَنَّمَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَجَابَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَيْهَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَذَفُوْهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِيهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَسُولَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صِفْهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جِلْدَتِنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَيَتَكَلَّمُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِأَلْسِنَتِنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَأْمُرُنِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَدْرَكَنِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَلْزَمُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَمَاعَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُسْلِمِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِمَامَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلْتُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَكُنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَمَاعَةٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلاَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِمَامٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاعْتَزِلْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تِلْكَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْفِرَقَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُلَّهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَوْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَعَضَّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِأَصْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَجَرَةٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حَتَّى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُدْرِكَكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمَوْتُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَأَنْتَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> .</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"><em> </em></span><em>“Adalah orang-orang
(para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir
kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami
dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada
kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan?
Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu
datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan
(dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab:
“Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam
riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang
mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan
engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi
keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang
mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka
mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasu lullah,
tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka
itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku
bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan
yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan
Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?”
Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu
semuanya, walaupun engkau sam pai menggigit akar kayu hingga kematian menjum
paimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul
Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).</em><br />
<em><br /></em>
<br />
Begitu juga dengan hadist diatas banyak sekali versi dalam memahaminya
tergantung dengan kepentingan masing-masing golongan, Sehingga menimbulkan
kerancuan dan tetap bertahan pada pendapat masing-masing golongan maka ketika
menghadapi zaman du’at ala abwabi jahannam Hudzaifah Bin Yaman bertanya kepada
Rasulullah dan Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan
Imaam mereka !”</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p><br /></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْضَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثَلاَثًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَيَسْخَطُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ثَلاَثًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْضَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَعْبُدُوهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلاَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تُشْرِكُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَيْئًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَأَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَعْتَصِمُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِحَبْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَمِيْعًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلاَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَفَرَّقُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَأَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تُنَاصِحُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ولاَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَمْرَكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَيَسْخَطُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قِيلَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَقَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِضَاعَةَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمَالِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَكَثْرَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">السُّؤَالِ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><em>“Sesungguhnya Allah
itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun
(3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu
memper ibadati-Nya dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, 2).
Hendaklah kamu ber pegang-teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan
janganlah kamu berfirqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati
kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemim pinan kepadanya dalam
urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan mengatakan
(mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan
harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).” (HR Ahmad, Musnad
Imam Ahmad dalam Musnad Abu Hurairah, Muslim, Shahih Muslim: II/6. Lafadz
Ahmad)</em></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p><br /></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أّمُرُكْم</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِخَمْسٍ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَللهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَمَرَنِى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِهِنَّ</span> : <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِاْلجَمَاعَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَالسَّمْعِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الطَّاعَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْهِجْرَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلجِهَادِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَبِيْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">،</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنَّهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَرَجَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلجَمَاعَةِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قِيْدَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شِبْرٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَقَدْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَلَعَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رِبْقَةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلإِسْلاَمِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عُنُقِهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَرْجِعَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دَعَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِدَعْوَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلجَاهِلِيَّةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَهُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جُثَاءِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَهَنَّمَ،</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالُوْا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَسُوْلَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللهِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صَامَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَصَلَّى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">،</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَاِنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صَامَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَصَلَّى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَزَعَمَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَنَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُسْلِمٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَادْعُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلمُسْلِمِيْنَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَمَّاهُمُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلمُسْلِمِيْنَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلمُؤْمِنِيْنَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عِبَادَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَزَّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">جَلَّ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<em>“Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima
perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu;
berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang
keluar dari Al Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam
dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan
seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam
Jahannam.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasu lullah, jika ia shaum dan shalat?”
Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang
muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah
telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza
wa jalla.” (HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad:IV/202,
At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati
wa shiyami wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad)</em><br />
<em><br /></em>
<br />
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَانَتْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَنُو</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِسْرَائِيلَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَسُوسُهُمُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلأَنْبِيَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُلَّمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هَلَكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَلَفَهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيٌّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لاَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَبِيَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَيَكُونُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خُلَفَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَيَكْثُرُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَأْمُرُنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَالَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِبَيْعَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلأَوَّلِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَاْلأَوَّلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَعْطُوهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حَقَّهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَإِنَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَائِلُهُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَمَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اسْتَرْعَاهُمْ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"><em> </em></span><em>“Dahulu Bani Israil
senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi
lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat
beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: “Ya
Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau bersabda:
”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah
kepada mereka haknya, maka sesungguh nya Allah akan menanyakan apa yang digembala
kannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al Bukhari dalam Kitab Bad’ul
Khalqi: IV/206)</em><br />
<em><br /></em>
<br />
Kembali kepada persoalan Khilafah, Apakah hadist<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diatas Rasulullah menubuwwatkan masalah wilayah
kekuasaan,,,?<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak,,,!? Pada hadist
diatas Rasulullah menubuwwatkan fase-fase yang akan dilalui Ummat Islam
sepeninggal beliau Bukan berarti Islam itu anti dengan kekuasaan,,,? <strong>“Sekuler”</strong> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Karna dengan adanya kekuasaan hukum Islam
dapat ditegakkan dengan seadil-adilnya dan dengan adanya kekuasaan kaum Muslimin
dapat saling melindungi dan dapat menolong kaum Muslimin lainnya yang teraniaya
sebagaimana bangsa Palestina yang dijajah oleh Israel,Muslim Rohingya yang
dibantai oleh Budha Miyanmar dll, Jika Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah difahami
sebagai bentuk kekuasaan maka Islam dianggap seolah haus akan kekuasaan dan
momok yang menakutkan bagi agama lain, Padahal Islam itu rahmatan lil alamin
ruhama bainahum Islam bukan berwatak penjajah sebagaimana agama lain, Jika sebagian
Ummat Islam ada yang berpendapat bahwa Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah itu wujudnya
“Negara Khilafah” atau “Negara Islam” maka pendapat tersebut diambil dari
dinasti Umayyah dan dinasti Abasiyyah bukan dari Khulafaur Rosyidhin Al-Mahdiyin
adapun Rasulullah diberikan kekuasaan oleh Allah karna <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>itu merupakan kehendak Allah dan janji dari
Allah bagi mereka yang bersungguh-sungguh mengerjakan amal shalih <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagaimana yang terdapat didalam (QS An-Nur
ayat 55), Adapun masalah kekuasaan itu juga merupakan kehendak Allah dan akan diberikan
kepada siapa yang ia kehendaki sebagaimana (QS Ali Imran ayat 26-27)</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<br />
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَعَدَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">آمَنُوْا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَعَمِلُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الصَّالِحَاتِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اْلأَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رْضِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اسْتَخْلَفَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَبْلِهِمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَيُمَكِّنَنَّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دِينَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ارْتَضَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَوْفِهِمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَمْنًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَعْبُدُونَنِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لاَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُشْرِكُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَيْئًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَفَرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَأُوْلَئِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْفَاسِقُونَ</span>{<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النور</span>:55}</div>
<div class="MsoNormal">
<em><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang orang yang sebelum
mereka berkuasa, dan sung guh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-KU dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS.An-Nur:55)</em></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<br />
Allah Subhanahu wata ’ala berfirman;<br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّلهُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَالِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُلْكِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تُؤْتِى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُلْكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَآءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتَنْزِعُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُلْكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِمَّنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَآءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُعِزُّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَآءُ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُذِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لُّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَآءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِيَدِكَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَلِّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَيْءٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَدِيْرٌ</span><br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تُــولِجُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّــيْـلَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِــي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النَّــهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُــولِــجُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الــنَّهَــارَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِــى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّيْــلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُــخْــرِجُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْــحَيَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِــنَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمــيِّتِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُخْــرِجُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْــمَيِّــتَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِــنَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْحَــىِّ</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتَــرْزُقُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَــنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَــشَــآءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِــغَيْــرِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حِسَـــابٍ</span><br />
<em>26. Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan
kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan
dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha-Kuasa atas segala sesuatu.</em></div>
<div class="MsoNormal">
<em>27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan
siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada
siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."(QS Ali Imran 26-27)</em><br />
<em><br style="mso-special-character: line-break;" /></em>
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-91704271585850525942015-03-23T02:43:00.001-07:002015-03-23T02:43:15.750-07:00Islam Non Politik !
<div class="MsoNormal">
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) berkeyakinan bahwa islam yang
di bawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembawa risalah
tidak ada mengandung unsur politik,karna politik itu muaranya dari akal dan Islam adalah mutlak Wahyu Allah dan islam Non Politik,! berikut ini kami
tuturkan beberapa bukti-bukti bahwa islam Non politik :<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
1. Q. S. Al-Anbiya :107</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَرْسَلْنَاكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَحْمَةً</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِلْعَالَمِينَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : "Dan Kami tidak mengutus engkau melainkan
untuk menjadi rahmat semesta alam".<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
2. Q.S. Saba' : 28</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَرْسَلْنَاكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَافَّةً</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِلنَّاسِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَشِيرًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَنَذِيرًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَكِنَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَكْثَرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">النَّاسِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَعْلَمُونَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan
kepada seluruh ummat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya". </div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas: Tidak ada politik yang Rahmatan lil
'Alamin, yang universal meliputi seluruh manusia.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
3. Q.S. Al-Kahfi : 29</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَقُلِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْحَقُّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَبِّكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَمَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيُؤْمِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَاءَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَلْيَكْفُرْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَعْتَدْنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِلظَّالِمِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَارًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَحَاطَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِهِمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سُرَادِقُهَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَسْتَغِيثُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُغَاثُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِمَاءٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَالْمُهْلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَشْوِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْوُجُوهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِئْسَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الشَّرَابُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَاءَتْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُرْتَفَقًا</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya: "Dan katakanlah kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman, dan
barang siapa yang ingin kafir maka biarkanlah ia kafir. Sesungguhnya telah kami
sediakan bagi orang-orang yang dholim itu neraka. Dan jika mereka meminta
minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih,
yang menghanguskan muka; itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek".</div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas: Allah tidak perlu mahluk, tetapi mahluk
yang sangat memerlukan Allah, karena tidak mungkin Allah mempolitisir mahluk
ciptaanya. <br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 191.4pt;">
4. Q.S. Al-Bayyinah : 5</div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 191.4pt;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أُمِرُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِيَعْبُدُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُخْلِصِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الدِّينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">حُنَفَاءَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَيُقِيمُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الصَّلَاةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَيُؤْتُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الزَّكَاةَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَذَلِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دِينُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْقَيِّمَةِ</span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 191.4pt;">
Artinya : "Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) Agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikkan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus".</div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas: - Tidak ada politik yang mukhlisina
lahuddin. -</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
5. Q.S. An_Najm : 3 - 4</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَنْطِقُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَنِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْهَوَى</span> - <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَحْيٌ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُوحَى</span>
</div>
<div class="MsoNormal">
Artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al
Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya)".</div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas: Islam mutlak wahyu Allah bukan produk
otak, sedang politik adalah produk otak manusia yang realtif dan rapuh. <br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
6. Al-An'Am : 115</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتَمَّتْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَلِمَةُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">رَبِّكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صِدْقًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَعَدْلًا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُبَدِّلَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لِكَلِمَاتِهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَهُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">السَّمِيعُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْعَلِيمُ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : "Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an,
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah
kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."</div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas: Islam tidak perlu ditambah dengan
ideologi politik.-<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
7. Al-Am'Am : 116</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تُطِعْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَكْثَرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْأَرْضِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُضِلُّوكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَبِيلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَتَّبِعُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الظَّنَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَإِنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَخْرُصُونَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."</div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas : Mayoritas dan Sikon bukan standar
kebenaran bahkan merupakan ujian yang bisa menyesatkan dari jalan Allah,
Sedangkan dalam politik mayoritas dan sikon senantiasa dijadikan standar dan
pedoman (komando).<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
8. Tidak mungkin Allah Subhanahu wata'ala mempolitisir
mahluk-Nya.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
9. Surat-surat Rasulullah Shallalhu 'Alaihi wasallam kepada
raja Mesir, Yaman, Persia dan Roma tidak satupun surat yang mengandung motivasi
politik, motivasinya "Addinu Nasihat".<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
10. Rasulullah Shallalhu 'Alaihi wasallam ditawari menjadi
raja oleh utusan Quraisy (diplomat) "Uthbah bin Rabi'ah, maka Rasul
menolak tawaran tersebut; padahal menjadi raja adalah puncak karier politik.
Politikus mana yang ditawari menjadi raja tidak mau?.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
11. Demarkasi Islam adalah Akhlak Taqwallah bukan Phisikis
territorial.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَكُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دِينُكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلِيَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دِينِ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : "Bagi kamu agamamu, dan bagiku agamaku".
(Q.S. Al-Kafirun : 6)<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
...<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَنَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَعْمَالُنَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَعْمَالُكُمْ</span>...</div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : ".... Bagi kami amalan kami, dan bagi kamu
amal perbuatan kamu ..... (Q.S. Al-Baqoroh : 139)<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
12. Bisa hidup berdampingan dengan selain muslim secara
damai dalam batas-batas islam.</div>
<div class="MsoNormal">
...<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتَعَاوَنُوا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْبِرِّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَالتَّقْوَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَعَاوَنُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْإِثْمِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَالْعُدْوَانِ</span>...</div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : "... Dan tolong menolonglah kamu
dalam(mengerjakan) kebajikan dan Taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran..". (Q.S Al-Maidah : 2)<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam hidup berdampingan
bersama Abu Thalib yang bukan Muslim.</div>
<div class="MsoNormal">
Hidup dengan tetangga, Rasul bersabda: "Tetangga itu
ada tiga macam: tetangga yang mempunyai satu hak, tetangga yang mempunyai dua
hak, dan tetangga yang mempunyai tiga hak. Tetangga yang mempunyai tiga hak
ialah tetangga Muslim yang ada ikatan keluarga (kekerabatan) maka ia mempunyai
hak tetangga, hak muslim, dan hak kekeluargaan. adapun tetangga yang mempunyai
dua hak ialah tetangga yang muslim, dia mempunyai hak muslim, adapun tetangga
yang mempunyai satu hak ialah tetangga yang musyrik".</div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas : Dalam islam tidak ada batas teritorial
atau pagar politik.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
13. Q.S. Yunus : 25</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَاللَّهُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَدْعُو</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دَارِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">السَّلَامِ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَيَهْدِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَشَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">صِرَاطٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مُسْتَقِيمٍ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya: "Allah menyuruh manusia ke dalam Daarus Salam
dan menunjukkan orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus".<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
Daarus Salam dalam ayat ini bukan fisik negara Islam, tetapi
suasana mutlak wahyu Allah. di dalam masjid Islam, di luar masjid Islam, semua
aspek hidupnya adalah wahyu Allah, sebab amanahnya itu adalah ibadah kepada
Allah (melakukan, melaksanakan Al-Qur'an dan Sunnah).</div>
<div class="MsoNormal">
Dinamika dan semua arah hidup diatur dengan islam, bukan
dengan politik: Dinamikanya 'Amalus Sholihat, arahnya ampunan dan ridho Allah
Subhanahu wata'ala.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</div>
<div class="MsoNormal">
14. Islam wahyu Allah. Politik produk otak manusia: pencetus
politik pertama ialah Plato, filusuf bangsa Yunani kuno sekitar tahun 426 SM.
Politik identik dengan kekuasaan, bagaimana cara memperoleh kekuasaan,
bagaimana cara memelihara bahkan sampai bagaimana cara mengembangkan kekuasaan.
Nicholo Maxchiavelly berkata: "Di dalam engkau mencapai kekuasaan, gunakan
segala kesempatan dengan segala cara". Artinya tidak mengenal haram atau
bathil, ditempuh dengan segala cara.<br />
<br />
Perbedaan Wahyu dan Politik </div>
<div class="MsoNormal">
Melanjutkan pembahasan sebelumya tentang Islam Non Politik.
Ada beberapa perbedaan mendasar antara Wahyu dan politik : </div>
<div class="MsoNormal">
Wahyu : Bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, bersumber
langsung dari Allah Swt.</div>
<div class="MsoNormal">
Politik : Bersumber dari otak manusia, relatif dan rapuh.</div>
<div class="MsoNormal">
Wahyu : Pengamalan ibadah pada Allah menurut contoh
Rasulullah Saw.</div>
<div class="MsoNormal">
Politik : Menurut sikon yang berubah-ubah dan tidak menentu.</div>
<div class="MsoNormal">
Wahyu : Sangsinya Dosa, adzab dan Neraka.</div>
<div class="MsoNormal">
Politik : Tidak mengenal sangsi, dosa dan Haram.</div>
<div class="MsoNormal">
Wahyu : Berbentuk Jamaah Muslimin wa Imaamahum, Rahmatan lil
alamin, fitrah dan Sunnah.</div>
<div class="MsoNormal">
Politik : Bentuk Ormas, Orpol, dan Negara Islam.</div>
<div class="MsoNormal">
Wahyu : Tujuannya Maghfiroh dan ridho Allah.</div>
<div class="MsoNormal">
Politik : Tujuannya Kekuasaan.</div>
<div class="MsoNormal">
Sehingga perbedaan antara Wahyu dan Politik laksana Kholiq
dengan makhluk-Nya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kekuasaan Allah Al-'Azizul hakim bukan kekuasaan politik,
Allah adalah Maha Kuasa, Maha Pencipta, selain Allah, semua makhluk
ciptaan-Nya, Allah Maha Pengatur, Maha Penentu segala perkara, tidak ada
sedikitpun persamaan dengan kekuasaan politik, Subhanallahu 'Amma Ysifun. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
kekuasaan politik, proses, prosedur, dinamika, bentuk dan
arahnya pun tidak ada yang mencerminkan Rahmatan lil 'alamin, tidak ada yang
mutlak dan abadi, bahkan sekejap dan sering berakibat pahit/tragis. </div>
<div class="MsoNormal">
kekuasaan Allah Swt. mutlak, abadi, Maha Besar, Maha Adil,
penuh dengan Rahmatan lil 'Alamin, memayungi segenap makhluk-Nya dengan indah
dan sempurna. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
firman Allah Swt. </div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَالِمُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْغَيْبِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَالشَّهَادَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الرَّحْمَنُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الرَّحِيمُ</span>
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S.
Al-Hasyir : 22) </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَهَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِلَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمَلِكُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْقُدُّوسُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">السَّلَامُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُؤْمِنُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُهَيْمِنُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْعَزِيزُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْجَبَّارُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُتَكَبِّرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سُبْحَانَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَمَّا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُشْرِكُونَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha
Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara,
yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan.(Q.S. Al-Hasyir : 23) </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَالِقُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْبَارِئُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُصَوِّرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْأَسْمَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْحُسْنَى</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُسَبِّحُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">السَّمَاوَاتِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَالْأَرْضِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَهُوَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْعَزِيزُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْحَكِيمُ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang
membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di
langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S.
Al-Hasyir : 24) </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan Oleh karenanya kekhalifahan yang dipercayakan Allah
kepada Mu'minin sebagai amanah, bukan figur politik, tetapi adalah figur wahyu.
</div>
<div class="MsoNormal">
menggembala ummat dalam mengabdi, memperibadati Allah
Subhanahu wata'ala dengan contoh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. </div>
<div class="MsoNormal">
Firman Allah. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَعَدَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">آَمَنُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَعَمِلُوا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الصَّالِحَاتِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْأَرْضِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَمَا</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اسْتَخْلَفَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِينَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَبْلِهِمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَيُمَكِّنَنَّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">دِينَهُمُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الَّذِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ارْتَضَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَهُمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">خَوْفِهِمْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">أَمْنًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَعْبُدُونَنِي</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">لَا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يُشْرِكُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَيْئًا</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَمَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كَفَرَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بَعْدَ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">ذَلِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">فَأُولَئِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">هُمُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْفَاسِقُونَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa.
mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik. (Q.S. An-Nur : 55) </div>
<div class="MsoNormal">
Firman Allah. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قُلِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">اللَّهُمَّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَالِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُلْكِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تُؤْتِي</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُلْكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتَنْزِعُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْمُلْكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مِمَّنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُعِزُّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَتُذِلُّ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">مَنْ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">تَشَاءُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">بِيَدِكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْخَيْرُ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّكَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">كُلِّ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">شَيْءٍ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">قَدِيرٌ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S. Ali
Imraan : 26) </div>
<div class="MsoNormal">
Penjelasan ringkas ; </div>
<div class="MsoNormal">
Kekuasaan mutlak milik Allah diamanatkan kepada siapa yang
dikehendaki sebagai amanah bukan sebagai kebanggaan. Oleh karenanya tidak perlu
diperebutkan. Tidak ada satupun Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk merebut
kekuasaan. Rasulullah Shallallahu 'alai wasallam bersabda :</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">إِنَّكُمْ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">سَتَحْرِصُونَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">عَلَى</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْإِمَارَةِ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">وَسَتَكُونُ</span>
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">نَدَامَةً</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">يَوْمَ</span> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">الْقِيَامَةِ</span></div>
<div class="MsoNormal">
"Sesungguhnya kamu akan memperebutkan kekuasaan, sedang
di akhirat menjadi penyesalan". (H.R. Bukhori No.6615 ).<br />
<br />
Politik Malapetaka Bagi Muslimin </div>
<div class="MsoNormal">
Menatap perjalanan Muslimin memikul dan menunaikkan amanat
Allah "Al-Islam" yang terhampar dalam peta sejarah, terutama sejak
syahidnya Sahabat 'Aly Rahiyallahu 'anhu pada 40 H, di mana Muawiyah merubah
"Khilafah" sebagai fugur wahyu menjadi "Mulkan" sebagai
figur politik.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah surat An-Nisa'
79 agar dievaluasi dan diintrospeksi secara total. Setelah Isalam dipolitisir
Islam menjadi dakhon, talbisul haqqa bil bathil, padahal Allah melarangnya;
Walaa talbisul Haqqa bil bathil, ukhuwah menjadi berantakan, berfirqoh-firqoh
berkelahi satu dengan lainnya. Padahal Allah Subhanahu wata'ala menyuruh
bersaudara dalam firman-Nya:</div>
<div class="MsoNormal">
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwlah kepada
Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al-Hujuraat:10)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sepanjang sejarahnya,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>sejak wafatnya Khalifah 'Aly Karmallahu Wajhah, Muslimin saling berebut
kekuasaan, dinamika perjuangan dan kehidupan Muslimin laksana lingkaran
Syaithan yang berkepanjangan. Al-Qur'an dan sunnah Rasul dilegitimasi untuk
kepentingan politik dan ambisi pribadi. Na'udzubillahi min dzalik.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Karena itu, harus kita sadari, pahamai, dan yakini bahwa
politisasi Islam adalah sumber kehancuran muslimin sampai saat ini. Persepsi
bahwa berpolitik adalah bagian dari dari perjuangan Islam, karena adanya
kata-kata "Syiasah". Kata-kata "syiasah" ini bukan dari
Islam (Al-Qur'an dan sunnah). Kata-kata "Syiasah" lahir mulai pada
masa Ma'mun bin Harun Al-Rasid tahun 198 - 218 H atau 813 - 833 M. Pada masa
berdirinya Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia dengan perpustakaan yang
lengkap yang bernama Darul Hikmah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pada masa inilah mulai dipakainya istilah
"Syiasah" yang disepadani dengan istilah politik. Selanjutnyaa
Syiasah ini dijadikan judul buku terjemahan "Politea" karya Plato
(filisuf Yunani kuno). Dengan demikian kata-kata "Syiasah bukan dari
syariat Islam. arti Syiasah dalam kitab "Al-Muu'jamul Wasith" halaman
462 "memegang kepemimpinan umat".</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Demikian pula dengan "Ahlul Halli Wal Aqdi" bukan
Syariat Islam. Ahlul Halli wal Aqdi adalah karya Al-Mawardi, nama lengkapnya
Abu Hasan Ali bin Habib Al-Mawardi Al-Bashri yang hidup tahun 346 - 450 H atau
975 - 1059 M dalam bukunya "Al-Hakam Ash Shulthoniyah". Ahlul Halli
wal Aqdi adalah institusi politik untuk Pembentukan Negara Islam. Realita yang
nampak dipermukaan Negara Islam itu yang dominan adalah
"Nasionalisme". Proses yang terjadi, kalau Nasionalisme tersinggung
maka yang menjadi kabing hitam adalah Islam dan kaum Muslimin. Tapi kalau Islam
yang tersinggung, seperti maraknya pelacuran, kriminalitas, narkoba, maka Nasionalisme
cuek saja. Secara sepihak mereka menuduh Muslimin sebagai kelompok reaksioner.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pernyataan Madinah sebagai Negara Islam dan Nabi Muhammad
sebagai kepala negara islam yang ideal, itu bukan dari Allah dan Rasul-Nya,
tapi dari seorang orientalis Inggris bernama Montgomery Watt.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kalau Madinah sebagai Negara Islam, harus ada bukti-bukti
yang mendukung, antara lain:</div>
<div class="MsoNormal">
Harus Ada Arsip-arsip kenegaraan.</div>
<div class="MsoNormal">
Harus ada batas-batas teritorial.</div>
<div class="MsoNormal">
Pimpinannya Raja/Presiden.</div>
<div class="MsoNormal">
Di dalam Madinah Al-Munawaroh hal-hal tersebut tidak
terdapat. Nabi Muhammad Rasulullah Shallahu'alaihi wasallam bersabda yang
artinya: "Aku bukan Raja".</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Madinah merupakan masyarakat wahyu Allah yang dipimpin
langsung oleh Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam Bukan
Negara Islam.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tentang Ucapan Rasulullah Shallallahu 'alai wasallam
"Al-Harbu Hid'atun", perang itu adalah tipu daya. Ucapan ini sama
sekali bukan politik, justru menunjukkan bahwa islam itu rahmat. Di dalam
pertempuran, menghindari tembakan dan membalas tembakan adalah logis. Maka
kalau menyerahkan leher untuk disembelih oleh musuh itu adalah abnormal dan
tidak logis.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Islam adalah mutlak wahyu Allah yang Ramatan lil 'Alamin
lengkap dan sempurna. Tidak perlu ditambah dengan sistem-sistem politik. Islam
di atas logika di atas Sikon dan peradaban. Sistem politik adalah karya otak.
Pencetus pertamanaya adalah Plato, seorang filusuf Yunani kuno yang lahir
sekitar 427 SM. Perbedaan sistem Islam dengan sistem politik, laksana perbedaan
Khaliq dengan mahluknya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Islam tatanan kehidupan dan perjuangan dari Allah Subhanahu
wata'ala, yang menjelaskan dengan terang tentang Haq dan bathil, halal dan
haram. Sistem politik serba relatif dan arahnya kepada Neraka Jahannam. Muatan
sistem politik itu curiga, hasad, dengki, kekuasaan yang menimbulkan
pertarungan antara suatu kepentingan dengan kepentingan lain. Tak pernah ada
cita-cita perdamaian dapat diwujudkan dengan politik. Para pakar politik, mulai
dari Prof. Dr. Miriam Budiarjo, Prof. Dr. Baren, Prof. Dr. Lazky, Prof. Dr. Max
Ever, sampai John Lacke dan Montesque, sepakat bahwa Politik ialah ilmu tentang
kenegaraan dan kekuasaan. Titik berat politik pada kekekuasaan. Merebut,
memelihara atau mempertahankan, dan mengembangkan kekuasaan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Fakta-faktanya, lihat peta sejarah perjuangan Muslimin
memikul dan menuaikan amanat Allah (Al-Islam). Sejak Aly bin Abi Tholib
Radhiyallahu "anhu syahid pada 40 H, Muawiah bin Abi Sufyan mempolitisir
kekhilafahan. Dia merubah khilafah menjadi mulkan. Perubahan ini adalah
perubahan sistematik yang berdampak sangat dahsyat dan luas sekali. Perubahan
ini melahirkan dinasti-dinasti yang berkepanjangan. Dinasti-dinasti yang saling
bertabrakan. Proses ini berjalan dan berkembang terus semakin parah. Antara
Dinasti Umayyah, Dinasti Abassiyah, dan Dinasti Ustmani Turki berkelahi
sesamanya memakan waktu lebih dari 1300 tahun. Tentu saja keadaan seperti ini
menjadi peluang bagi orang kuffar. Mereka yang sejak lama menanti-nanti, datang
menyergap Muslimin. Hasilnya, Perang Salib selama 200 tahun yang dikomando oleh
Paus Urbanus II dari Clermont Perancis Selatan pada November 1905, dan muslimin
kalah total.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekarang kita analisa, penyebab kalahnya muslimin ada tiga
faktor:</div>
<div class="MsoNormal">
Muslimin tidak konsekuen terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Al-Qur'an dan As-Sunnah dicampur dengan filsafat Yunani dan hukum Romawi.</div>
<div class="MsoNormal">
Khilafah dirubah menjadi Mulkan. Figur wahyu dirubah menjadi
figur Politik.</div>
<div class="MsoNormal">
Perang saudara.</div>
<div class="MsoNormal">
Laksana lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.
Muslimin terjebak perangkap imperialisme berabad-abad. Masa kolonialisme barat
ini, Muslimin tidak hanya diperas keringat, darah, harta benda tapi Aqidahnya
dikuras dengan dicekoki kebudayaan barat setiap saat secara sistematis. Metode
Pakaian, pergaulan, dan sistem di luar daya saring Iman dan Islam, Muslimin
menelan mentah-mentah budaya barat ini, tentu saja termasuk sistem
kepemimpinan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mulai bermunculan Parpol, Ormas Islam dalam tubuh muslimin.
Muslimin semakin terkoyak-koyak. Ini merupakan bagian strategi barat
"Devide et Impera". Nasionalisme Indonesia sendiri yang mayoritas
penduduknya adalah Muslim sejak periode Multi partai, masa liberal, masa
Nasakom, masa asas tunggal, masa reformasi dengan poros tengahnya yang tidak
jelas bentuk dan arahnya, kehilangan nyali dan identitasnya. Muslimin semakin
payah untuk bangkit. Inilah fakta-fakta malapetaka yang menimpa Muslimin akibat
mempolitisir Islam. Sadarlah Muslimin...... dan Takutlah kepada Allah,
kembalilah kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah secara mutlak dan menyeluruh. Inilah
jalan satu-satunya yang terbaik.</div>
<div class="MsoNormal">
<br />Wallohu A'lam.......</div>
<br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-43807634213992757422015-03-23T02:24:00.003-07:002017-09-28T17:14:43.405-07:00Usaha Penegakkan Kembali Khilafah<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGTl3lXXGO0AY2OEUX_sZ27Ye2SjJTVjCE4Ssje6_nDqjsmSjp4qoS7zH-up7mPleqi5NkeuP6ATE7ig9mof-EByLo5N3lu-eMIzXk41bi294pChGQ69UqFIfsrUGKHtreL49Qi9y4jtY/s1600/15894823_224047238049845_7470872151832778057_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="480" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGTl3lXXGO0AY2OEUX_sZ27Ye2SjJTVjCE4Ssje6_nDqjsmSjp4qoS7zH-up7mPleqi5NkeuP6ATE7ig9mof-EByLo5N3lu-eMIzXk41bi294pChGQ69UqFIfsrUGKHtreL49Qi9y4jtY/s320/15894823_224047238049845_7470872151832778057_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Oleh Abu Wihdan Hidayatullah<br />
<br />
Setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
empat khalifah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>utama yaitu Abu Bakar,
Umar bin Khathab, Utsman bin Affan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan
Ali bin Abi Thalib r.a., melanjut-kan sistem kepemimpinan dan perwujudan
masyarakat wahyu yang telah di awali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
selama 23 Tahun. Karena sebagai pelanjut, tentu tidak sama konsekwensinya
dengan yang mengawali, yakni Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Lagi pula
keempat khalifah tersebut tidak maksum sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam. </div>
<div class="MsoNormal">
Masa khilafah merupakan “Golden Age” (Abad Keemasan), saat
itulah syari’at atau hukum-hukum islam sepenuhnya berkembang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan diimplementasikan (diwujudkan) secara
sempurna. Mereka adalah para khalifah ideal yang membimbing umat diatas jalan
yang benar dan telah menunaikan amanah mereka dengan penuh keimanan dan
keikhlasan. Karena alasan inilah mereka dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin
yakni para khalifah penunjuk jalan kebenaran. Dan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَعَلَيْكُمْ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِسُنَّتِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَسُنَّةِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْخُلَفَاءِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الرَّاشِدِينَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْمَهْدِيِّينَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : “Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan
sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin al Mahdiyin” (Musnad Ahmad juz 4 hal 126
–127)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pembenahan dan pembangunan umat di masa khulafaur rasyidin
berlangsung selama 30 tahun. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam :</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْخِلاَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فَةُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">فِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أُمَّتِي</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ثَلَاثُونَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">سَنَةً</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ثُمَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">مُلْكٌ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بَعْدَ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">ذَلِكَ</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : “Kekhilafahan pada umatku tiga puluh tahun
kemudian kerajaan setelah itu.” (HR. At Tirmidzi juz 4 hal 503 no. 2226,
Kitabul Fitan, Abu Daud Kitabussunah juz 4 hal 221 no. 4646-4647)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kejayaan dan kebahagiaan muslimin di masa awal adalah potret
paling ideal sepanjang sejarah. Islam benar-benar telah menjadi cahaya dan
rahmat bagi alam semesta. Karena itulah kita yakin hanya dengan berpola kepada
mereka Insya Allah kejayaan dan kebahagiaan bisa kembali kita nikmati. Imam
Malik r.a. berkata :</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لاَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">يَصْلُحُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اَمُرُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">هَذِهِ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">اْلأُمَّةِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلاَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">صَلُحَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">بِهِ</span>
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">أَوَلُّهَا</span></div>
<div class="MsoNormal">
Artinya : “Tidak akan selamat atau maslahat urusan umat ini
kecuali dengan apa-apa yang telah menyelamatkannya generasi awalnya”</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Atas dasar inilah Islam hanya dapat ditegakkan dengan
cara-cara terdahulu, yakni sunnah Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Tidak
mungkin Islam ditegakkan dengan cara diluar Islam, baik dengan pola barat
maupun pola timur.</div>
<div class="MsoNormal">
Berbagai usaha yang diperjuangkan kaum muslimin dalam
mengembalikan khilafah dengan versinya antara lain adalah :</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ikhwaanul Muslimin</div>
<div class="MsoNormal">
Didirikan pada tahun 1928 M. di Mesir oleh Syaikh Hasan
Al-Banna (1324-1368 H/1906-1949 M).<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Berawal dengan sistem<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>usroh
(keluarga) beberapa orang tokoh dan ulama Mesir yang menentang kekuasaan Rezim
Gamal Abdul Nasher. Secara pesat berkembang di Mesir dan meluas ke berbagai
negeri muslim lainnya, hingga ke Indonesia. Sistem perjuangan untuk menuju
khilafah melalui tahapan pembinaan sebagai berikut :</div>
<div class="MsoNormal">
a.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pembentukan
individu Islami</div>
<div class="MsoNormal">
b.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pembentukan
keluarga Islami</div>
<div class="MsoNormal">
c.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pembentukan
masyarakat Islami</div>
<div class="MsoNormal">
d.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pembentukan
Negara / Pemerintahan Islami</div>
<div class="MsoNormal">
e.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Penegakkan
khilafah dengan memilih dari perwakilan tiap negara, dengan kriteria Imaamah
atau Khilafah ; al-Alamah, al-Adalah, al-Kifayah</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hizbut Tahrir</div>
<div class="MsoNormal">
Didirikan pada tahun 1953 di<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Yordania oleh Syaikh Taqyuddin An Nabhani (1909-1979 M). Seiring dengan
keruntuhan Turki Utsmani 1924, khilafah wajib ditegakkan kembali di
tengah-tengah kaum muslimin. Maka 29 tahun kemudian Hizbut Tahrir berdiri
sebagai Partai Politik Islam Internasional yang berjuang untuk mengembalikan
Khilafah Islamiyah pasca runtuhnya Turki Utsmani. Khilafah baru bisa berdiri
apabila ada daulah Islamiyah. Dengan demikian memiliki kekuasaan menjadi syarat
mutlak tegaknya khilafah islamiyah. Apabila di suatu daerah telah menjadi
dominan dan berkuasa, maka dibai’atlah seorang khalifah. Selanjutnya seluruh
muslimin wajib membai’atnya. Syarat-syarat terbagi menjadi dua, yakni syarat
in’iqad dan syarat afdlaliyah. Syarat in’iqad (sahnya) khalifah ada tujuh ;
Muslim, laki-laki, baligh, berakal, adil, merdeka, mampu melaksanakan amanah
khilafah. Syarat afdlaliyah (keutamaan) ; mujtahid, pemberani dan politikus,
keturunan (Quraisy, Bany Hasyim dll).</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mujahidin</div>
<div class="MsoNormal">
Gerakan ini diawali dengan peristiwa perang teluk di Timur
Tengah tahun 1980-an, kemudian menyusul Jihad Afghanistan, Chechnya, Palestina
dan lain-lain. Para tokoh gerakan ini antara lain ; Syaikh Abdullah ‘Azzam,
Syaikh Usamah bin Ladin, Syaikh Ahmad Yasin dll. Prinsip-prinsipnya tentang
khilafah, antara lain ;</div>
<div class="MsoNormal">
Tidak benar, untuk jihad harus ada khilafah dulu.</div>
<div class="MsoNormal">
Tidak ada sahabat atau ulama mu’tabar yang berkata bahwa;
tidak ada jihad kecuali bersama khilafah.</div>
<div class="MsoNormal">
Nash tentang jihad adalah qath’i, jihad akan terus
berlangsung sampai hari kiamat. Sama saja keadaannya ada khalifah atau Imaam
‘Aam atau tidak adanya khalifah atau Imaam ‘Aam.</div>
<div class="MsoNormal">
Tidak ada dalil yang shahih, yang mensyaratkan harus dengan
adanya Imaam ‘Aam pada jihad thalabi (offensive), selain pada jihad difa’i
(defensive)</div>
<div class="MsoNormal">
Khilafah Islamiyah yang runtuh tahun 1924, harus ditegakkan
kembali dengan melalui i’dad dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jihad
fii sabiililah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
4.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Khilafatul
Muslimin</div>
<div class="MsoNormal">
Dimaklumatkan di Lampung – Indonesia pada tahun 1997 oleh
Ust. Abdul Qadir Hasan Baraja. Menurutnya, sejak runtuhnya Turki Utsmani 1924,
tidak ada satupun gerakan yang menegakkan khilafah. Maka diba’iatlah Ust. Abdul
Qadir Hasan Baraja sebagai Amiirul Mu’minin sementara. Kemudian menyebarkan
formulir pendaftaran untuk menjadi anggota. Selanjutnya secara bertahap akan
diselenggarakan musyawarah dunia dan menetapkan Khalifah yang tetap / permanen.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
III.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>KEMBALI KEPADA
SISTEM<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“KHILAFAH ‘ALA MINHAAJIN NUBUWWAH</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menjelang runtuhnya Turki Utsmani dan sesudahnya hingga
tahun 1952 muslimin di berbagai dunia termasuk di Indonesia mengadakan
musyawarah/konferensi untuk mengembalikan sistem khilafah. Akan tetapi semua
usaha ini belum berhasil mewujudkan khilafah.</div>
<div class="MsoNormal">
Ketidak berhasilan ini lebih banyak disebabkan karena faktor
nasionalisme masing–masing pihak yang dibawa ke majelis musyawarah.</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Khilafah di berbagai negara, pra dan pasca<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keruntuhan Utsmaniyyah (1924)</div>
<div class="MsoNormal">
All India Khilafat Conference, 1919 M di India</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Islam International, 1921 M. di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Karachi<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Pakistan</div>
<div class="MsoNormal">
Dewan Khilafah, 1924 di Mekkah ( dibentuk Syarif Husein
Amir)—tidak berlanjut</div>
<div class="MsoNormal">
Kongres Kekhilafahan Islam, 1926 di Kairo</div>
<div class="MsoNormal">
Kongres Muslim Dunia, 1926 di Mekkah</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Islam Al-Aqsha, Desember<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>1931 di Yerussalem</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Islam International kedua, 1949 di Karachi</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Islam International ketiga, 1951 di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Karachi</div>
<div class="MsoNormal">
Pertemuan Puncak Islam, Agustus 1954 di Mekkah</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Muslim Dunia 1964 di Mogadishu</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Muslim Dunia 1969 di Rabat Maroko —– melahirkan
OKI</div>
<div class="MsoNormal">
Konferensi Tingkat Tinggi Islam, Pebruari 1974 di Lahore
Pakistan.</div>
<div class="MsoNormal">
Setelah mengalami perjalanan yang panjang, sampai dengan
tahun 1953 muncullah tiga pertanyaan dalam pemikiran Dr. Syaikh Wali Al–Fattaah
:</div>
<div class="MsoNormal">
Mengapa kaum muslimin senantiasa gagal dalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memperjuangkan Islam?</div>
<div class="MsoNormal">
Mungkinkah Islam dapat ditegakkan dengan cara di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>luar Islam?</div>
<div class="MsoNormal">
Mustahil dalam Islam tidak ada sistem untuk memperjuangkan
Islam?</div>
<div class="MsoNormal">
Dari tiga pertanyaan itulah Wali Al-Fattaah terus-menerus
melakukan kajian bersama para ulama saat itu, untuk mencari solusi permasalahan
tersebut. Maka beliau menarik kesimpulan; bahwa Islam tidak mungkin ditegakkan
dengan cara-cara diluar Islam, termasuk melalui jalur politik parlementer. Hal
ini pula yang menjadi dasar beliau mengundurkan diri dari Masyumi.</div>
<div class="MsoNormal">
Yang memilih keluar dari Masyumi ternyata tidak hanya Wali
Al-Fattaah, tapi juga tokoh-tokoh lain yang kecewa dengan keberadaan Masyumi,
antara lain : H. Agus Salim, Abdul Gaffar Ismail dan Al-Ustadz H.S.S. Djamaan
Djamil. 1</div>
<div class="MsoNormal">
Dari tahun ke tahun Wali Al-Fattaah mengumpulkan dalil-dalil
tentang Khilafah, Jama’ah dan Imaamah. Beliau berhubungan dengan Kyai Maksum
(Khadimus Sunnah), KH. Munawwar Khalil, Ust. A. Hasan dll.</div>
<div class="MsoNormal">
Suatu hari, di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>akhir
tahun 1952 Wali Al-Fattaah mendapat hadiah satu paket buku dari KH. Munawwar
Khalil yang berjudul “Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”.</div>
<div class="MsoNormal">
Buku ini menambah keyakinan Wali Al-Fattaah akan penting dan
wajibnya Muslimin<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kembali kepada
Khilafah, ‘alaa Minhaajin Nubuwwah. Setelah berkali-kali diadakan musyawarah
dengan para ulama, maka terjadilah pembai’atan beberapa orang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ulama dan tokoh saat itu,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kemudian pada<span style="mso-spacerun: yes;"> hari</span> Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah 1372 H/20 Agustus 1953 diumumkan
pembai’atan tersebut di gedung Aducstaat (Bapenas sekarang) Jakarta.</div>
<div class="MsoNormal">
Diantara para ulama yang membai’at awal Wali Al-Fattaah
generasi awal adalah :</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">–</span> Kyai
Muhammad Maksum (Khadimus Sunnah, ahli<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>hadits asal Yogyakarta- Muhammadiyah)</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">–</span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ust. Sadaman (Persis-Jakarta)</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">–</span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>KH. Sulaeman Masulili (Sulawesi)</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">–</span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ust. Hasyim Siregar (Tapanuli)</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="KO" style="font-family: "malgun gothic" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">–</span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Datuk Ilyas Mujaindo, dll.</div>
<div class="MsoNormal">
Kemudian disiarkan melalui media cetak: Harian Keng Po,
Pedoman dan Daulat Rakyat, serta media elektronik : melalui<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Radio Australia dalam bahasa Inggris 22
Agustus 1953 oleh Zubeir Hadid dan di RRI Pusat (1956) oleh Ust. Abdullah bin
Nuh dalam bahasa Arab.2 Inilah awal ditetapinya kembali Jama’ah Muslimin dan
Imaamnya. 1972 mendapat tanggapan positif dan do’a<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>serta gelar Syaikh kepada Wali Al-Fattaah,
dari Raja Feisal –Saudi Arabia</div>
<div class="MsoNormal">
Sepeninggal Wali Al-Fattaah, 19 Nopember 1976, dibai’atlah
H. Muhyiddin Hamidy sebagai Imaam yang<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kedua dalam Jama’ah Muslimin (Hizbullah). Alhamdulillah dari waktu ke
waktu kaum muslimin makin menyadari akan pentingnya kesatuan dan persatuan
umat, sehingga secara berangsur muslimin di berbagai daerah dan negeri
bergabung dalam satu wadah yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya, yakni Jama’ah
Muslimin dan Imaamnya. MASYAA<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ALLAH</div>
<div class="MsoNormal">
Wali Al-Fattaah menegaskan, “Kalau memang telah ada yang
lebih dulu muslimin menetapi Jama’ah Muslimin dan Imaamnya, kita makmum. Kami
menyadari bahwa Imaam itu tidak boleh dua, kami menyadari bahwa Jama’ah itu
tidak boleh dua. Jama’ahnya harus satu dan Imaamnya pun harus satu.”
Sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin
Al-Mahdiyyin. (pen)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">Syaikh
Abdul Aziz bin Baz berkata : “Termasuk perkara yang tidak diragukan banyaknya
kelompok di dalam masyarakat Islam termasuk perkara yang sangat diinginkan oleh
syaithan dan musuh-musuh Islam dari kalangan manusia. Karena bila kaum muslimin
bersepakat dan bersatu serta mengenal bahaya yang mengancam mereka dan juga
mengancam aqidah mereka, maka mereka akan bersemangat membela umat dan aqidah
mereka dan beramal di dalam satu shaf (barisan) demi kemaslahatan muslimin dan
membentengi agama mereka, negeri-negeri serta saudara-saudara mereka dari
bahaya yang mengancam. Hal yang demikian ini tentu tidak disenangi oleh
musuh-musuh Islam dari kalangan manusia dan jin. Oleh karena itu musuh-musuh
Islam itu bersungguh-sungguh untuk memecah belah barisan muslimin dengan
mencerai-beraikan kekuatan mereka dan menebarkan sebab-sebab permusuhan di
kalangan mereka. Kita memohon kepada Allah agar Ia mempersatukan kaum muslimin
di atas kebenaran dan menyingkirkan dari masyarakat mereka segala fitnah dan
kesesatan, sesungguhnya Dia Allah yang mengatur dan menguasainya. (Majmu’
Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, Al-Imaam Abdul Aziz bin Baz hal. 203-204)<br /><br />Wallahu a'lam Bisshowwab<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span>ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-24611063251276945012015-03-23T02:16:00.001-07:002015-03-23T02:16:30.765-07:00Tegaknya Kembali Khilafah 'Alaa Minhajin NubuwwahDitetapinya Kembali Jama'ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wujud Khilafah 'Alaa Minhajin Nubuwwah Dan Jama'ah Muslimin (Hizbullah) di Maklumkan/di Maklumatkan.<br />
<br />
<br />
اللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ ، لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ <br />
<br />
هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ<br />
<br />
<br />
<br />
Alhamdu lillaahi Robbil ‘alamiin, pada Hari Raya Iedul Adha, 10 Dzulhijjah 1372 H, dengan taqdir dan idzin ALLAH Subhanahu wa Ta’ala semata-mata, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wujud Khilafah ‘Alaa Min-haajin Nubuwwah dimaklumkan di Jakarta Raya, Indonesia, dan disiarkan ke Dunia Islam. Tujuh bulan sebelum pemakluman itu Jama’ah Muslimin ini telah diwujudkan kembali, ditandai dengan pembai’atan Imam dan makmum di Jakarta pada hari Jum’at pagi, 8 Rabiul Akhir 1372 H. (23 Januari 1953 M.) setelah dirintis pada masa akhir penjajahan Belanda di Indonesia dalam situasi Perang Dunia II.<br />
<br />
Ditetapi kembali Al Jama’ah ini adalah suatu karunia ALLAH, dalam memenuhi panggilan suci, panggilan ALLAH dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada orang-orang beriman untuk hidup ber-Jama’ah, antara lain difirman-kan ALLAH dan disabdakan Rasul-Nya seperti tersebut di atas, yang artinya:<br />
<br />
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada ALLAH sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan kamu sebagai Muslimin. Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada Tali ALLAH (Al-Qur’an: Islam) dengan ber-Jama’ah, dan janganlah kamu berpecah belah (berfirqah-firqah) ; dan ingatlah akan ni`mat ALLAH kepada kamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka ALLAH mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat ALLAH orang-orang yang bersaudara; dan kamu (sebelumnya) telah berada di tepi jurang Neraka, lalu ALLAH menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Al-Qur’an, surah Ali Imran, ayat 102-103).<br />
<br />
Dan bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:<br />
<br />
“Tetaplah kamu berada dalam Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka.” (Hadits Riwayat Al-Bukhori: juz 44 halaman 225; Muslim: juz 2 halaman 134-135; Ibnu Majah: juz 4 halaman 1317 no. 3972). <br />
<br />
“Wajib atas kamu sekalian ber-Jama’ah dan jauhilah perpecahan (menyendiri), karena sesungguhnya syaithon bersama orang yang menyendiri dan dia menjauhkan diri dari dua orang. Barangsiapa hendak bertempat tinggal di Jannah, maka hendaklah dia menetapi Al Jama’ah. (Hadits Riwayat Tirmidzi dari ‘Umar: Sunan At-Tirmidzi: Jamiush Shahih, Kitabul Fitan, Bab Ma Ja-a Luzumil Jama’ah, juz 4: 465-466, no.3091). <br />
<br />
“Aku perintahkan kepada kamu sekalian dengan lima perkara, sebagaimana ALLAH memerintahkan kepadaku dengan lima perkara itu, dengan ber-Jama’ah, Mendengar, Tho’at, Hijrah, dan Jihad fi-Sabilillah. Sesungguhnya barangsiapa keluar dari Jama’ah sekedar sejengkal, maka sebenarnya ia telah menarik ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali (taubat).” (Hadits Riwayat Ahmad: Juz 4 halaman 202).<br />
<br />
Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Al-Jama’ah itu rahmat dan firqah itu azab.”(Hadits Riwayat Ahmad: Juz 4 halaman 375). <br />
<br />
Adapun kalimat Hizbullah dalam tanda kurung itu adalah nama sifat, ciri dan sikap Jama’ah Muslimin tersebut, sebagaimana Firman ALLAH: <br />
<br />
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ. وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ .<br />
<br />
<br />
<br />
“Pimpinan kamu hanyalah ALLAH dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengerjakan Sholat dan mengeluarkan Zakat, dan mereka adalah orang-orang yang ruku’. Dan barang siapa yang mengambil ALLAH dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi pemimpin, maka sesungguhnya itulah Hizbullah, merekalah orang-orang yang menang.” (Al Qur’an, surah Al Maidah : 55, 56).<br />
<br />
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. <br />
<br />
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada ALLAH dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang ALLAH dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang ALLAH telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasuk-kan-Nya mereka ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. ALLAH ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada ALLAH. Mereka itulah Hizbullah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Hizbullah itulah yang menang”. (Al-Qur’an, Surah Al-Mujadalah, ayat 22).<br />
<br />
Jama’ah Muslimin adalah wadah yang disediakan oleh ALLAH bagi Muslimin untuk bermasyarakat Wahyu, bermasyarakat Islam dalam beribadah kepada ALLAH menurut contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Karenanya, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bukan suatu organisasi ciptaan atau karya akal pikiran manusia, bukan perserikatan, bukan sekte, bukan hizbiyah, bukan partai dan sebutan-sebutan lain yang dibuat oleh manusia. Tetapi Jama’ah Muslimin itu adalah ciptaan ALLAH, yang diwujudkan pelaksanaannya oleh Rasulullah Shallal-lahu ‘alaihi wa Sallam bersama para shahabat dan kaum Muslimin dahulu.<br />
<br />
Jama’ah Muslimin yang berpihak kepada ALLAH (Hizbullah) lahir dari kandungan Islam untuk segenap kaum Muslimin, berjuang karena ALLAH, dengan ALLAH, untuk ALLAH, bersama-sama kaum Muslimin menuju Mardlatillah, ridho ALLAH.<br />
<br />
Jama’ah Muslimin telah diwujudkan dan diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabat beliau, kemudian dilanjutkan oleh para khalifah Rasyidin Al-Mahdiyyin. Kemudian Jama’ah Muslimin tenggelam pada masa Mulkan ‘Adhon dan Mulkan Jabariyah. Selanjutnya Jama’ah Muslimin sebagai wujud Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah diwujudkan dan dimaklumkan pada Hari Nahar 10 Dzulhijjah 1372 H. (20 Agustus 1953 M) sekaligus mengisi kevakuman kepemimpinan Dunia Islam setelah berakhirnya kepemimpinan Muslimin di bawah Mulkan Utsmaniyah di Turki yang sering disebut Khilafah Utsmaniyah dalam bentuk Mulkan. (1922-1924 M). <br />
<br />
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) terus tegak di tengah-tengah antara lain-lain golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat ma’ruf dan menolak kemungkaran sejak 1372 H. hingga kini dan Insya ALLAH seterusnya sampai ALLAH menentukan keberadaannya. Tiada daya dan kekuatan apapun kecuali hanya dengan izin ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. ALLAHU AKBAR ! ***<br />
<br />
P E R I N T I S A N<br />
<br />
Ditetapinya kembali Jama’ah Muslimin yang berpihak kepada ALLAH (Hizbullah) yang menjadikan ALLAH dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai pimpinan, bukanlah dengan serta merta, tetapi melalui proses yang panjang, pen-dalaman dan penghayatan wajibnya Jama’ah/khilafah itu ditegakkan.<br />
<br />
Usaha merealisasikan firman ALLAH Ta’ala dan Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang antara lain tersebut di atas dalam bermasyarakat Islam sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits itu, mulai dirintis menjelang sakratal mautnya penjajahan kolonial Hindia Belanda di Indonesia (1940-1941) ketika terjadinya Perang Dunia II (1939-1945) antara Jerman, Italia dan Jepang versus Inggris, Perancis dan Amerika Serikat (Sekutu).<br />
<br />
Dalam Perang Dunia itu, pada bulan Mei 1940 M, Jerman menyerbu dan menduduki Nederland (Belanda) dan Belgia, setelah April sebelumnya menduduki Denmark dan Norwegia. Pada waktu itu, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di negeri jajahannya di Indonesia menciut hatinya, penuh ketakutan, setelah pemerintah pusatnya hidup di pengasingan di Inggris, menjadi pemerintah pelarian.<br />
<br />
Di Indonesia, Pemerintah Penjajah Hindia Belanda yang reaksioner itu melarang semua kegiatan berkumpul dan bersuara, karena dalam keadaan darurat perang menghadapi serbuan Dai Nippon (Jepang), apalagi Skwadron-skwadron tempur negara penyembah matahari itu menghancurkan pangkalan angkatan laut Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor (8 Desember 1941). <br />
<br />
Pemerintah Kolonial Belanda ber-wajah rahwana yang menghisab dan menjajah Indonesia selama 350 tahun tidak memiliki harapan lagi untuk dapat menangkis serangan dari luar. Sedang rakyat Indonesia, yang mayoritas Ummat Islam, 3-1/2 abad hidup di bawah kezaliman Penjajah Nasrani Belanda yang melakukan kristenisasi sebagai alat penunjang penjajahan, tidak sudi mem-bela Belanda, dan berharap kemerdekaan Indonesia melalui perjuangan. <br />
<br />
Dalam kancah Perang Dunia II, pada saat-saat akhir sejarah Kolonial Belanda di Indonesia itulah Wali Al-Fattaah, Hadimus-Sunnah (ahli hadits) Syaikh Mohammad Ma’sum, Ustadz Moham-mad Djauzi (penerjemah Al-Qur’anul Karim ke dalam bahasa Jawa), Ustadz Soebadi dan Mohammad Ma’sum, seorang awam biasa tetapi sangat gigih dalam perjuangan untuk Agama Islam dan Ustadz Abdul Djabar (Direktur Madrasah Muallimin wal Fajri di Karangkajen, Yogyakarta), mengadakan pertemuan silaturrahim di kediaman Ustadz Abdul Djabar di Karangkajen. <br />
<br />
Wali Al-Fattaah menginginkan suatu sistem penyatuan Muslimin menurut Islam. Menurutnya kalau hanya berdasarkan pendapat-pendapat saja, Muslimin tidak akan bersatu. Hal ini telah dialaminya (1930-1934) dalam pergerakan politik Islam dalam Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) sejak masa kepemimpinan Haji Umar Said Tjokroaminoto dan Partai Islam Indonesia (PARII/PII – 1935-1941).<br />
<br />
Syaikh Muhammad Ma’sum, seorang alim yang aktif dalam PSII, dan boleh dikata menjadi guru Wali Al Fattaah, menyampaikan kalimat HIZBULLAH yang termaktub di dalam Al-Qur’an, Surah Al-Maidah ayat 55-56 dan Al-Mujadalah ayat 22, yang menegaskan bahwa pimpinan bagi orang-orang beriman itu adalah ALLAH dan Rasul-Nya, dan mereka adalah Hizbullah. <br />
<br />
Dalam musyawarah itu mereka sepakat untuk mewujudkan Hizbullah yang maknanya terkandung dalam ayat<br />
<br />
tersebut, yaitu menjadikan ALLAH Rasul-Nya sebagai pimpinan yang wajib ditha’ati dengan segenap keikhlasan hati, dan berjuang di jalan ALLAH. Sejak saat itu mereka menyebut dirinya sebagai Hizbullah. <br />
<br />
Dalam pada itu, balatentara Dai Nippon (Jepang) dengan semboyan Perang Asia Timur Raya, melalui perang kilat, menguasai Filipina, Malaya (Malaysia termasuk Singapura di dalamnya sebelum berpisah), kepulauan<br />
<br />
Pasifik dan seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Inggris melarikan diri dari Malaya, dan Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang (Maret 1942). <br />
<br />
Bangsa Indonesia yang mayoritas Ummat Islam, bersyukur enyahnya penjajah Kolonial Belanda dan kemerdekaan pun sudah terbayang. Kekalahan Belanda itu disambut hangat di seluruh Indonesia.<br />
<br />
<br />
<br />
CATATAN SEJARAH <br />
<br />
Sebagai suatu catatan sejarah, perlu diungkap, bahwa bangsa Indonesia sangat menderita di bawah penjajahan Kristen Belanda selama 3-1/2 abad, dimulai zaman V.O.C. (De Generale Nederlandsche Geoctrooide Oost Indis-che Compagnie/1602-1799), gabungan perusahaan2 dagang Belanda, yang di-wajibkan Pemerintah Kerajaan Belanda (Nederland) di Den Haag menyebarkan agama Kristen (mulai 1602 M) di Hindia Belanda (Indonesia).<br />
<br />
Belanda mulai menguasai Indonesia setelah mengalahkan Pangeran Achmad Djakarta, wakil raja Banten yang memerintah Sunda kelapa (Jakarta) pada masa gubernur jenderal Belanda Pieter Both 1609-16140 dan Jan Pieterszoon Coen (1617-23 dan 1627-29) dan mengubah nama kota Jayakarta (Jakarta) menjadi Batavia (Bataaf atau Batavier), nama nenek moyang Belanda, menjadi pusat Pemerintahan Hindia Belanda (1619).<br />
<br />
Penduduk pribumi menyebut Batavia dengan Betawi, dan V.O.C. dengan sebutan “kumpeni”. Istilah kumpeni kemudian diartikan militer, ialah tentara kolonial Hindia Belanda; masuk kumpeni berarti masuk menjadi serdadu tentara kolonial.<br />
<br />
Dalam penyebaran agama Kristen, VOC di bawah pimpinan Gubernur Jenderal, yang menjalankan pemerintah-an umum atas nama Ratu Belanda, meniru Portugis dan Spanyol yang menyebarkan agama Kristen Katholik, yaitu secara paksa di Indonesia. Menjelang abad ke-16, orang-orang Spanyol sengaja datang ke berbagai pelosok dunia antara lain untuk memerangi Islam dan menggantikannya dengan agama Kristen. Ekspansi Portugis ini harus dilihat<br />
<br />
sebagai kelanjutan dari Perang Salib. Pada 1661, VOC melarang Ummat Islam melaksanakan ibadah haji. (Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda (PIHB). 16-17).<br />
<br />
Semasa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811) yang sangat kejam, banyak korban jiwa manusia dalam kerja paksa (rodi) tanam kopi dan kerja paksa membuat jalan dari Anyer (Banten) ke Panarukan (Jawa Timur) untuk keperluan militer penjajah Belanda. Selain itu, Belanda juga me-maksa penduduk bekerja di per-kebunan2 kopi, karet, kelapa sawit dll. baik di Indonesia maupun tanah jajahan Belanda lainnya di Guiana Belanda (Suri-name). (AK.Pringgodigdo, Enskilopedi Umum (EU). 1061).<br />
<br />
Belanda dapat menjajah Indonesia selama 350 tahun antara lain karena penduduk tidak bersatu menolak pen-jajahan.Kerajaan-kerajaan dan kesul-tanan-kesultanan yang ada masing-masing berdiri sendiri-sendiri, sehingga mudah bagi Belanda mengalahkannya.<br />
<br />
Dari sulthan-sulthan yang berhasil dibujuk atau dipaksa itulah Belanda mendapatkan hak pemakaian tanah atau merampas dan menguasainya. Sebagian ada yang mengadakan perlawanan, tetapi tidak cukup kuat menolak penjajahan. <br />
<br />
Seperti Portugis yang menerapkan politik divide et empera, memecah belah persatuan penduduk untuk me-nguasai mereka, Belanda juga menerap-kan politik pecah belah itu dengan cara mengadu domba bangsa Indonesia hingga lemah, dan menguasainya.<br />
<br />
Dengan tipu muslihat yang licik Belanda melumpuhkan kekuatan per-lawanan kaum Muslimin, seperti Taruno Joyo di Mataram, Imam Bonjol di Minangkabau, Teuku Umar, Panglima Polem, Tjik Ditiro, Tjut Nyak Din di Aceh, Pangeran Diponegoro dan Kyai Mojo di Jawa Tengah, dll. Belanda membuat perangkap perundingan damai, mengundang pemimpin-pemimpin Muslim itu dengan bermuka ramah, kemudian menangkap dan membuang mereka di pengasingan hingga menemui ajalnya. <br />
<br />
Untuk menunjang perluasan pen-jajahan, Belanda menyebarkan agama Kristen secara paksa terhadap pen-duduk dengan mendirikan Zending-zending Kristen yang dianggap sebagai faktor penting bagi proses penjajahan, bahkan “perluasan kolonial dan ekspansi agama Kristen merupakan gejala simbiose yang saling menunjang” (Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda (PIHB).18). Kristenisasi besar-besaran dilakukan terhadap pribumi antara lain seperti di Tapanuli Utara dan Tanah Karo (Nederlandsch Bijbel Cenootschap memasukkan Dr H.M. van der Tuuk (1853 M), Dr. Nommensen (7 Nopem-ber 1863). Demikian juga di Pulau Jawa dan Maluku Selatan. (Portugis lebih dulu menggarap Maluku dengan memaksa penduduk memeluk Kristen Katholik dan mendirikan benteng (1522). Tetapi Kesultanan Ternate (abad ke-15-17) berhasil mengenyahkan Portugis dari Maluku (1574) dan memusnahkan pusat-pusat Kristen (EU.1097) pada masa Sultan Hairun dan Babullah. Sisa-sisa pasukan Portugis lari ke Timor Timur, menjajah dan memaksa penduduk menganut Kristen Katholik. Dengan masuknya pribumi ke dalam agama Kristen, baik Katholik yang disiarkan Spanyol dan Portugis, maupun Protestan, para penjajah ini mendapat dukungan. Penduduk yang telah menganut Kristen, apakah itu Katholik atau Protestan, tidak melakukan perlawanan terhadap para penjajah di Indonesia, bahkan sebaliknya mendukung. <br />
<br />
Zending-zending yang sangat giat dalam mengkristenkan orang-orang di Indonesia pada waktu itu a.l. Zending van de Gereformeerde Kerken in Nederland onder Mohammadanen en Heldenen, giat di Jawa, Sumba dan Sulawesi Selatan terhadap orang-orang Islam dan orang-orang kufur. Zending van de Christelijke Gere-formeerde Kerk, giat di Mamasa dan Meulaboh. Nederlandsch Zendings Vereniging, penyebar Injil Belanda, giat di Jawa dan Sulawesi. (EU.737.1189). Selain Kristen Protestan, juga berkembang Katholik Roma di Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (Flores dan Timor), Sulawesi Utara, Sumatera Utara dan Irian Barat (Papua).(EU.369). Pimpinan tertingginya Paus di Vatikan, Roma, Italia.<br />
<br />
Belanda melahirkan orang-orang pilihan mempelajari Islam untuk me-merangi perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh para alim dan pemimpin Islam Indonesia. Di antaranya paling terkenal Prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje. Setelah sekolah Teologi dan fakultas bahasa Arab dengan gelar doktor, dengan nama samaran Abdul Gaffar, ia pergi ke Jeddah dan Mekkah memahirkan bahasa Arab, melakukan penelitian, mendiskusi-kan masalah hukum Islam dengan sarjana-sarjana Arab, mempelajari kehidupan sehari-hari orang Arab, dll. (1884-1885). Pengetahuan Snouck Hurgronje itu kemudian digunakan sebagai landasan politik pemerintah Hindia Belanda menindas pergerakan kemerdekaan Indonesa yang sebagian berdasarkan ajaran Islam, seperti Perang Aceh dan Sarekat Islam. (EU.1-2). Snouck Hurgronje sering pergi-pulang Batavia (Jakarta)-Kutaraja (Banda Aceh), terakhir 1898-1903 dan membantu Van Heutsz menaklukkan Aceh. Jabatannya: Peneliti masalah Islam di Aceh dan Jawa; Penasehat Bahasa-bahasa Timur dan Hukum Islam (diangkat 15 Maret 1891), Penasehat Urusan Pribumi dan Arab (mulai 11 Januari 1899), Guru besar Universitas Leiden (mulai 23 Januari 1907), merangkap Penasehat Menteri Jajahan. Ia wafat pada Juli 1936 dalam usia 79 tahun. (PIHB.115,116). <br />
<br />
Selain itu, Belanda mendapat dukungan dari para penghianat (yang ada dalam setiap zaman) dalam perjuangan para pemimpin Ummat Islam mengusir penjajah. Penghianat-penghianat ini memiliki watak yang sama dengan Munafiq. Dalam sejarah bangsa Indonesia, tidak sedikit orang menjadi penghianat bangsa dan agama, sebagai mata-mata dan menjadi tentara Belanda untuk memerangi bangsa Indonesia. ***<br />
<br />
<br />
<br />
Usaha Penyatuan Muslimin dan Pergerakan Kemerdekaan Indonesia<br />
<br />
<br />
<br />
Usaha Penyatuan Muslimin dan Pergerakan Kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh Ummat Islam melalui organisasi massa dimulai dengan berdirinya Central Sarekat Islam (C.S.I.) di Surabaya di bawah pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto (Cokro-aminoto). Tujuan perjuangannya adalah menegakkan Agama Islam dan memerdekakan Indonesia dari pen-jajahan Kolonial Hindia Belanda. Sebelumnya organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), pertama di Betawi (Jakarta sekarang/1909), kedua di Bogor (1911), keduanya didirikan atas kegiatan wartawan Tirtoadi Suryo, ketiga di Solo (akhir 1911) oleh Haji Samanhudi. Kemudian pada 10 September 1912 menjadi Sarekat Islam (S.I.), dan menjadi C.S.I. (1915). <br />
<br />
Sarekat Islam berubah menjadi satu-satunya partai politik dengan tujuan mempersatukan Ummat Islam pen-duduk asli Indonesia menjadi satu bangsa yang merdeka. Sarekat Islam ini memperhatikan dan memperjuangkan nasib orang-orang miskin yang menjadi bagian besar dari orang Indonesia, anti imprialisme, anti kolonialisme, anti feodalisme dan anti komunisme. <br />
<br />
Dalam perjuangan itu, Sarekat Islam pernah diselusupi oleh Komunis yang digerakkan oleh orang-orang asing, yakni orang-orang Belanda dipimpin oleh tokoh komunis internasional H.J.F.M. Sneevliet. Ia mendirikan dan memimpin Indische Sociaal Democratische Veree-niging (ISDV) di Surabaya (9 Mei 1914). Anggotanya kebanyakan orang-orang Belanda yang menganut Marxisme, ajaran komunis Karl Marx (seorang Yahudi). Sneevliet dengan ISDVnya mempelopori berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI). Sneevliet merebut hati sejumlah pemuda Indonesia dan mendidik mereka dalam ajaran Marx. Di antara pemuda-pemuda itu terdapat Semaun, Tan Malaka dan Darsono yang kemudian menjadi anggota (menyelusup ke) Sarekat Islam (Rosihan Anwar, Pergerakan Islam dan Kebangsaa Indonesia : 33). Kemudian Semaun menjadi ketua S.I. lokal dan ketua PKI Semarang. Tetapi Sarekat Islam melakukan pembersihan (Oktober 1921) dengan mengusir orang-orang komunis itu dari Sarekat Islam. Kongres yang berikutnya (Agustus 1924) di Surabaya memutuskan Sarekat Islam akan giat menentang Komunis (EU.977).<br />
<br />
Kongres Al Islam<br />
<br />
<br />
<br />
Di bawah pimpinan Tjokroaminoto,Sarekat Islam melakukan usaha-usaha penyatuan Muslimin ditandai oleh diadakannya Kongres Al-Islam (per-tama di Cirebon, November 1922) atas prakarsa Sarekat Islam bekerja sama dengan Muhammadiyah (didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta, November 1912) dengan maksud untuk menyatukan Ummat Islam dan kerjasama antara semua Muslimin. Kongres Al Islam ini adalah suatu gagasan Pan Islamisme hendak meluaskan hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri. <br />
<br />
Pengurus Besar Muhammadiyah membentuk sebuah badan tetap: Komite Kongres Al-Islam. Diambil keputusan untuk ikut serta dalam menyelesaikan soal Khilafah, yang menyangkut seluruh ummat Islam. Dan Sarekat Islam kemudian berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (P.S.I.) dalam Kongres Nasional S.I. di Madiun (Februari 1923). Kongres luar biasa di Surabaya (Desem-ber 1924) membicarakan pengiriman perutusan Indonesia ke Kongres Khilafah yang akan diadakan di Kairo pada bulan Maret 1925 (yang kemudian ternyata dibatalkan).<br />
<br />
Dalam bulan Agustus 1925 diadakan kongres bersama Sarekat Islam-Kongres Al Islam di Yogyakarta. Tjokroaminoto (Sarekat Islam) dan K.H.M. Mansur (Muhammadiyah) ditunjuk sebagai utusan Komite Kongres Al Islam untuk menghadiri Kongres Islam Sedunia yang akan diadakan pada 1 Juni 1926 di Makkah atas prakarsa Raja Ibnu Saud. Soal pemerintahan di Mekah dan Medinah akan menjadi acara. Sebutan Kongres Al Islam diganti dengan Kongres Islam Sedunia cabang Hindia Timur atau Muktamar Al Islam Al Islami Faral Hind Asyardaqiyah (MAIHS).<br />
<br />
Kemelut di Hejaz (Hijaz)<br />
<br />
<br />
<br />
Sementara itu di Jazirah Arabia, khususnya di Tanah Hijaz, dimana terletak Tanah Suci Makkah, telah ter-jadi perubahan. Ibnu Saud (Abdul Aziz ibn Saud/lk.1880-1953) merebut Hijaz, termasuk Jeddah dan Madinah dari tangan Raja Hijaz Syarif Husein dalam pertempuran berdarah tahun 1924-1925.<br />
<br />
Sebelumnya Raja Nejed Ibnu Saud dan Raja Hijaz Syarif Husein atas bujukan Inggris melalui Kolonel Thomas Edward (TE) Laurence, memberontak terhadap Khilafat Mulkan Utsmani Turki. Kerajaan Inggris Raya yang menganut Kristen Anglican waktu itu terlibat dalam Perang Dunia I (1914-1918) melawan Utsmaniyah (Turki), tetapi tidak mudah mengalahkannya. Untuk itu Inggris membujuk ke dua raja Arab itu. Ke dua raja yang Islam itu mau menerima bujukan Inggris yang Kristen. Inggris sangat gembira dapat menarik dua raja Arab yang Islam dan memberikan dukungan senjata. Dua raja yang Islam itu juga mau diperbudak Inggris yang Kristen yang memusuhi Islam dan memerangi Muslimin dalam Perang Salib (1096-1291). Inggris memberi tugas kepada Ibnu Saud memerangi Ibnu Rasyid di Arab Tengah, karena Ibnu Rasyid membantu Utsmaniyah. Syarif Husein diberi tugas memerangi Utsmaniyah di Hijaz. Sementara kaum Wahabi (pengikut Muhammad Abdul Wahab yang mendukung Ibnu Saud karena ingin menghancurkan hurafat dan bid’ah di Makkah) kurang suka di bawah kekuasaan Emir (Syarif) Husein yang ingin merajai seluruh Arab. Akibatnya kedua sekutu Inggris itu sering bentrok senjata pula. (MM.29). Kolonel Laurence (dan anak buahnya) bersama pasukan Arab (Syarif Husein) membongkar rel kereta api yang Istambul-Hijaz, dan menewaskan banyak tentara Utsmani. Inggris mengalahkan Utsmaniyah di Hijaz atas bantuan Raja Ibnu Saud dan Syarif Husein. <br />
<br />
Inggris bergerak cepat dengan dukungan batalyon Yahudi Amerika dipimpin David Ben Gurion dan Eropa serta dukungan Arab, mengalahkan Utsmaniyah dan menduduki Baghdad dan Yerusalem (1917) di bawah koman-do Jenderal Allenby (Soebagjo IN, K.H. Mas Mansur (MM), Pembaharu Islam di Indonesia: 29-30; Hamka, Ayahku (A): 151; EU.832; EP.62).<br />
<br />
Setelah pasukan Utsmani kalah di Hijaz, dan Syarif Husein berkuasa penuh menjadi raja Hijaz, maka Ibnu Saud dengan bantuan kaum Wahabi memerangi Syarif Husein dan merebut Hijaz (1925). Raja Nejed Ibnu Saud pun menobatkan diri menjadi Raja Hijaz. Ketika Hijaz jatuh ke tangannya, Ibnu Saud mengundang para pemuka Muslim untuk menghadiri Kongres Islam Sedunia itu. Undangan dikirim sebelum Ibnu Saud merebut Jeddah dari tangan Raja Ali, putra dan pengganti Syarif Husein. <br />
<br />
<br />
<br />
Kongres Dunia Islam di Makkah <br />
<br />
Tjokroaminoto dan KH Mas Mansur mengikuti Kongres Islam Sedunia di Hijaz itu dan memberikan laporannya kepada kongres bersama di Surabya (September 1926). <br />
<br />
Hamka dalam bukunya “Ayahku”, riwayat hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan kaum Agama di Sumatera, halaman 153, menjelaskan Kongres di Makkah itu, tulisnya:<br />
<br />
“Kongres di Mekkah itu tidak membicara-kan Khilafah. Semula Ibnu Saud hendak meminta keputusan dari Dunia Islam bagaimana hendak diperbuat dengan tanah Hejaz, tetapi setelah Jeddah jatuh ke tangannya dan ia menjadi Raja Hejaz, agendanya telah ditukar, yaitu bagaimana membereskan pemerintahan, memakmurkan Hejaz, mengembalikan keamanan, menolong<br />
<br />
Ibnu Saud membereskan tanah itu. <br />
<br />
Muhammad Ali dan Syaukat Ali dari India, bukan main mendongkolnya karena agendanya telah berubah. Kedua penganjur Islam India itu menyangka bahwa yang main di belakang layar Ibnu Saud ialah Inggris. Kalau bukan Inggris yang bermain, bagaimana akan semudah itu dia menjatuh-kan Syarif Husein. Ibnu Saud pun menuduh bahwa kedatangan kedua pemimpin itu adalah karena “jarum” Inggris. Bukankah kebesaran dan kenaikan Ibnu Saud di Jazirah yang penting itu membahayakan bagi kedudukan Inggris?” (Hamka, Ayahku: 154-155).<br />
<br />
Inggris yang menganggap Ibnu Saud telah berjasa turut mengambil bagian mendukungnya mengalahkan pasukan Utsmaniyah, merestui dan mengakui Pemerintahan Abdul Aziz ibnu Saud di Hijaz (1927) dan dia mengganti nama Hijaz dengan nama keluarganya “Saud” menjadi Mamlakah Arabiyah As Sa’udiyah atau “Saudi Arabia” (diterima 1932). Sejak saat itu berdirilah kerajaan Saudi Arabia dengan rajanya Abdul Aziz ibn Saud. Sedang penguasa Hijaz sebelumnya, Syarif Husein, hidup di pengasingan di Siprus, dan anaknya Raja Ali melindungkan diri<br />
<br />
ke Irak yang diperintah adiknya, Raja Faisal.(Ayahku: 153; EU.984; Kh.Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan dan Perkembangan di Indonesia, Al-Ma’arif, Bandung: 570 ).<br />
<br />
Kongres Khilafah di Mesir<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah runtuhnya Utsmaniyah Turki yang sering disebut Khilafat Utsmaniyah (dalam bentuk Mulkan/kerajaan) dan diusirnya Khalifah Wahiduddin bergelar Muhammad VI dari Istambul (1922) dan digantikan Khalifah Abdul Majid, tetapi kemudian diusir pula dari Turki oleh Mustafa Kemal Pasya (1924), para ulama Al-Azhar di Kairo, Mesir, berusaha menegakkan kembali Khilafah itu. Sementara itu Abdullah, putra Syarif Husein telah memproklamirkan ayahnya itu menjadi Khalifah ketika Husein berziarah ke Syarqil Ardan, tempat memerintahnya Abdullah. (A.151). Raja Nejed Abdul Aziz ibnu Saud memerangi Raja Hijaz Huesin karena menggunakan gelar Khalifah setelah Sultan Turki berhasil digulingkan, sedangkan per-soalan khilafat waktu itu sudah mulai ditolak oleh dunia Islam. (MM.30). <br />
<br />
Ketua kongres Ulama-ulama Al- Azhar di bawah pimpinan Syekh Husain Wali, mengundang Dunia Islam menghadapi kongres khalifah di Kairo itu yang dijadwalkan semula Maret 1924 atau akhir dari runtuhnya Khilafat Mulkan Utsmaniyah.<br />
<br />
Kongres khilafah itu berlangsung selama sepekan dari 1-7 Dzulqa’dah 1344 H (13-19 Mei 1926 M). Pemerintah Mesir tidak campur tangan dalam kongres ini. Utusan-utusan yang hadir antara lain utusan dari Ibnu Saud sebagai peninjau, utusan dari Transyal (Afrika Selatan), dari Polandia dan ketua-ketua Qadi di Quds dan Palestina Syekh Abdul Khalidi, Direktur Urusan Wakaf Irak dan bekas Muftinya Syekh Athailah Al Khathib, India juga mengirimkan utusan, Inayatullah Khan, seorang pegawai tinggi Inggris. Dari Indonesia, hadir dari Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI), yaitu Syekh Abdullah Ahmad (Padang) dn Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka) dari Padang Panjang.<br />
<br />
Seperti juga Kongres di Hijaz, hasil yang dapat dipegang dari Kongres khilafah di Mesir boleh dikatakan tidak ada. Setelah soal Khilafat diselidiki dengan seksama, rupanya belumlah masanya buat membangunnya kembali. Demikian tulis Hamka dalam bukunya “Ayahku”, riwayat hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan kaum Agama di Sumatera, halaman 156.<br />
<br />
The Shorter Encyclopaedia of Islam, halaman 239 menyebutkan: <br />
<br />
“The resolutions of this first Caliphate Congress were in the main negative. Although it was recogniezed that the Islamic Caliphate is capable of realization, nothing more was decided than an appeal to all the Muslims of the world <br />
<br />
<br />
<br />
to work together for the establishment of the Caliphate. As such a cooperation came never to be realized, the matter has remained unsolved since then, for which on the whole the nationalistic tendencies in the Islamic countries may be held responsible. Even such a powerful ruler as Ibn Sa’ud has never shown aspiration to assume the highest dignity in Islam and an occasional attempt to proclaim the King of Egypt as Caliph met with no response.” (H.A.R. Gibb and J.H. Kramers, The Shorter Encyclopaedia of Islam, E. J. Brill 1953: 239).<br />
<br />
Kongres Khilafah pertama ini tidak membuahkan hasil. Walaupun Ke-khilafahan Islam itu dapat diwujudkan, tidak ada keputusan yang diambil dalam kongres selain seruan kepada kaum Muslmin untuk bekerjasama menegak-kan Khilafah. Tetapi kerja sama seperti itu tidak pernah dilakukan. Semenjak itu masalah khilafah itu tidak terpecahkan (terbengkalai). Kecenderungan pada kenasionalan dalam negeri-negeri Islam itu mungkin menjadi penyebabnya. Bahkan Ibnu Saud yang memiliki pemerintahan yang kuat, tidak pernah memperlihatkan keinginan untuk menegakkan kekhilafahan yang sangat vital di dalam Islam, dan usaha untuk menjadikan raja Mesir sebagai khalifah pun tidak mendapat tanggapan.<br />
<br />
P.S.I.I.<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah beberapa tahun berdiam diri Komite Al Islam dihidupkan kembali oleh Sarekat Islam yang telah berganti nama dengan Partai Sarekat Islam Indonesia (P.S.I.I.) awal 1929 dalam kongres pada 1931. Di samping menyangkut Islam dan Ummat Islam, dibicarakan soal Palestina dan aksi Italia di Tripoli yang merugikan kepentingan-kepentingan Muslimin. Tahun-tahun berikutnya MAIHS tidak memperlihat-kan banyak kegiatan. Komite Al Islam seakan-akan mati dalam kesunyian. Kemudian atas anjuran pemimpin-pemimpin Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (didirikan oleh para kyai di Surabaya pada Desember 1926) didirikan Majelis Islam A’la Indonesia, lengkapnya Majelis Ul Islam il A’la Indonesia (MIAI) atau disebut Majelis Islam Luhur (September 1937). (EU.578-579).<br />
<br />
Adapun para pemuka dan pemimpin Muslim yang berjuang untuk Agama Islam dan kemerdekaan Indonesia dalam PSII selain Tokroaminoto dll., adalah Haji Agus Salim, Muhammad Rum, Sangaji, Sabirin, Syamsuddin, Notopuro-yo, Tjokroprawiro (pembangun kembali Sarekat Islam dan ketua komite pasukan Kanjeng Nabi Mumahammad untuk keresidenan Bayumas, dan Purbolinggo), Wali Al-Fattaah, K.H. Mas Mansur, Syaikh Muhammad Ma’sum, Sukiman Wiryosanjoyo, Wiwoho, Farid Ma’ruf, Ust. Gaffar Ismail, Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, Abikusno Tjokrosuyoso, Suryopranoto, dll. <br />
<br />
<br />
<br />
Perpecahan<br />
<br />
<br />
<br />
Keluar, nama Sarekat Islam mentereng dan dikhawatirkan oleh Belanda. Sarekat Islam memiliki lebih satu juta anggota di seluruh Indonesia. Belanda sendiri secara khusus sangat memperhatikan perkembangan ini dan menerapkan ajaran Prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje dengan politik Islam Hindia Belandanya menindas perjuang- an pergerakan Muslimin ke arah kemer- dekaan Indonesia.<br />
<br />
Tetapi di bagian dalam, terdapat keretakan. Pemimpin-pemimpin Sarekat Islam sering tidak sepaham dan sependapat, seperti tentang azas, non-kooperasi (tidak bekerja sama dengan pemerintah penjajah) dan kooperasi (bekerja sama dengan pemerintah penjajah) sehingga menimbulkan bentrok intern dan perpecahan.<br />
<br />
Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim lebih menekankan kepada azas agama, sedangkan golongan Sukiman-Suryo-pranoto lebih menitik-beratkan kepada azas kebangsaan. Golongan terakhir ini setelah dipecat (akhir 1932) mendirikan partai baru, Partai Islam Indonesia, disingkat PARII, di Yogyakarta (Mei1933). (EU.978).<br />
<br />
Setelah Tjokroaminoto wafat pada 10 Ramadhan 1335 H. bertepatan dengan17 Desember 1934 M., kongres kilat berlangsung di Malang (Agustus 1935) membicarakan soal non-kooperasi dan kooperasi. Pimpinan PSII cenderung pada non-koperasi, tidak bekerja sama dengan pemerintah penjajah Belanda. Golongan yang hendak menempuh jalan kooperasi membentuk panitia oposisi dengan nama Barisan Penyadar PSII (November 1936). Kedua pihak, PSII dan panitia Penyadar PSII mengadakan rapat penjelasan. Penyadar dipecat oleh pimpinan PSII. Sebanyak 29 tokoh terkemuka, di antaranya H. Agus Salim, Muh. Rum, Sangaji, Sabirin, Syamsudin dan Notopuroyo, keluar. Akibatnya Barisan Penyadar PSII berdiri sebagai partai baru di bawah pimpinan H. Agus<br />
<br />
Salim dan Sangaji. (EU.978). <br />
<br />
Pada 17 September 1937 PSII bersatu kembali dengan Dr. Sukiman, Wali Al Fatah, K.H. Mas Manshur, dan lain-lain. Tetapi perdamaian yang telah dibuat dengan golongan Yogya (Dr. Sukiman, Wali Al Fattaah, K.H. Mas Manshur, dll.) tidak lama umurnya. Masalahnya menyangkut ketidak- sepahaman tentang “Politik Hijrah” yang diketengahkan oleh Ketua Muda Dewan<br />
<br />
Partai PSII Sekarmaji Marijan Karto-suwiryo dalam kongres PSII ke-24 di Surabaya (Agustus 1938), dan disiplin partai yang dijatuhkan pada Muhammadiyah. <br />
<br />
Menurut Kartosuwiryo, hijrah dalam artian politik ialah memisahkan diri dari politik kolonialisme dalam bentuk dan sifat yang bagaimanapun juga. Hijrah terhadap penjajahan asing dan di samping itu membangun ummat hijrah, terpisah dari masyarakat yang kotor oleh kuman-kuman penjajahan. Ummat hijrah hendak membentuk kekuatan yang hebat menuju Darul Islam. Golongan hijrah ini tetap bergerak dalam tubuh P.S.I.I. hingga melemahkan persatuan. (EU:878). Golongan Yogya berpendapat bahwa hijrah tidak boleh dijadikan asas perjuangan, tetapi hanyalah taktik perjuangan (SPRI.131).<br />
<br />
Golongan Yogya (Sukiman, Wali Al-Fatah, K.H.M. Mansur dll.) menyampai-kan surat kepada pengurus besar PSII yang berisi pernyataan bahwa mereka akan tetap menyertai partai jika PSII: (a) melepas asas hijrah; (b) semata-mata hanya mengerjakan aksi politik (pekerjaan sosial dan ekonomi haruslah diserahkan kepada perkumpulan yang lain-lain); (c) mau selekas-lekasnya mencabut disiplin partai terhadap Muhammadiyah. PSII membalas surat itu dengan menolak permintaan itu; hanya disiplin partai terhadap Muhammadiyah itu, mungkin akan dapat dibicarakan lagi. (SPRI.131). Maka Sukiman, Wali Al-Fatah, K.H.M. Mansur keluar dari PSII dan mendirikan P.I.I. (Partai Islam Indonesia) di Solo pada awal Desember 1938. Penggeraknya terutama adalah Dr. Sukiman, Wali Al-Fattah ditambah tokoh-tokoh dari Muhammadiyah dan Jong Islamieten Bond. (K.H. Mas Manshur adalah tokoh Muhammadiyah dan pada Desember 1938 ketua Muhammadiyah).(EU.663; (AK.Pringgo-digdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (SPRI):131. MM.35). <br />
<br />
Ketua yang mula-mula dari pengurus besar P.I.I. ialah R.M. Wiwoho (anggota Dewan Rakyat, pemimpin Jong Islamieten Bond). P.I.I. melebarkan sayap di Jawa, Sumatera dan Borneo dan memiliki 115 cabang. Dalam kongres 11 April 1940, PII menetapkan program, (a) mengadakan sebuah negara kesatuan Indonesia diperintah oleh suatu pemerintah pusat, pembentukan Majelis Agama dll. Pengurus besarnya terdiri atas Dr. Sukiman, sebagai ketua, K.B. Hadikusumo, Wali Al-Fatah (Sekretaris Umum), Faried Ma’ruf, H.A. Hamid, Dr. Kartono, A. Kahar Muzakir, Mr. Kasmat, sedang K.H.M. Mansur jadi penasehat partai itu. (SPRI.133). <br />
<br />
Dalam pada itu P.S.I.I. dalam kongresnya di Palembang (Januari 1940) memutuskan memecat Kartosuwiryo yang terus melancarkan aksi hijrah dalam partai, hal yang tidak disetujui pimpinan partai. Delapan cabang partai pen-dukung Kartosuwiryo dikeluarkan. Pemecatan ini ditanggapi Kartosuwiryo dengan membentuk PSII (saingan) di dalam badan PSII yang dinamakan Komite Pembela Kebenaran PSII dengan Kartosuwiryo sebagai ketua lajnah tanfidhiyah (saingan). Waktu diadakan rapat umum di Malangbong, Garut (Maret 1940) partai saingan ini mempunyai 21 cabang. (EU.979).<br />
<br />
Dengan diumumkannya keadaan bahaya perang (Staat van Beleg) oleh pemerintah Belanda (10 Mei 1940) maka tidak ada kesempatan dan waktu lagi bagi kedua pihak untuk mengadu dan mengembangkan politik mereka secara terbuka. Waktu Jepang mendarat di Jawa (Maret 1942) PSII berpecah menjadi: PSII Abikusno, PSII Kartosuwiryo dan PII Sukiman-Wiwoho dll. (EU.978-979). <br />
<br />
H i z b u l l a h<br />
<br />
Setelah mengamati keadaan Ummat Islam dan para pemukanya yang sering berpecah belah karena perbedaan prinsip dan politik yang tajam, Wali Al-Fattaah, berusaha mencari jalan keluar bagi penyatuan Ummat Islam yang kokoh kuat dan tidak berpecah belah seperti yang dialaminya dan para pemuka serta tokoh-tokoh Muslim lainnya dalam PSII.<br />
<br />
Sebagai kaum pergerakan dan wartawan Muslim, yang memiliki intelegensia yang kuat dan pandangan jauh ke depan, ia menelaah pergerakan Islam di Indonesia dan cara bagaimana menyatukan ummat menurut Islam dalam beribadah kepada ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Karena apa yang dilihatnya dalam sistem kepartaian yang diikutinya secara aktif dan sebagai propogandisnya bersama Ustadz Gaffar Ismail, Syaikh Muhammad Ma’sum, K.H. Mas Mansur dll., organisasi massa politik sering berpecah belah, tidak satu. Sekarang bisa akur, besok berpecah belah, bersatu lagi, pecah belah lagi. Ia<br />
<br />
tidak menemukan jalannya meskipun sebagai intelektual dalam PSII. dan PII telah mengetahui perihal Khilafah itu. <br />
<br />
Dalam kancah Perang Dunia II (1939-1945 M), pada saat-saat akhir sejarah Kolonialisme Belanda di Indone-sia, Wali Al-Fattaah, Hadimus-Sunnah (ahli hadits) Syaikh Mohammad Ma’sum, Al-Ustad Abdul Djabar, Ustadz Mohd. Djauzi, Ustadz Soebadi dan Mohammad Ma’sum, mengadakan pertemuan silatur-rahim di kediaman Ustadz Abdul Djabar, Mudir Madrasah Mu’allimin wal Fajri, di Karangkajen, Yogyakarta. <br />
<br />
Sebagai kaum pergerakan Islam yang berjuang bagi kemerdekan Indonesia, perhatian mereka tidak lepas dari situasi dan kondisi Perang Dunia II dan kekhawatiran Belanda menghadapi serangan Jepang. Pergerakan kaum Muslimin harus terus bergerak bagi penyatuan Muslimin dalam perjuangan meskipun Belanda telah mengumumkan keadaan perang (10 Mei 1940) dan mengeluarkan perintah untuk membeku-kan segala kegiatan perjuangan rakyat terutama dalam bidang politik, termasuk juga larangan untuk mengadakan rapat-rapat ataupun pertemuan-pertemuan.<br />
<br />
“Dalam kancah Perang Dunia Kedua, pada saat-saat akir sejarah kolonialisme Belanda akantutup itulah kalimat “HIZBULLAH” untuk pertama kalinya kami dengar melewati lisan Syeikh MohammadMa’sum al-Yogyawi (Ahli Hadits) dalam suatu pertemuan Silaturrahmi di kediaman Ustadz Abdul Djabar yang waktu itu beliau menjabat sebagai Direktur Madrasah Muallimin wal Fajri di Karangkajen, Yogyakarta. Kami imani – firman ALLAH yang menyebutkan Hizbullah di <br />
<br />
dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 55-56 dan Al-Mujadah ayat 22 –, kemudian sekuasa kami maksud-maksudnya kami amalkan. Selain kami bertiga, ada pula ikhwan lain, di antaranya ialah: Utadz Mohammad Djauzi (penerjemah Al-Qur’anul Karim ke dalam bahasa Jawa), Ustadz Soebadi dan Mohammad Ma’sum, seorang awam biasa tetapi sangat gigih dalam perjuangan untuk Agama Islam. Selain kami berdua dengan Ustadz Soebadi itu, tidak ada lagi beliau-beliau itu berada di tengah-tengah kita. Beliau itu Insya ALLAH dalam Jihad fii Sabilillah telah lebih dahulu mendahului kita pulang ke hadirat ALLAH Subhanahu wa Ta’ala, semoga dengan ridho-Nya. Amin,” kata Wali Al-Fattaah (Risalah Al-Jama’ah, No.4 Th. Ke I, 30 Rajab 1394 H/18 Agustus 1974 M). <br />
<br />
Setelah menela’ah maknanya yang terkandung dalam firman ALLAH Ta’ala dalam surah tersebut, mereka sepakat untuk mewujud Hizbullah, yaitu kaum yang berpihak kepada ALLAH yang menjadikan ALLAH dan Rasul-Nya sebagai pimpinan tertinggi yang wajib ditha’ati dengan segenap keikhlasan hati, dan berjuang di jalan ALLAH. Maka sejak saat itu mereka menamakan dirinya sebagai Hizbullah.<br />
<br />
“Kalimat “HIZBULLAH” yang untuk pertma kalinya kami dengar di Karangkajen, Yogyakarta, itu, pada waktu itu baru diberikan maknanya saja secara ringkas, yaitu “Suatu golongan yang berpihak kepada ALLAH”. Yang dimaksud yalah kami kami itulah yang pada waktu itu sedang berkumpul membuat pertemuan Silaturrahmi di kediaman almarhum Ustadz Abdul Djabar.”<br />
<br />
Sekiranya pertemuan tersebut diketahui oleh pihak kepolisian Belanda kemudian digrebeg, karena disangka atau dianggap melanggar peraturan yang melarang orang membuat rapat atau pertemuan-pertemuan (vargader verbot) walaupun pertemuan pengajian yang termasuk tugas Agama, sudah pula disediakan akan jawabnya. <br />
<br />
“Alhamdulillah,selama itu, pada saat-saat kolonialisme Belanda mengakhiri sejarahnya di Indonesia, “HIZBULLAH” yang disepakati adanya di Karangkajen, Yogyakarta tersebut tidak mendapat kesulitan sesuatu apa, peraturan larangan mengadakan rapat atau pertemuan-pertemuan oleh pihak Belanda, tetap ada, akan tetapi “HIZBULLAH” pun secra routine karena ALLAH dan bagi-Nya pla terus mengadakan rapat dan pertemuan-pertemuan yang siat serta isinya adalah pengajian-pengajian.” (Wali Al Fattaah, Latar Belakang Sejarah “HIZBULLAH”, Al-Jama’ah, No.4 Th.ke I, 30 Rajab 1394H/18 Ag.1974:3-4).<br />
<br />
Demikian keterangan Wali Al Fattaah, yang pada tahun 1941 menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Persatuan Wartawan Muslim Indonesia (Warmusi) berpusat di Yogyakarta dibantu oleh para anggotanya seperti H. Abdulkahar Muzakir, Hadisiswoyo (Solo), A. Muchlis (M.Natsir-Bandung), Hamka, Zainal Abidin Ahmad dan M. Yunan Nasution (Medan). (Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, Pustaka Panjimas, 1985 Jakarta: 117), dan Sekretaris Umum Partai Islam Indonesia (P.I.I./1938-1941). Syeikh Mohammad Ma’sum pada waktu itu berada dalam P.S.I.I. Boleh dikata, Hadimus Sunnah atau ahli hadits itu guru Agama Islam Wali Al-Fattaah. Ke duanya sudah bersahabat sejak 1930 Wali Al Fattaah pindah ke Yogyakarta setelah keluar dari tahanan Belanda (4 bulan) di Semarang (1929) ketika ia menjadi wakil redaktur “Medan Doenia”.<br />
<br />
Binadjar, seorang guru di Tambak, Banyumas, Jawa Tengah, mengatakan, “Akibat tulisan beliau (Wali Al-Fattaah) dalam suratkabar yang dipandang oleh Belanda sangat tajam dan membahaya-kan, maka beliau akhirnya ditangkap dan dimasukkan dalam tahanan di Semarang lebih kurang empat (4) bulan” (Binadjar, Sekitar Riwayat Hidup R. Wali Al Fattah yang diceritakan kepada kami: Tbk/18/1-/Ny. Wali Al Fattaah tg 15 Mei 1981).<br />
<br />
Wali Al-Fattaah <br />
<br />
<br />
<br />
Wali Al-Fattah waktu itu berusia 32 tahun pada akhir penjajahan kolonial-isme Belanda. Ia lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 23 Oktober 1908. dari pasangan Raden Tjokroprawiro (ayah) bin Raden Arsoeatmojo (Asisten Wedana Ngrayun di Madiun), keturunan ke-17 Kanjeng Sultan Dhemak di Demak. Wali Al-Fattaah aktif dalam PSII pada tahun 1920 dalam usia 22 tahun. Waktu itu ia menjadi Redaktur Harian “Bintang Mataram” Bagian Luar Negeri di Yogyakarta. Sebelumnya (1929) ia redaktur “Medan Doenia” di Semarang. Ibunya bernama Aminah. Tjokroprawiro adalah Kepala B.N.I. (Bank Negara Indonesia) dan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia, teman seperjuangan Tjokroaminoto sejak 1915 M. Tjokroprawiro mem-bangkitkan Sarekat Islam di Banyumas, Sokaraja, Purbolingo dan Purworejo, dan pemimpin Comite Tentara Kanjeng Nabi Muhammad di wilayah Karesi-denan Banyumas. (Layang Kekantjingan Asal-Oesoel/ Oeroetan Asal-Asoel, Jogjakarta, 24 Maret 1938; Riwayat Hidup Raden Tjokroprawiro; Orang Indonesia Jang Terkemoeka di Djawa, Gunsei-kanbu: 470-471). <br />
<br />
<br />
<br />
Belanda menyerah <br />
<br />
<br />
<br />
Pada akhir tahun 1940 dan awal tahun 1941 situasi semakin gawat sesudah Jepang bersekutu dengan Adolf Hiltler, pemimpin Nazi Jerman. Belanda sudah gemetaran ketakutan setelah Jerman menduduki Nederland dan pemerintahannya lari ke Sekutu dekatnya, Inggris, sesama penjajah. Hubungan Pemerintah Belanda di Eropa dan di Hindia Belanda di Indonesia nyaris terputus. Belanda tinggal berharap pada Sekutu, terutama Inggris dan Amerika Serikat. Ini saat sakratal mautnya Belanda. <br />
<br />
Dengan semboyan Perang Asia Timur Raya, melalui perang kilat, balatentara Jepang menyerang dan menguasai Filipina, Malaya (Malaysia termasuk Singapura di dalamnya sebelum berpisah), kepulauan Pasifik dan seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Inggris melarikan diri dari Malaya (1941), dan Belanda menyerah tanpa syarat dan meninggalkan Indone-<br />
<br />
sia (9 Maret 1942) dan berkuasalah Jepang di Indonesia. Jepang banyak menawan serdadu Belanda. <br />
<br />
Bangsa Indonesia bersyukur ataskalahnya Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tanpa syarat dan enyah dari Indonesia setelah menjajah Nusantara selama 350 tahun membunuh jutaan rakyat Indonesia, termasuk para pahlawan Islam, seperti Teuku Umar, Teuku Tjik Ditiro, Teuku Panglima Polem, Tjut Nyak Din di Aceh, Sisingamangaraja di Tapanuli Utara, Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah serta para mujahid dan mujahidah Muslimin dan Muslimat lainya. ***<br />
<br />
<br />
<br />
Zaman Penjajahan Jepang<br />
<br />
Dai Nippon (Jepang) waktu itu dianggap sebagai penyelamat negeri-negeri terjajah, yang dijajah oleh bangsa Kristen Eropa, Portugis, Belanda, Inggris, Perancis, Spanyol. Malaya bebas dari penjajahan Inggris, Indonesia bebas dari penjajahan Belanda, Indochina bebas dari penjajahan Perancis. <br />
<br />
Tetapi semboyan Jepang, Asia untuk Asia dengan Perang Asia Timur Raya-nya, yang semula akan menolong bangsa Asia Tenggara yang terjajah, berbalik melakukan penjajahan, seperti di Indonesia, karena daya tarik minyak bumi yang banyak terdapat di Kalimantan Timur seperti Balikpapan dll. di Indonesia.<br />
<br />
Balatentara Jepang bahkan sangat kejam menjadikan banyak orang Indonesia sebagai Romusha (kuli kerja paksa). Puluhan ribu Romusha dikerah-kan secara paksa bekerja membuat lapangan-lapangan terbang, jalan-jalan kereta api dll. untuk keperluan perang. Mereka diangkut tidak hanya dalam wilayah Indonesia, tetapi juga seperti ke<br />
<br />
Birma dan Siam (Thailand). Tenaganya diperas, tetapi makanan, pakaian, kesehatan, perumahan diabaikan, hingga kematian tidak terhitung banyaknya.Hanya sebagian kecil dapat meloloskan diri atau melampaui masa perang. Sedangkan wanitanya, banyak yang diperkosa dan menjadi pemuas nafsu balatentara Jepang. Tentara-tentara Jepang juga memaksa penduduk untuk menunduk (menyembah) matahari, kepercayaan Agama Shinto Jepang. Banyak orang Indonesia berpakaian compang camping, memakai pakaian dari goni (karung dari tali rami yang dijadikan pembungkus beras). Mereka kelaparan, badan kurus kering. <br />
<br />
Dalam tahun-tahun pertama Perang Dunia II, Jerman di bawah komando Adolf Hitler, Italia dengan Musolininya, Jepang dengan kaisarnya, Henno Teika Hirohito, nyaris menguasai seluruh dunia hingga 1942. Tetapi tahun-tahun berikutnya terjadi kemunduran, Jerman dan Italia mulai surut dan kalah dalam berbagai pertempuran melawan Sekutu di Eropa. Italia kalah (1943).<br />
<br />
Di Pasifik, dalam pertempuran laut, armada kapal-kapal perang dan induk Jepang ditenggelamkan AS dan terkubur di lautan. Beberapa pulau di Pasifik yang dikuasai Jepang telah jatuh ke tangan AS. Guadalcanal, pulau gunung api (luas 2.500 mil2, penduduk lk.14.000) yang diduduki Jepang (1942) direbut pasukan marinir AS (1943) dalam pertempuran hebat di Tanjung Esperance dan Tanjung Lunga. Ini merupakan kemena-ngan yang penting bagi Amerika Serikat. (EU.384). Di Irian (Papua) tentara Jepang terdesak dan kelaparan. Mr. Aujong Peng Koen dibantu FJE Tan dalam bukunya Perang Pasifik halaman 86 menyebutkan serdadu Jepang yang kelaparan di Irian (Papua) kadang2 tidak segan makan daging manusia, yaitu daging serdadu Sekutu yang tertangkap. “…pada suatu hari kelihatan seorang serdadu Jepang membuang tulang kaki ke dalam laut.<br />
<br />
Tulang2 itu dikumpul oleh para tawanan dan ternyata tulang itu adalah tulang manusia” (The Sixth Column, The heroic personal story of Mahmood Khan Durrani, 1955:342).<br />
<br />
Tanda-tanda kekalahan Jepang sudah tampak. Jepang mulai melakukan perekrutan penduduk pribumi untuk dijadikan tentaranya, seperti Heiho, barisan pembantu prajurit Jepang ( yang akhirnya menjadi senjata makan tuan, merebut kekuasaan dan senjata Jepang dan menjadi kekuatan militer Indonesia bersama PETA/Pembela Tanah Air).<br />
<br />
Tetapi Jepang masih tampak tegar. Bagi mereka percaya penuh kepada Tenno Heika Hirohito, kaisar Jepang yang dianggap sebagai titisan dewa Matahari. Mereka sanggup melakukan hara kiri (bunuh diri) dengan pasukan “jibaku”nya dan serangan “banzai” dengan pedang samurai serta pilot Kamikaze yang menumburkan pesawat pemburunya ke sasaran-sasaran kapal-kapal penempur AS di Pasifik demi kaisar. <br />
<br />
Hizbullah mengamati semua perkembangan ini. Wali Al-Fattaah memajukan konsep pembentukan pasukan yang terdiri dari para pemuda Muslimin dengan nama “Hizbullah” kepada pemerintah pendudukan balatentara kerajaan Jepang yang berkedudukan di Jakarta. Delegasi yang dikirim oleh Hizbullah adalah Wali Al- Fattaah sendiri dan Ustadz Sulaiman Masulili (Penawi Tengah). Mereka berangkat dari Yogyakarta ke Jakarta yang transportasi waktu itu sangat sulit. Mereka tidak takut terhadap Jepang. Mati bagi mereka syahid.<br />
<br />
Wali Al-Fattaah sebagai konsep-tor usulan itu mengatakan, “Maksudnya, setelah runtuhnya kekuasaan Jepang dalam Perang Dunia II menghadapi pasukan Sekutu, khususnya menghadapi Amerika Serikat (AS), kaum Muslimin hendaknya jangan tertinggal, bahkan bilamana mungkin mempeloporinya sekalipun sesuai dengan suasana juang pada waktu itu, kita harus angkat senjata. Pada saat itu telah mulai terbayang usaha meneruskan perjuangan kemerdekaan Indonesia,” ungkap Wali Al-Fattaah. Maksud ini tidak diungkapkan oleh Wali Al-Fattaah kepada Jepang. Selama pendudukan Jepang, Hizbullah dalam keadaan aman, sedang usulan Wali Al-Fattaah disetujui, terbukti dengan adanya latihan-latihan kader inti di Cibarusa, Bogor, dan terbentuknya Lasykar Hizbullah (Salah seorang di antara pelatihnya adalah Mr. Kasman Singodimedjo dari PETA. <br />
<br />
“Semuanya itu melewati perjuangan, yang Insya ALLAH, sebagai hasil usaha kita”, kata Wali Al-Fattaah.<br />
<br />
<br />
<br />
Akhir Perang Dunia II<br />
<br />
Tahun 1945, Perang Dunia II tampak akan berakhir. Setelah Italia menyerah kepada Sekutu (1943), perlawanan Jerman telah runtuh pada April 1945 setelah 7 Maret menyerah tanpa syarat.<br />
<br />
Jepang masih terus berjibaku meng-hadapi AS sekalipun kapal-kapal induk dan pesawat-pesawat tempurnya banyak temggelam dan berjatuhan ditembak oleh pesawat-pesawat tempur AS dalam perang laut dan udara di Pasifik.<br />
<br />
Pasukan AS merebut Saipan di kepulauan Mariana, Pasifik. Harakiri besar-besaran tentara Jepang terjadi. Osami Nagano, penasehat Tenno Heika mengatakan: “Ketika kami kalah di Saipan, mulailah malapetaka, hell was open us.” (Perang Pasifik: 169,170). Kapal penempur Jepang, Yamato, paling besar yang pernah dibuat manusia, memiliki bobot mati 64.000 ton, dengan tiga meriam 18,3 inch, tiga mercu/meriam, dikubur pesawat-pesawat tempur AS di laut Pasifik (April 1945). <br />
<br />
Di Bom Atom, Jepang menyerah<br />
<br />
Kendati kalah dalam berbagai pertempuran darat, laut dan udara, Jepang tidak mau menyerah. Presiden Amerika Serikat (AS) Harry S. Truman memerintahkan agar kota-kota Jepang yang giat dalam usaha perang, diserang dengan Bom Atom, meskipun ribuan penduduk akan mati dan kota menjadi debu. AS waktu itu telah memiliki Bom Atom yang dibuat oleh sejumlah sarjana AS, Inggris dan Jerman pelarian dari Eropa dalam Manhattan-project di AS dengan biaya 2 miliar dollar. Bom Atom<br />
<br />
telah diuji-coba di daerah gurun New Mexico (16 Juli 1945). (EP75) <br />
<br />
Peristiwa mengerikan dan dahsyat terjadi ketika pesawat pembom B-25 AS menjatuhkan sebutir Bom Atom urani-um di Hiroshima, kota besar Jepang di Pulau Hondo, pada 6 Agustus 1945. Hiroshima lenyap dari permukaan bumi, 240.000 orang mati, 50.000 orang luka berat, 10.000 orang luka enteng dan 6.783 orang hilang (menurut laporan kotapraja Hiroshima sendiri) (Encyclo-paedia Politica (EP), 1960: 75). <br />
<br />
Tiga hari setelah itu, 9 Agustus 1945, kembali pesawat pembom B-29 men-jatuhkan Bom Atom, kali ini plutonium yang lebih hebat lagi di Nagasaki, di Kyusu Barat, Jepang. Nagasaki jadi debu. Jumlah korban lebih besar lagi. Ini peristiwa yang mengerikan. Untuk pertama kalinya Bom Atom itu digunakan membunuh manusia dalam Perang Dunia II yang menewaskan lebih kurang 40 juta manusia. Seluruh dunia memprotes penggunaan bom pemusnah massal itu.<br />
<br />
Ketika wartawan ANTARA Maulana Sitepu mengunjungi Hiroshima (1990-an) ia mengatakan kepada penulis, “Saya melihat bumi menganga dalam bekas ledakan Bom Atom itu dan tidak ada tanaman yang tumbuh. Radiasinya menjangkau puluhan kilometer, yang menyebabkan korban jiwa terus berjatuhan.” Sejak itu AS, Inggris, Uni Sovyet Rusia berlomba membuat Bom Iblis ini secara besar-besaran, kemudian Bom Nuklir, yang kekuatannya jauh lebih dahsyat lagi. Bagaimana jika Bom Nuklir digunakan dalam perang? Perang Dunia III? Tidak terbayangkan dahsyat dan akibat kerusakannya! <br />
<br />
Jepang akhirnya menyerah sekalipun angkatan perangnya menolak, asal Tenno Heika Hirohito, kaisar Jepang, tidak diturunkan dari tahtanya. Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu, sekalipun belum ada seorang pasukan Sekutu menginjak buminya. (EU:831; Perang Pasifik 1941-1945: 242-243).<br />
<br />
<br />
<br />
Indonesia merdeka<br />
<br />
Tiga hari setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Indonesia memprok-lamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Teks proklamasi itu dibacakan oleh Presiden Soekarno didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta di Tugu Proklamasi, Jakarta. Merdeka! Merdeka! Merdekaaa! Di mana-mana di seluruh Indonesia, terdengar pekik Merdeka! Kantor Berita ANTARA berpusat di Pasar Baru, Jakarta, menyiarkan hari kemerdekaan itu ke seluruh penjuru dunia. <br />
<br />
Indonesia merdeka setelah jutaan rakyat Indonesia, terutama para syuhada Muslimin berguguran selama 350 tahun penjajahan kolonialisme Nasrani Belanda di Indonesia dan 3-1/2 tahun penjajahan Fasisme Jepang.<br />
<br />
Jepang banyak meninggalkan gua-gua persembunyian tentaranya di Indonesia ketika perang melawan Sekutu. Tentara Sekutu menyemprotkan api ke gua-gua itu untuk memaksa tentara Jepang yang bersembunyi keluar. Sekutu menawan dan mengembalikan 283.000 tentara Jepang. Pemulangan ini dilakukan oleh pasukan Inggris. (DGE Hall, Sejarah Asia Tenggara (SAT): 797).<br />
<br />
Tentara rakyat Indonesia (TRI) dan pasukan-pasukan perlawanan terhadap penjajah, termasuk Hizbullah yang terdiri dari pada pemuda Muslimin dimana Wali Al-Fattaah menjadi konseptornya, kemudian dilebur dalam satu kesatuan, Tentara Nasional Indonesia (T.N.I.) oleh Panglima besar Jenderal Sudirman. ***<br />
<br />
<br />
<br />
Masa Kemerdekaan<br />
<br />
<br />
<br />
Hizbullah terus berjalan, dan memasuki awal kemerdekaan Indonesia, kalimat Hizbullah kemudian dipergunakan sebagai nama lasykar sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dengan adanya keputusan Muktamar Ummat Islam di Aula Muallimin Karangkajen Yogyakarta dimana ter- bentuknya Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), 7 November 1945 M. Susunan Pengurus Besar Masyumi waktu itu, Ketua Umum: Dr. Sukiman.Ketua Muda I: Abikusno Tjokrosujoso. Ketua Muda II: Wali Al Fattaah. Sekretaris I: Harsono Tjokroaminoto. Sekretaris II: Prawoto Mangkusasmito. Bendahara: Mr. R.A. Kasmat. Majelis Syuro: Ketua Umum: K.H. Hasjim Asj’ari. Ketua Muda I: Ki Bagus Hadikusumo; Ketua Muda II: K.H. A. Wahid Hasjim; Ketua Muda III: Kasman Singodimedjo. Anggota pengurus besar lainnya: Wondoamiseno, Mr. Moh. Roem, Muhammad Natsir, Dr. Abu Hanifah, dll. (Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, halaman 351; Au Hanifah: Ummat Islam dan Republik Indonesia Serikat (Hikmah, No. 18, Tahun 1368 H./1949 M.). AK Pringgodigdo dalam Ensiklopedi Umum (EU) 1977 halaman 534, menyebutkan Kartosuwiryo duduk sebagai anggota Pengurus Besar Masyumi dan juga anggota KNIP.<br />
<br />
Wali Al Fattah selain menjadi Ketua Muda II dalam PB Masyumi (1945-1946), juga menjabat sebagai Ketua Penerangan Masyumi, Kepala Bagian Penerangan Komite Nasional Indonesia (K.N.I.) daerah Yogyakarta (1945), anggota K.N.I.P. (pusat) dan Ketua Sekretariat Persatuan Perjuangan di Yogyakarta (1946). (Daftar Riwayat Hidup, Jogjakarta, 1949).<br />
<br />
“Kalimat Hizbullah pada waktu itu diperguanakan sebagai nama lasykar yang terdiri daripada pemuda-pemuda Muslimin yang berjuang secara ikhlas berniat mengusir fitnah penjajahan dengan mengangkat senjata (fisik), di samping adanya lasykar-lasykar lain <br />
<br />
yang berasal dari rupa-rupa golongan rakyat. Kalimat “Hizbullah” sebagai nama lasykar yang terdiri dari pemuda-pemuda Muslimin yang berjuang secara fisik terus berjalan sehingga terjadinya penyatuan di antara semua lasykar-lasykar yang ada dengan tentara resmi dari Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan adanya satu ketentaraan saja, yalah Tentara Nasional Indonesia (T.N.I.)”. Demikian keterangan Wali Al-Fattaah tentang “Hizbullah”. <br />
<br />
<br />
<br />
Belanda masuk kembali<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah Jepang menyerah, pasukan Sekutu (Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia) melakukan pembersihan di Indonesia. Belanda masuk mengikuti tentara Inggris ke Indonesia dengan maksud menjajah kembali. <br />
<br />
Pengaturan Sekutu yang asli adalah pasukan AS akan menduduki Indonesia. tetapi ditinggalkannya. Inggris meng-gantikan AS dengan tugas melucuti 283.000 tentara Jepang dan melindungi 200.000 tawanan perang Belanda (SAT. 796).<br />
<br />
Panglima Inggris Letnan Jenderal Sir Philip Christison mengumumkan pasukan Inggris hanya bertugas melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawa-nan-tawanan sipil dan militer; keamanan di daerah-daerah yang dikuasai Indo-nesia adalah tanggung jawab pembesar2 Indonesia. (EU.412).<br />
<br />
Belanda membentuk pemerintah bayangan berkedudukan di Brisbane, Australia, dengan nama NICA (Nether-lands Indies Civil Administration) dipimpin Menteri merangkap Letnan Gubernur Jenderal Dr. H.J.Van Mook untuk menjajah kembali Indonesia. <br />
<br />
Pasukan Inggris dan Belanda bergerak cepat menduduki pulau-pulau, sedang Pemerintah RI yang masih berusia seumur jagung menyebarkan pasukannya untuk menghadapi agresi asing itu. Surbaya diduduki dan Inggris mengambil alih komando, Jenderal Mallaby terbunuh.<br />
<br />
Meredam kekacauan<br />
<br />
RI tidak saja menghadapi pasukan Belanda, tetapi juga menghadapi kekacauan yang terjadi di pulau Jawa. Di Pekalongan terjadi kekacauan,seperti juga di Tegal, Brebes dan Pemalang diwarnai oleh pemberontakan.<br />
<br />
Binadjar, seorang guru di Tambak, Banyumas, mengatakan, Th.1945 akhir Pimpinan Pusat Masyumi mendapat surat dari Presiden Sukarno, yg isinya meminta salah-satu dari 2 orang (M. Natsir dan R. Wali Al Fattah) untuk menjadi Residen Pekalongan. Surat tsb. Sampai dua kali dan selanjutnya berdasarkan pemilihan wakil dari masyrakat Pekalongan, terpilihlah beliau (Wali Al-Fattaah/pen.) sebagai Residen Pekalongan. (Sekitar Riwayat Bapak R. Wali Al Fattah yang dieritakan kepada kami; Tambak, Banyumas, 18 Januari 1981). <br />
<br />
Presiden Soekarno meminta Wali Al Fattaah untuk ikut menenangkan situasi di Pekalongan, dengan surat keputusan: REPUBLIK INDONESIA Kami, Presiden Republik Indonesia, meng-angkat Wali Al Fatah mendjadi Residen Pekalongan, moelai tg. 1 April 1946, dalam Negara Republik Indonesia dengan kepertjajaan jang ia akan menoempahkan segala pikiran, tenaga, djiwa dan raga oentoek keselamatan Negara Republik Indonesia. Jogjkarta, 27 April 1946, Presiden Republik Indonesia stempel Negara dan tanda tangan, Soekarno.<br />
<br />
Atas pertimbangan “…Oentoek keselamatan Negara Republik Indonesia” (…Untuk keselamatan Negara Republik Indonesia), Wali Al Fattaah yang terus berjuang untuk Islam dan Muslimin, bersedia menerima jabatan tersebut untuk keselamatan Negara Republik Indonesia pada masa pergolakan di Tanah Air Nusantara menghadapi Belanda dan kekacauan. <br />
<br />
Dua tahun ia menjabat sebagai residen di Pekalongan (April 1946-Juli 1948). Setelah Pekalongan tenang, Wali Al Fattaah berhenti (25 Juni 1948) sebagai residen. Melalui SK (Surat Keputusan) Presiden ditanda-tangani Wakil Presiden Mohammad Hatta Pemerintah RI mengucapkan terima kasih atas djasa-djasanja terhadap Negara Selanjutnya ia diminta duduk di dalam Pemerintahan di Kementerian Dalam Negeri R.I. <br />
<br />
Agresi Belanda<br />
<br />
<br />
<br />
Belanda mulai memperlihatkan watak penjajahannya. Setelah tentara pendudukan Ingggris dan Australia menyelesaikan tugasnya melucuti tentara Jepang, dan menyerahkan kekuasaannya kepada Belanda (15 Juli 1946), Belanda mulai menekan. Tentara Indonesia pun bergerilya menghadapi tentara Belanda yang lengkap persenjataannya. Senjata-senjata tajam seperti parang, golok, tombak dan bambu runcing ikut berbicara.<br />
<br />
Kebuasan tentara Belanda tercatat dalam sejarah ketika Kapten tentara Belanda, Westerling dan pasukannya membantai penduduk secara besar- besaran di Sulawesi Selatan. Westerling dan pasukannya mendatangi berpuluh-puluh desa dan mengumpulkan penduduk, laki-laki, perempuan, anak-anak tidak terkecuali. Sebelumnya, mereka ditanyai dimana gerilyawan. Tetapi tidak ada yang menjawab. Westerling dan pasukannya menembaki penduduk. Pembunuhan besar-besaran itu dilakukan selama tiga bulan mulai 11 Desember 1946. Sekitar 40.000 orang, tua muda, besar kecil, tidak terkecuali anak-anak tewas. (EU.397). <br />
<br />
Perundingan2 dilakukan dengan Belanda, pertama di Linggarjati (25 Maret 1947), pihak Indonesia memper-tahankan kedaulatannya. Belanda meno-lak dan melakukan aksi polisionilnya (aksi militer) dan terjadi pertempuran antara Indonesia dan Belanda (Clash I). Syria memprotes Dewan Keamanan (DK) PBB. India, Pakistan dan Siam melarang pesawat2 Belanda melintasi wilayah udara mereka. DK PBB memerintahkan penghentian tembak menembak.<br />
<br />
Perundingan kembali dilakukan antara Indonesia dan Belanda di atas geladak kapal Amerika, Renville. Persetujuan dicapai (17 Januari 1948), antara lain pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dimana RI menjadi negara bagian, Belanda ber-daulat atas seluruh Indonesia. Tentara Indonesia harus mengosongkan “kan-tong-kantong” (wilayah2) yang merupakan basis-basis gerilya pertahanan Indonesia. Sebanyak 35.000 tentara Indonesia ditarik dari kantong-kantong itu (6-22 Februari 1948). Hijrah tentara ini (terutama Divisi Siliwangi) sangat merugikan. Masyumi dan partai-partai lainnya menentang Persetujuan Renville itu. Sementara Gubernur Jenderal van Mook giat meneruskan usaha mem-bentuk negara-negara boneka, seperti Negara Pasundan, Republik Maluku Selatan (RMS), Negara Indonesia Timur (NIT), yang disiapkan semula oleh ARC (Algemeen Regerings Commissariaat) untuk Kalimantan dan Indonesia Timur oleh Dr.W. hoven bersama stafnya. (EU.872, 873; EP.115,116). <br />
<br />
<br />
<br />
D.I.<br />
<br />
<br />
<br />
Pemimpin Darul Islam (D.I.) Karftosuwiryo yang pada waktu itu anggota pimpinan Masyumi menentang Perjanjian Renville. Tetapi setelah ternyata Kabinet-Hatta melanjutkan politik Renville, maka Kartosuwiryo naik gunung untuk menyusun perlawanan. Ia juga keluar dari Masyumi karena menuduhnya pula mendukung per-setujuan Renville itu. <br />
<br />
Pada awal Maret 1948 Kartosuwiryo dkk mengumumkan telah didirikan Darul Islam yang menentang Persetuju-an Renville dan menentang gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda. Selanjutnya diumumkan bahwa ummat Islam di Jawa Barat akan meneruskan perlawanan terhadap Belanda. D.I. didirikan di daerah Manonjaya antara Ciamis dan Tasikmalaya. Kartosuwiryo membentuk Tentara Islam Indonesia (T.I.I.), panglimanya diserahkan kepada Kamran. (EP. 110).<br />
<br />
Clash II<br />
<br />
Sementara itu, Belanda melakukan Aksi Polisionil ke-2, aksi militer, menyerbu daerah RI, 19 Desember 1948, setelah Wakil Tinggi Mahkota Belanda Dr. Beel menyatakan tidak terikat lagi pada Persetujuan Renville. Lapangan terbang Maguo, Yogyakarta diserang dan dibom dari udara; Maguwo diduduki pasukan para Belanda. Yogya diduduki. Tentara Belanda menawan Presiden, Wakil Presiden dan sejumlah anggota kabinet pemerintahan dan dibuang ke Bangka sebagai tawanan. Tentara dan pesawat tempur Belanda juga menyerang kota-kota lainnya.<br />
<br />
Pada 5 Mei 1949 dilakukan perundingan. Delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. van Royen, dubes di dan wakil Belanda dalam Dewan Keamanan. Delegasi RI diketuai oleh Mohammad Rum. Pada 7 Mei 1949 dicapai persetujuan yang terkenal sebagai Pernyataan Rum-Royen. Pihak Belanda menyatakan, menyetujui kembalinya pemerintah RI di Yogya yang bebas, menjamin penghentian gerakan militer, tidak akan mendirikan atau meluaskan negara-negara di dalam Indonesia, menyetujui RI sebagai negara dan peserta Republik Indonesia Serikat (RIS). (EU.227). Prediden, Wakil Presiden dan para pembesar RI dibebaskan dari tawanan Belanda (29 Juni 1949).<br />
<br />
<br />
<br />
N.I.I.<br />
<br />
Ketika perundingan-perundingan berlangsung antara Indonesia dan Belanda, dan pergolakan terus terjadidiberbagai daerah, Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo memproklamirkan Negara Islam Indonesia (N.I.I.) pada 7 Agustus 1949. Proklamir N.I.I. ini dilakukan di desa Tjisampah, kecamatan Tjilugalar, kewedaan Tjisayong. Tasikmalaya Selatan diakui oleh Kartosuwiryo sebagai daerah de facto “D.I.” Isi proklamasi: Pertama, D.I. menghendaki revolusi Islam atau perang; kedua, D.I. menghendaki kemerdekaan 100% untuk seluruh Indonesia baik de jure maupun de facto, dan ketiga Hukum Islam berlaku mutlak di seluruh Indonesia.<br />
<br />
D.I. mempunyai pengikut tidak hanya di Jawa Barat saja, tetapi juga di Jawa Tengah (kompleks Merbabu-Merapi) dan kesanalah bergabung batali-yon 426 dari T.N.I. <br />
<br />
Di Sulawesi Selatan, Kahar Muzakhar, yang dulu menjadi pemimpin pasukan gerilya melawan Belanda, menggabungkan diri dengan D.I. dan menjadi panglima pasukan di daerah itu.<br />
<br />
Di Aceh Gubernur Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya bergabung pula dengan D.I..<br />
<br />
Kolonel Zulkifli Lubis, mantan pejabat Kepala Staf Angkatan Darat (K.S.A.D) TNI menggabungkan diri dengan Darul Islam. (EP.I.111, 66; Darah tersimbah di Djawa Barat, Gerakan Operasi Militer V, Cetakan ke-2 1968: 7).<br />
<br />
Di Kalimantan Selatan. Ibnu Hajar bergabung dengan D.I. (VD.107). <br />
<br />
Penyerahan Kedaulatan<br />
<br />
Para pemimpin Indonesia terus melakukan langkah-langkah bagi dicapai-nya kedaulatan penuh atas Indonesia melalui perundingan-perundingan dengan Belanda.<br />
<br />
Pada 23 Agustus 1949 berlangsung Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (23 Agustus 1949), dibuka oleh Perdana Menteri Negeri Belanda Dr. W. Drees di ruangan Ridderzaal di Den Haag. Berpidato berturut-turut ketua-ketua delegari RI Moh. Hatta, Sultan Hamid II dari B.F.O. (Baijzonder Federaal Overleg: terdiri dari wali-wali Negara dan Perdana-perdana menteri) yang sebelumnya menemui Presiden, Wakil Presiden dan para menteri yang ditahan di Bangka. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen, dan Critchley, ketua UNCI (United Nations Commission for Indonesia), badan Komisi Jasa Baik yang dikirim oleh PBB untuk menolong menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda. Konperensi berlangsung dua bulan.<br />
<br />
Pada 2 November 1949 KMB berakhir dengan mencapai persetujuan-persetujuan yang disambut lega oleh dunia internasional. (EU.589,590). Hasilnya, Soekarno dipilih sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) (16 Desember 1949). Pelantikan berlangsung di Sitihinggil Yogyakarta pada 17 Desember 1949. Delegasi-delegasi timbang terima kedaulatan dibentuk; untuk di negeri Belanda diketuai wakil presiden RI Moh. Hatta, di Indonesia diketuai Sri Sultan Yogya. Disamping itu dibentuk delegasi penyerahanan kedaulatan Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat yang diketuai Arnold Mononutu.<br />
<br />
Pada 23 Desemer 1949 delegasi RIS Moh. Hatta berangkat ke negeri Belanda. Upacara penyerahan kedaulatan kerajaan Belanda atas Hindia Belanda (Indonesia sekarang) dari tangan Ratu Belanda Juliana yang didampingi Perdana Menteri Dr. W. Drees, kepada wakil RIS Mohammad Hatta berlangsung di Amsterdam (27 Desember 1949). Pada waktu yang bersamaan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda diwakili Wakil Tinggi Mahkota H.J. Lovink diserahkan kepada RIS yang diterima oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Upacara penyerahan berlangsung di Istana Gambir (Istana Merdeka sekarang) di Jakarta yang disaksikan oleh utusan-utusan asing yang datang ke Indonesia khusus untuk keperluan itu. Bendera Belanda Merah-Putih-Biru diturunkan, dan Bendera Merah-Putih Indonesia dikibarkan Selesai upacara Wakil Tinggi Mahkota Belanda H.J. Lovink dengan isterinya terbang pulang ke Nederland dan secara formil berakhirlah Zaman Penjajahan Belanda. ***<br />
<br />
<br />
<br />
Kongres Muslimin Indonesia<br />
<br />
Kendati Indonesia masih dalam pergolakan, para pemuka dan pemimpin Ummat Islam terus berusaha menyatu-kan ummat Islam, yang telah mem-pelopori perjuangan kemerdekaan Indonesia. <br />
<br />
Dalam usaha menyatukan langkah Ummat Islam ke tingkat yang lebih baik, Wali Al-Fattah memprakarsai Kongres Muslimin Indonesia (K.M.I.) di Yogyakarta, 1-5 Rabi’ul Awwal 1369 H. (20-25 Desember 1949 M.).<br />
<br />
Ia menjadi ketua umum Panitia Pusat Kongres Muslimin Indonesia (PPKMI). Penasehat Agama: Syeikh Muhammad Ma’sum. Sekjen: H.M. Saleh Suaedy (Sekretaris Umum Pelajar Islam Indonesia (P.I.I.). Penerangan Pemuda Islam: A. Halim M.A. Tausikal. Dewan Perancang: Kyai H.M. Sudja’. Ketua Bagian Keuangan: R. Mirza Sidharta. Sekretaris Keuangan: R. Muslimin. Sekretaris PPKMI: A. A. Ariansjah. Moh. Dahlan Lanisi anggota,dll.<br />
<br />
Belanda waktu itu menghalang-halangi penyelenggaraan kongres itu. Salah seorang pengurusnya, H.M. Kamar ditangkap dan ditahan Belanda. Kongres Muslimin Indonesia ini adalah usaha pemuka-pemuka Islam di Yogyakarta, yang menjadi ibukota Indonesia waktu itu.<br />
<br />
Dalam kongres yang berlangsung lima hari itu, diambil keputusan sbb.: menetapkan: I. Peraturan Badan K.M.I. II. Pembentukan Lembaga: 1. Kewanita-an, 2. Da’wah dan Panyiaran, 3. Sosial dan Eklonomi, 4. Pendidikan, Pengaja-ran dan Kebudayaan Islam, 5. Hukum Islam dan Filsafat, 6. Pengetahuan Politik, 7. Penyusunan Encyclopaedie Islam, 8. Perpustakaan. III. Susunan Sekretariat B.K.M.I.: 1. A. Gaffar Ismail, 2. A. Haryono, 3. Wali Al Fattach (Wali Al Fattaah). (Kongres Muslimin Indonesia, 1950: 11-23). <br />
<br />
Tindakan Pemerintah terhadap D.I.<br />
<br />
Setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia, Pemerintah melakukan langkah-langkah pengaman-an dengan mengambil tindakan-tindakan untuk mengatasi kekacauan di wilayah Republik Indonesia. <br />
<br />
Pemerintah RIS di bawah pimpinan Presiden Soekarno, menganggap berdiri-nya N.I.I., yang diproklamirkan oleh Kartosuwiryo, sebagai suatu pembe-rontakan setelah lahirnya Negara Republik Indonesia.<br />
<br />
(Soekarno dan Kartosuwiryo pernah mondok di rumah Tjokroaminoto dalam waktu yang berbeda. Soekarno lebih dahulu, tahun antara 1916 dan 1921 dalam usia 14 tahun, dan Kartosuwiryo pada tahun 1927-1929. Soekarno bahkan menjadi mantu pemimpin Sarekat Islam yang paling berpengaruh Tjokroaminoto setelah menikah dengan putrinya Siti Utari. Soekarno kemudian pindah ke Bandung setelah cerai dengan Utari, dan dan bersama Sartono dll. mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di Bandung (4-7-1927). Sedang Karto-suwiryo aktif dalam PSII. Soekarno dan Kartosuwiryo mendapat didikan ber-organisasi, berpolitik, di bawah didikan Tjokroaminoto. (CVD.14; Pusaka Indo-nesia, Orang2 Besar Tanah Air: 153).<br />
<br />
Pihak militer menghendaki tindakan militer diambil terhadap Darul Islam. Seruan untuk melakukan aksi militer tidak hanya ditimbulkan oleh pihak militer, tetapi juga oleh partai-partai sekuler seperti PNI nasionalis, PKI komunis dan Murba sosialis. Di samping itu, Soekarno mereka desak untuk mengeluarkan pernyataan resmi dan mencap pemberontak Darul Islam pengacau Negara. (CVD:DI.107). <br />
<br />
PKI (Partai Komunis Indonesia) ketika itu baru bangkit kembali setelah melakukan pemberontakan di Madiun (PKI-Muso: 18 September 1948) yang menelan banyak korban jiwa, baik di pihak TNI, PKI maupun penduduk. Tetapi Pemerintah RIS waktu itu tidak melarang golongan komunis Atheis (Anti Tuhan) itu. Setelah pemberonta-kan itu ditumpas TNI, terjadi peristiwa Clash II (19 Desember 1948), ibukota Yogya diserbu pasukan Belanda. <br />
<br />
Kartosuwiryo telah menganjurkan Pemerintah RIS melarang PKI di Indonesia, sebab menurutnya pada suatu saat PKI akan menyerang RIS.<br />
<br />
Penyelesaian Darul Islam<br />
<br />
Di bawah Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX, T.N.I. melaku-kan tindakan militer, memerangi D.I. Pertempuran terjadi antara TII dan TNI.<br />
<br />
Menghadapi Kartosuwiryo, Pemerin-tah selain melakukan tindakan militer, juga menempuh jalan lain untuk menyelesaikan masalah Darul Islam dengan N.I.I.nya. Dalam menyelesai-kan masalah Darul Islam dan N.I.I. ini, Pemerintah RIS membentuk sebuah panitia Interdepartemental Penyelesaian Darul Islam, “terdiri dari Zainul Arifin (Departemen Agama), Makmun Sumadi-pradja (Departemen Dalam Negeri) dan Kolonel Sadikin (Pertahanan). Di samping itu didirikan dua panitia lain, yang satu diketuai Wachid Hasyim, yang lain diketuai Raden Wali al-Fatah.” (C. Van Dijk (CVD), Darul Islam, 102, 103). <br />
<br />
Ke Cakrabuwana<br />
<br />
Dalam menyelesaikan masalah Darul Islam tersebut, para pemuka Muslimin menghendaki cara damai, seperti halnya Wali Al-Fattaah dan Mohammad Natsir serta pemimpin Islam lainnya. Dalam usaha damai itu, Wali Al- Fattaah naik gunung ke Cakrabuwana untuk menemui Kartosuwiryo yang dahulu pernah berada dalam PSII, kemudian berpisah karena politik hijrah Kartosuwiryo, dan kembali lagi bersama ketika Indonesia merdeka dan bersama lagi dalam Masyumi, tetapi berpisah lagi karena Kartosuwiryo naik gunung mendirikan Darul Islam dan N.I.I.<br />
<br />
Perbedaan pendapat dan keyakinan tentang “hijrah” inilah yang memisahkan mereka. Wali Al Fattaah, yang berjuang bagi kemerdekaan Indonesia bersama tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin Muslim lainnya, lebih menitikberatkan pada persatuan dan kesatuan Muslimin di bawah pimpinan ALLAH dan Rasulnya yang bersifat rahmatan lil ‘alamin dalam beribadah kepada ALLAH. Bukan Negara Islam. Tidak ada Negara di dalam Islam. Karena Islam itu bersifat universal, rahmatan lil ‘alamin, menyebarkan rahmat untuk seru sekalian alam, tidak terbatas pada territorial atau batas-batas wilayah. Sedangkan Negara adalah ciptaan karya pikir otak kuffar dan musyrik Barat, kapitalis maupun komunis yang memecah belah ummat Islam di negeri-negeri Muslim menjadi negara-negara kecil dengan kefanatikan nasionalisme- nya (ashobiyah) hingga mudah dikuasai dan diperbudak kuffar Salabis dan Komunis. <br />
<br />
“Salahlah pendapat yang mengatakan, bahwa Agama (Islam) itu mempunyai batas-batas negara,” kata Wali Al Fattaah menegaskan dalam suatu wawancara dengan wartawan. (APB,30-6-1958).<br />
<br />
Islam rahmatan lil ‘alamin, tidak bisa dipaksa menjadi suatu negara yang kerdil. Negara itu sendiri berasal dari ciptaan orang-orang musyrik, dimulai dari zaman Yunani Purba (Socrates, Plato, Aristoteles) 500-400 sM, diikuti oleh kuffar Barat (Eropa) berikut dengan perangkat kepartaian politik mulai dari Inggris (abad ke-17) dan seterusnya. <br />
<br />
ALLAH berfirman: “…dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik (yang mempersekutukan ALLAH), yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Al-Qur’an, surah Ar-Ruum, ayat 31-32). Ayat ini menunjukkan larangan berfirqah-firqah, sekaligus menunjukkan bahwa Muslimin itu harus bersatu dalam satu pimpinan, pimpinan ALLAH dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Surah Ali Imran, ayat 103.<br />
<br />
Inilah perbedaan yang pokok antara Wali Al-Fattah dan Kartosuwiryo.<br />
<br />
Meskipun demikian, Wali Al-Fattaah berusaha menemui Kartosuwiryo untuk memberikan nasehat kepadanya agar kembali. Tidak melakukan sesuatu yang menyebabkan ummat menjadi korban.<br />
<br />
Wali Al-Fattaaah tidak menginginkan adanya pertikaian dan permusuhan di kalangan para pemimpin Muslim dan ummat Islam. Ia ingin ummat Islam itu bersatu, bersaudara, saling kasih sayang sebagaimana diperintahkan ALLAH dan dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Wali Al Fattaah bersama Syaikh Muhammad Ma’sum, Ustadz Abdul Djabar, Ustadz Mohammad Djauzi (penerjemah Al-Qur’an ke bahasa Jawa), Ustadz Soebadi dll., telah mewujudkan kehidupan di bawah pimpinan ALLAH dan Rasul dengan sebutan mereka itu adalah Hizbullah, kaum yang berpihak kepada ALLAH sejak akhir dari zaman Belanda di Yogyakarta (1940-1941). <br />
<br />
C. Vand Dijk dalam Rebellion Under The Banner of Islam (terjemahan Grafiti Pers, Cetakan I, 1983: Darul Islam, sebuah pemberontakan, 103-104), mengungkapkan usaha Wali Al-Fattaah menemui Kartosuwiryo itu dalam suatu usaha damai tanpa melakukan kekerasan. <br />
<br />
“Wali al-Fatah … merasa lebih kerasan dalam kalangan Islam modernis, dan selama bertahun-tahun adalah tokoh penting Muhammadiyah. Dalam perjuangan-perjuang-an kekuasaan dalam PSII sebelum Perang, pendiriannya sangat berbeda dari pendirian Kartosuwirjo dan rekan-rekannya, walau-pun…keduanya telah meninggalkan PSII, Wali al-Fatah dua kali malahan, hal yang demikian mereka lakukan pada tahun yang berbeda-beda.”<br />
<br />
“Peristiwa kedua menyebabkan Wali al-Fatah meninggalkan PSII pada Desember 1938, dan menjadi salah seorang pendiri bersama partai Islam baru yang kecil, Partai Islam Indonesia atau PII, politik hijrah-lah yang memisahkan. Berbeda dengan Karto-suwirjo yang didepak dari PSII kira-kira setahun kemudian karena menolak mengubah sikapnya tentang hijrah, Wali al-Fatah dan kawan-kawannya (Dr. Sukiman, K.H.Mas Manshur dll.) meninggalkan PSII justru karena mereka merasa partai ini masih terlalu banyak menekankan pada prinsip hijrah pada waktu itu.” (Pluvier 1953:116-117). <br />
<br />
“Bagaimanapun, pada tahun 1950 Wali Al Fattaah yakin, ia dapat membujuk Kartosuwirjo, kata van Dijk. Usahanya menemui Kartosuwirjo barangkali adalah atas prakarsanya sendiri, tetapi dengan persetujuan diam-diam dari Pemerintah. Seperti juga kebanyakan anggota Masyumi, termasuk Perdana Menteri Natsir kemudian, dia yakin bahwa segala-galanya harus dilakukan untuk mengakhiri pemberontakan Darul Islam melalui perundingan.” (Van Dijk, D.I.:103)<br />
<br />
<br />
<br />
Di Cakrabuwana<br />
<br />
Dari Jakarta, Wali Al-Fattaah berangkat ditemani pembantu-pem-bantunya. Tujuan ke Cakrabuwana menemui Kartosuwiryo, agar ia turun gunung dan insaf. Bagi mereka yang menyerah dan insaf akan diberi pengampunan. Tetapi ketika tempat perundingan di setujui, komandan TII Oni Qital dan pasukannya membawa Wali Al-Fattaah dan pembantunya ke tempat lain. Di puncak Gunung Cakrabuwana itu Wali Al-Fattaah terserang sakit malaria. Ia ditandu turun dari gunung itu. Media-media pers menceritakan tentang peristiwa itu.<br />
<br />
Berbagai versi laporan mengekpose berita tentang misi Wali Al Fattah itu. Dalam Seri Batjaan Pradjurit 405-JA-7 berjudul Darah tersimbah di Djawa-Barat, Gerakan Operasi Militer V, cetakan ke-2, 1968, disusun oleh Anne Marie The, halaman 9-10, menyebutkan:<br />
<br />
“Sebuah missi Pemerintah (waktu kabinet Natsir) pimpinan Wali Alfattah dikirim untuk berunding dengan S.M. Kartosuwirjo. Dijelaskan oleh missi bahwa bagi mereka jang menjerah dan insaf akan panggilan Revolusi 1945 akan diberikan pengampunan. Tempat penampungan akan disediakan. Tetapi dengan sombong Kartosuwrjo menolak missi Pemerintah tersebut. Dikatakan olehnja bahwa: “ia hanja mau berunding dengan pedjabat Pemerintah jang tinggi, tidak dengan jang lain.” <br />
<br />
Van Dijk mengatakan: <br />
<br />
“Wali al-Fatah (setelah mengusahakan pertemuan dengan pemimpin2 utama Islam pada 14 Mei 1950) bersama dengan tiga orang pembantunya yang menyertainya — Tasik Wira, Muslich (Muslikh) dan Zainuddin – berhasil mengadakan hubungan <br />
<br />
dengan Darul Islam, ketika mereka diantar ke Cipamuruyan, di Gunung Cakrabuwana, sebelah utara Ciawi, salah sebuah benteng Darul Islam. Mereka disambut dengan segala kehormatan dan diperlakukan sebagai tamu penting. Para utusan dikawal pasukan TII, dengan pengertian bahwa keamanan mereka tidak dapat dijamin bila pasukan Pemerintah menyerang pangkalan itu. Berikutnya dilaporkan dari Cipamuruyan, dari sini rombongan itu akan menuju ke Selawi, dekat Amtralina, tempat yang disetujui Kartosuwrjo untuk menemui mereka.” <br />
<br />
“Sesudah itu tak ada suatu berita pun yang terdengar tentang Wali al-Fatah untuk sementara. Sebelumnya telah diatur bahwa apa pun yang terjadi, ia akan kembali 27 Mei (1950). Tetapi ketika tanggal itu tiba masih tidak ada juga berita tentang dia. Akhirnya ada berita dua minggu kemudian tentang dia, pada 14 Juli Palang Merah Darul Islam menyampaikan sepucuk surat dari Kartosuwirjo kepada para pejabat yang menyatakan Wali al-Fatah mendapat serangan malaria dan minta dijemput. Dia diselamatkan pasukan Pemerintah sesudah dilakukan serangan atas posisi-posisi Darul Islam pada 19 Juli (M 24-6-1958, 1-7-1950).<br />
<br />
“Pada akhir 1950 sebenarnya Karto-suwirjo memberitahukan kepada Wali al-Fatah bahwa ia bersedia berunding hanyalah berdasarkan pengakuan sebelumnya atas Negara Islam (N 13-12-1950).<br />
<br />
Gagal<br />
<br />
Selama 66 hari (14 Mei-19 Juli) Wali Al-Fattaah terkatung-katung berada di gunung Cakrabuwana tanpa hasil karena antara lain hal-hal sebagaimana tersebut di atas. Laporan-laporan menyebutkan ia menderita kekurangan makan, tubuh lemah dan terserang malaria. Ia menderita selama dua bulan dalam missi maksud baiknya itu. <br />
<br />
Van Dijk menyebutkan, “kegagalan misi Wali al-Fatah dan sikap keras Kartosuwirjo mungkin sebagian disebabkan tingkah Tentara Republik Indonesia Serikat. Pada saat Wali al-Fatah berusaha utama Islam pada 14 Mei 1950) bersama mengadakan hubungan dengan pemimpin-pemimin Darul Islam, Tentara ini melanjutkan serangan atas Kartosuwirjo, serta anak buahnya.” <br />
<br />
“Menurut seorang tokoh terkemuka Islam, Affandi Ridhwan, ketua GPII daerah Jawa Barat, bahkan Tentara menyerang pasukan-pasukan Darul Islam dua jam sebelum Kartosuwirjo dan penasehat utamanya ketika itu, Sanusi Partawidjaja, akan berangkat ke tempat pertemuan dengan Wali al-Fatah. <br />
<br />
“Dalam pertempuran berikutnya beberapa orang tewas, di antaranya Toha Arsjad, Menteri Penerangan Negara Islam Indonesia (PR 26-2-1953).<br />
<br />
Informasi yang bertalian diungkapkan Affandi Ridhwan selama persidangan perkaranya pada tahun 1953, sesudah dia ditangkap dengan tuduhan menyokong Darul Islam. Demikian Van Dijk (h.105). ”<br />
<br />
Kemudian ia (Wali Al Fattaah), kata Van Dijk, menduga bahwa Kartosuwiryo dulu bersedia berjumpa degan dia mengingat kekalahan yang diderita Darul Islam, tetapi Oni, panglima TII, telah mengacaukan rencana yang demikian (damai/pen.) dengan menyuruh pasukannya membawanya ke tempat lain dari semula, tempt dia diharapkan akan berjumpa dengan Kartosuwirjo. Dia (Wali Al-Fattaah/pen.) hilang selama beberapa waktu karena ini (M 24-6-1958, 1-7-1950/CVD.104).<br />
<br />
Setelah peristiwa itu, pada 24 Agustus 1950 Wali Al Fattaah ditunjuk sebagai Ketua Interdepartemental Penyelesaian Darul Islam. (SK Mendagri. No.585, 25-8-1950, Hr Kedaulatan Rakyat 24-8-1950; Nasional 25-8-1950).<br />
<br />
<br />
<br />
D.I. tandingan<br />
<br />
D.I. rupanya tidak sendirian. Ada D.I.-D.I. lainnya yang meruwetkan situasi. Orang tidak tahu mana yang asli dan mana yang gadungan. D.I.-D.I. gadungan inilah, menurut laporan, yang melakukan penggarongan dan terror terhadap penduduk hingga D.I. asli terkena getahnya sehingga berita-berita yang tersiar berat sebelah. <br />
<br />
“Tindakan militer terhadap Darul Islam dilakukan sesudah sultan Hamengkubuwono IX menjadi menteri pertahanan. Peristiwa itu menjadi ruwet, pertama, disamping D.I. yang sebenarnya, terdapat pula gerombolan-gerombolan yang sebagian terdiri dari kaum petualang dan penjahat-penjahat dan sebagian lagi terdiri dari orang-orang yang didorong oleh ideologi politik dan semuanya ini melakukan perbuatan-perbuatan terror dengan berkedok D.I. (PM. Pasaribu, Encyclopaedia Politica (EP) I (AG), Tintamas Djakarta, 1960: 111).<br />
<br />
Menurut P.M. Pasaribu, ada tiga (3) D.I. waktu itu. Pertama D.I. Karto-suwiryo (asli), kedua D.I. gerombolan petualang dan penjahat, ketiga D.I. Ideologi Politik. Dua yang terakhir ini yang membuat terror berkedok D.I. sebenarnya. Di samping itu menurut laporan lainnya, juga ada D.I. buatan Belanda. Mungkin juga PKI mengambil bagian dalam kekacau-balauan itu, karena PKI pernah menyelusup ke Sarekat Islam, kemudian diusir oleh Sarekat Islam yang berjuang menentang golongan Atheis itu. Setelah mem-berontak terhadap Pemerintah R.I. di Madiun (1948) dimana banyak kyai dan ulama serta Ummat Islam menurut laporan dibunuh oleh komunis pimpinan Muso itu, PKI bangkit lagi dan tidak dilarang oleh Pemerintah, malah menyeru Pemerintah untuk melakukan aksi militer terhadap D.I. Kartosuwiryo bersama PNI dan Murba mendesak Presiden Soekarno untuk mencap D.I. sebagai pengacau negara. <br />
<br />
Bagaimanapun Kartosuwiryo adalah seorang Muslim, ia sholat, puasa, sejak dididik oleh Haji Oemar Said Tjokro-aminoto di Surabaya seperti juga Soekarno.Keduanya mempunyai mentor politik yang sama, yang paling terkemu-ka pada masanya, pemimpin Sarekat Islam Haji Oemar Said Tjokroaminoto. (VD.DI.13). Kesalahan Kartosuwiryo dalam pandangan Pemerintah adalah dia membuat negara baru setelah berdirinya Negara Republik Indonesia. ***<br />
<br />
<br />
<br />
PERWUJUDAN<br />
<br />
Jama’ah Muslimin (Hizbullah)<br />
<br />
<br />
<br />
Penelitian kembali<br />
<br />
Sesudah Muktamar Masyumi IV di Yogyakarta, disusul dengan Kongres Muslimin Seluruh Indonesia (1369 H /1949 M), Wali Al Fattaah berkumpul bersama sejumlah Muslimin di ke-diamannya di Margo Kridonggo, No.16, Yogyakarta, membicarakan penyatuan Muslimin.<br />
<br />
“Kami berkumpul di Margo Kridonggo, No. 16, di kediaman kami di Yogyakarta waktu itu. Ikhwan-ikhwan kami datangkan untuk membicarakan penyatuan Muslimin secara apa yang kita lihat pada sistem kepartaian,” katanya. <br />
<br />
Kata-kata “Ikhwan,” dimaksudkan oleh Wali Al Fattaah adalah shahabat-shahabatnya dalam perjuangan Islam dan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ia biasa menyebut kata “ikhwan” itu terhadap sesama Muslim, terutama sahabat-sahabat seperjuangan. <br />
<br />
Dalam pertemuan itu hadir antara lain Wali Al Fattaah, Syeikh Muhammad Ma’sum, M. Saleh Suaedy, dan dari kalangan pemuda Mirza Sidharta.<br />
<br />
Wali Al Fattaah mengatakan, “Kami membicarakan masalah penyatuan Muslimin secara mendalam, akan tetapi belum menemukan bagaimana caranya menghimpun Ummat Islam menurut contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami sebelumnya mengatakan, bahwa partai-partai politik Islam, yang ada pada waktu itu, pengambilannya bukan dari Islam, tetapi dari Barat (Eropa).” <br />
<br />
“Sebagian dari mereka mengatakan, “Kita dirikan saja partai politik.” Kami jawab: “Kalau mendirikan partai politik buat apa? Ini namanya cuma mencari kedudukan saja melewati jalan lain. Tidak apa artinya itu dalam agama.” <br />
<br />
“Kalau mendirikan partai politik sesudah ada partai politik Islam waktu itu, kami anggap hanya soal kursi, bukan soal prinsip lagi. Maka kami tolak sama sekali usul tersebut.” <br />
<br />
“Kami terus mencari yang Haq, meneliti secara cermat dan mendalam bagaimana caranya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghimpun Muslimin dalam memperhambakan diri kepada ALLAH Subhanahu wa Ta’ala dengan ikhlas dan bersih dari dorongan-dorongan atau pengaruh-pengaruh politik.”<br />
<br />
“Ini untuk persaksian sejarah, lain tidak. ALLAH mengetahuinya dan para ikhwan (rekan-rekan seperjuangan Wali Al Fattaah dalam pergerakan Islam dan kemerdekaan R.I.) yang masih hidup juga bisa menyaksikan jalan sejarahnya,” kata Wali Al-Fattaah dalam ceramahnya pada Musyawarah Alim Ulama dan Zu’ama, Organisasi-Organisasi Islam Tingkat Puncak Seluruh Indonesia di Aula Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, 25-27 Jumadil Awwal 1394 H (15-17 Juni 1974 M).<br />
<br />
<br />
<br />
Al Jama’ah diwujudkan <br />
<br />
Wali Al-Fattaah bersama Syaikh Muhammad Ma’sum (ahli hadits), Kyai Sulaiman Masulili dan lain-lainnya memfokuskan diri menyimak dan mendalami dalil-dalil qath-iy dari Al- Qur’an dan Al-Hadits serta tarikh perihidup Rasulullah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Secara terus menerus beliau-beliau itu mengkaji, menela’ah dan mendalami dalil-dalil menyangkut Ijtimaiyah, kemasyarakatan Islam, masyarakat Wahyu, yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Ternyata banyak hadits-hadits yang menyebutkan wajibnya Muslimin hidup berjama’ah, berkhilafah dan bai’at untuk menegak-kan Syariat Islam itu<br />
<br />
“Alhamdulillah, dengan pertolongan ALLAH Subhanahu wa Ta’ala sampailah pada tahun 1372 H. (1953 M.), yang pada <br />
<br />
awal tahun itu sudah mulai nampak bintik-bintik terang dimana ALLAH mengurnia-kan pengertian bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama-sama ummat beliau berhimpun mengamalkan Wahyu-wahyu ALLAH, dan bagaimana bentuk kesatuan serta wujud kemasyarakatan Islam itu,” kata Wali Al-Fattaah dan menambahkan bahwa bentuk kemasya-rakatan Islam itu adalah AL-JAMA’AH, mereka itulah kaum yang berpihak kepada ALLAH atau HIZBULLAH.<br />
<br />
Akhirnya dengan taqdir serta idzin dan pertolongan ALLAH semata-mata, setelah berulangkali dimusyawarahkan, pada awal tahun 1372 H (1953 M) Wali Al-Fattaah bersama Hadimus Sunnnah Syaikh Muhammad Ma’sum dan sejumlah kaum Muslimin lainnya MENETAPI AL-JAMA’AH dengan sebutan pada waktu itu ialah HIZBULLAH berbentuk JAMA’AH, JAMA’AH MUSLIMIN.<br />
<br />
Adapun dalil mendasari ditetapi Al Jama’ah itu antara lain adalah (teks terjemah dikutip sesuai aslinya pada waktu itu, yang disiarkan suratkabar Abadi/pen.):<br />
<br />
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. (القران سورة ال عمران : 102 – 103 )<br />
<br />
“Hai orang2 jang beriman, takutlah<br />
<br />
kamu kepada Allah dengan sebenar2 nja. Kamu djangan mati hendaknya, melainkan di dalam Islam”.<br />
<br />
“Berpeganglah kamu sekalian kuat2 pada tali Allah, djanganlah bertjerai-berai; ingatlah kerunia Allah jang dilimpahkan atasmu ketika kamu ber-musuh2an dahulunja, maka dipersatu-kan-Nja hatimu memeluk agama Islam, dan djadi bersaudaralah kamu dengan ni’mat jang tersebut, ketika kamu sudah dekat ditepi lobang neraka, maka Allah melepaskan kamu dari padanja; demikianlah Allah menerang-kan ajat2Nja kepada kamu, mudah2an kamu mendapat petundjuk”. (Al-Qur’an, Surah Ali Imran: 102-103)<br />
<br />
(Abdullah bin Mas’ud rodliallahu ‘anhu, ia berkata: “Yang dimaksud dengan kalimat “jami’an” dalam firman ALLAH: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا adalah ا لجـما عـة “Jama’ah.” * “Sesungguhnya ALLAH memerintahkan menjalin kasih sayang dan melarang berfirqah-firqah, karena firqah itu menimbulkan kerusakan, sedang Jama’ah itu membawa keselamatan.”<br />
<br />
(Al-Jami’ li ahkamil Qur’an, Muhammad Ibnu Ahmad Al-Anshary Al-Qurtuby, Daru Ihya it-turatsi Al-Araby Beirut: Juz 4: 159. <br />
<br />
Telah menceritakan kepada kami Al-Mutsanna, ia berkata telah menceritakan kepada kami Amr bin ‘Am, ia berkata telah menceritakan kepada kami Hasyim dari ‘Awam dari Sya’bi dari Abdullah tentang Firman ALLAH Ta’ala: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا beliau berkata حَبْلِ اللهِ adalah اَلْجَمَاعَةُ . “JAMA’AH”. (Tafsir Jamiul Bayan, Ibnu Jarir At-Thobari, Juz 4 halaman 21).<br />
<br />
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الجَمَاعَةَ ثَمَّ مَاتَ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَةً.(رواه البخارى و ميلم). <br />
<br />
“Hadits dikeluarkan oleh Sjaichani dari Abi Hurairah r.a.: “Barang siapa keluar dari ketha’atan dan mentjeraikan Djama’ah Muslimin lalu ia mati, matinya itu mati djahilijah”.<br />
<br />
Adapun nama HIZBULLAH itu sendiri merupakan nama sifat dan sikap Mu’minin yang termaktub di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, Surah Al-Maidah ayat 55-56 dan Al-Mujadalah, ayat 22 sebagaimana tersebut di atas.<br />
<br />
Wali Al Fattaah dan Syaikh Muhammad Ma’sum menggunakan kalimat MENETAPI AL-JAMA’AH, karena JAMA’AH itu sudah ada sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dimana beliau dan kaum Muslimin dahulu hidup ber-Jama’ah. Jadi AL-JAMA’AH itu bukan suatu nama yang dikarang-karang, tetapi nama yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri melalui hadits-hadits beliau. Jadi JAMA’AH itu bukan didirikan, karena JAMA’AH itu bukan organisasi ciptaan manusia. <br />
<br />
Wali Al Fattaah pada waktu itu dibai’at oleh sejumlah kaum Muslimin sebagai Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah). Sebelumnya Wali Al Fattaah meminta Syaikh Mohammad Ma’sum menjadi Imaam. “Pak Wali ketika itu minta Syaikh Mohd. Ma’sum menjadi Imaam. Tetapi beliau menolak dan membai’at pak Wali menjadi Imaam. “Wali saja jadi Imaam, karena lebih banyak tahu (tentang medan). Saya mendukung,” kata Muhyiddin Hamidy kepada penulis. (Waktu itu bapak Muhyiddin Hamidy, yang belakangan menjadi Imaam, berusia 19 tahun. Beliau termasuk salah seorang Muslim yang awwal menetapi Al-Jama’ah). (Keterangan beliau ini dikonfirmasi kembali oleh penulis pada beliau di Masid At Taqwa, Shuffah, Awal Dzulhijjah 1430 H.). <br />
<br />
Pada hari Jum’at pagi 8 Rabiul Akhir 1372 H (23 Januari 1953 M), di kediaman Wali Al-Fattaah di Cideng Timur No.53, Jakarta, berlangsung mubayaah lima (5) Muslimin membai’at Wali Al-Fattaah sebagai Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah). Mereka adalah: Al-Ustadz Ilyas Datuk Madjoindo (Sumatera Barat), Kyai Sulaiman Masulili (Sulawesi Selatan), Ustadz S. Machmud (Jakarta), Hartono dan Wardiman (Jawa Tengah). (Wali Al-Fattaah, Catatan Harian, 1372 H/1953 M). <br />
<br />
Kongres Alim Ulama di Medan<br />
<br />
Kerinduan Wali Al-Fattaah bagi terwujudnya satu kesatuan Ummat Islam dengan satu pimpinan di bawah pimpinan ALLAH dan Rasul-Nya, disampaikannya dalam seruannya kepada para pemuka ummat dalam Kongres Alim Ulama dan Muballighin Seluruh Indonesia di Aula Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 27-28 Jumadil Akhir 1372 (14-21 Maret 1953 M). <br />
<br />
Dalam kongres tersebut, Wali Al-Fattaah menyerukan agar Ummat Islam kembali kepada pimpinan ALLAH dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.<br />
<br />
Majalah AL-ISLAM Medan,No. 16 Tahun ke-I, Djumadil Achir 1374/ Pebruari 1955, halaman 16-17 (bundle halaman 272-273) mengutip seruan Wali Al-Fattaah itu. Berikut kutipannya dalam ejaan lama bahasa Indonesia (j=y, j=dj, kh=ch, c=tj).<br />
<br />
Ia berkata: “…Kami tegaskan, apabila organisasi-organisasi Islam, baik jang berpolitik ataupun tidak, kembali kepada pimpinan ALLAH dan Sunnah Rasul, Insja ALLAH, mereka itu sendirinja akan bersatu. Akan tetapi kalau perdjuangan mereka itu hanya dengan mengutamakan pendapat daripada hukum Agama, sekalipun katanja ichlas, djuga tidak ichlas, sehingga gelap gulita di keliling ummat, menjebabkan mereka mentjari djalannja sendiri-sendiri, mentjoba mentjari pendapat-pendapat lain jang lebih baik. Oleh karenanja untuk dapat memperlengkap soal ini, saja harap marilah kita bersatu dengan berpegang pada Tali ALLAH dan Sunnah Rasul. Kalau hanja dengan pendapat sadja, kita tidak akan mentjapai persatuan itu.” <br />
<br />
Dalam kongres di Aula Universitas Islam Sumatera Utara, Medan itu, hadir para pemuka, ulama dan muballigh, antara lain: Menteri Agama R.I. K.H. Fakih Usman, Sjafi’i Tgk. Sutan, H. Mohd. Ali Nurdin (Sumatera Barat), H. Mohd. Abduh (Makassar), H. Darwis Djambek (Sumatera Tengah), H. Abd. Halim Hasan (Sumatera Timur), H. Abu Bakar Bestari (Palembang), Jahja Badin (Atjeh Utara), H. Zainuddin Hamidi (Pajakumbuh), Ahmad Jusuf (Kaliman-tan Timur), H.S. Muntu (Makassar), Abd. Manan Malik (Labuan Batu), A. Husin Al-Mudjahid (Atjeh), M. Arsjad Thalib Lubis (Medan), Rangkajo Rahmah el-Junusijah (Sumatera Tengah), H. Adnan Lubis, Kjai H. Imam Gazali (Solo), Syeikh Suleiman Arrasuli (Bukittinggi), Isa Anshary (Djawa Barat), Tgk. Abd. Wahab (Atjeh), Muhammad El Habsji (Sunda Kecil), Kjai H. Ramli (Sulawesi), M. Hanafi Goebed (Kalimantan), H.M. Saleh Suaedy dan Wali Al-Fattaah (Djakarta).<br />
<br />
Pembicara lainnya dalam kongres itu adalah Menteri Agama R.I. K.H. Fakih Usman, Sjafi’i Tgk. Sutan, H. Mohd. Ali Nurdin (Sumatera Barat), H. Mohd. Abduh(Makassar), Wali Alfatah (Wali Al Fattaah) (Jakarta), Hadji Darwis Djambak (Sumatera Tengah), H. Abd. Halim Hasan (Sumatera Timur), H. Abu Bakar Bestari (Palembang) dan Yahya Badin (Atjeh Utara). <br />
<br />
Perilah Khilafah, dalam kongres yang membahas tentang Pemilihan Umum (Pemilu) itu, disinggung dengan contoh memilih khalifah dalam konteks Pemilu 1955.<br />
<br />
Wali Al-Fattaah mengatakan, “Ini lain. Memilih chalifah ini di kalangan Muslimin sendiri. Dengan sekadar agama dapat ini diselesaikan. Djadi ini saja rasa bukan tempatnja contoh ini dikenakan kepada pemilihan umum”.<br />
<br />
“Djuga mengenai pimpinan jang satu… itu tidak mungkin selama mereka berpedoman kepada pendapat-pendapat sadja dan tidak dikembalikan kepada Qur’an dan Hadits.” (Al-Islam, No.6 Tahun ke-1, Jumadil Akhir 1374, Februari 1955 M, halaman 16-17, bundle halaman 272-273: Kongrees Alim Ulama/ Muballighin seluruh Indonesia di Medan (III).<br />
<br />
Sambutan Muslimin<br />
<br />
Wali Al-Fattaah dan sejumlah Muslimin yang telah menetapi Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pada 8 Rabiul Akhir 1372 H (23 Januari 1953 M) secara runtin mengadakan pengajian di Cideng Timur 53 Jakarta dan Tanah Abang, Jakarta. <br />
<br />
Jama’ah didakwahkan kepada kaum Muslimin. Ustadz Buchori, seorang pemuka dan Takmirul Masjid At-Taqwa di Petojo Sabangan, Jakarta, berbai’at menetapi Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di Cideng Timur. <br />
<br />
Kaum Muslimin lainnya yang telah menetapi Jama’ah adalah Ustadz Zainul Maliki, Ustadz Amin Basha, dan Ustadz M. Bakri Qomar (Jakarta), Ustadz Sa’daman (tokoh Persis Jakarta), Mirza Sidharta (Yogyakarta), Ustadz Dahlan Lanisi (Ternate, Maluku Utara), Ustadz Gaffar Ismail (Sumatera Barat), Abdullah bin Buchori, Abdurrahman bin Buchori, Muhyiddin Hamidy bin Abdul Hamid (Jakarta), Ustadz Muhammad Ali Muhammad (Banda Aceh/terakir rektor IAIN Banda Aceh), Darsono (Jakarta), Ustadz Sulaiman Mahmud (Aceh), Ustadz Mohammad Amin, Ustadz Amir Husin O.S. (Jakarta), Kyai Haji Mohammad Noor (Jakarta), Ustadz SS Jam’an (Senen, Jakarta), Ustadz Ahmad Makarusu (Makassar), K.H. Munawar Khalil (Jawa Tengah), Ustadz Musthafa Sasradasmita (Jakarta), Ustadz Zubeir Hadid (wartawan Pers Biro (PIA) Jakarta dan AFP (kantor berita Perancis di Jakarta). Ustadz Abdul Malik (Sumatera Barat/bai’at setelah dimaklumkan, September 1953). Demikian antara lain nama-nama yang telah menetapi Al-Jama’ah yang diperoleh penulis melalui bapak Muhyiddin Hamidy dan sejumlah ikhwan lainnya dari angkatan pertama (sabiquna awwalun) itu seperti Ustadz Buchori, Abdullah bin Buchori, Ustadz Sa’daman dan lain-lainnya. Selain bapak Muhyiddin Hamidy dan Darsono, semuanya beliau-beliau itu telah pulang ke rahmatullah. Semoga ALLAH Subhanahu wa Ta’ala menempatkan beliau-beliau itu di Jannah di Akhirat kelak. Allaahumma amiin.<br />
<br />
Menjelang akan dimaklumkannya Al-Jama’ah ini secara terbuka ke Dunia Islam secara luas, Ustadz Buchori mengirim surat kepada Wali Al-Fattaah daftar nama kaum Muslimin di Petojo Sabangan II dan III tertanggal 15 Agustus 1953 M (5 Dzulhijjah 1372 H.) sebanyak 19 orang Muslimin dari Petojo Sabangan, Jakarta, yang akan diundang dalam acara tersebut. Ustadz Buchori dan Abdullah bin Buchori mengatakan di kediamannya di Petojo Sabangan III/52 Jakarta (1977), dari jumlah tersebut, 11 orang telah berbai’at kepada Wali Al-Fattaah.<br />
<br />
Mereka adalah, Supardi, Said, Hashim Siregar, Dasimin, Moh. Isah, Taseri, Moh. Ali, Sahbudin (Saud), Sudjaei, Surija dan Awil.<br />
<br />
Demikian nama-nama kaum Muslimin yang telah berbai’at menetapi Al-Jama’ah, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dari 8 Rabiul Akhir 1372 H (23 Januari 1953 M) hingga menjelang dimaklumkan di Jakarta.<br />
<br />
<br />
<br />
Konperensi Pers <br />
<br />
Persiapan untuk memaklumkan Jama’ah Hizbullah ini ke Dunia Islam telah dilakukan oleh Imaam Wali Al-Fattaah dan seluruh makmumnya. Dalam musyawarah di Cideng Timur 53, Jakarta, Imaam Wali Al-Fattaah menentukan hari, tanggal dan bulan yang tepat, Insya ALLAH, pada Hari Raya Kurban atau Iedul Adha 10 Dzulhijjah 1372 H bertepatan dengan 20 Agustus 1953 M.<br />
<br />
Undangan-undangan telah disampai-kan kepada para ‘alim ‘ulama, zu’ama, pemuka-pemuka masyarakat, organisasi-organisasi maupun kepada para pejabat pemerintah serta pemimpin-pemimpin media massa (media-media pers). <br />
<br />
Delapan hari menjelang akan dimaklumkan, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mengadakan konperensi pers di Jakarta. Kepada Pers. Hadir wartawan-wartawan dari berbagai massmedia, antara lain dari Kantor Berita Nasional ANTARA dan kantor berita asing. <br />
<br />
Dalam konperensi pers itu Imaam Wali Al Fattaah menjelaskan tentang Al- Jama’ah sebagai bentuk kemasyarakatan Islam dan Hizbullah sebagai nama sifat dan sikap dari Jama’ah itu, yaitu Jama’ah Muslimin, dan tentang sejarah timbul tenggelamnya Jama’ah itu hingga ditetapi kembali pada awal tahun 1372 H/1953 M. dan pemaklumannya secara luas pada Hari Raya Iedul Adha 1372 H. <br />
<br />
Tanya jawab antara Wali Al Fattaah dan wartawan-wartawan berlangsung seputar bentuk kemasyarakatan Islam itu, dihadiri oleh amir-amir majelis Kutab (Kyai Sulaiman Masulili), majelis Ukhuwwah (Amin Basha), majelis Da’wah dan Tabligh (Zainul Maliki), majelis Maaliyah (M. Bakri Qamar), serta Dewan Imaamah dan ikhwan lainnya. <br />
<br />
<br />
<br />
Berikut berita yang disiarkan oleh ANTARA, Suara Merdeka Semarang, Kedaulatan Rakjat, Kengpo, dll.<br />
<br />
SUARA MERDEKA SMG., REBO 12 AGUST.1953. TAHUN KE VIII No. 148:<br />
<br />
Lain Dulu Lain Sekarang. “Hizbullah” Jg Didirikan Sekarang Berlainan Dgn Organisasi Bersendjata “Hizbullah” Dulu. Hizbullah Adalah Organisasi Islam Jang Lebih Prinsipieel: Keterangan Wali Al Fatah.<br />
<br />
SEBAGAI PENDJELASAN mengenai berita tentang akan didirikannja organisasi Islam “Hizbullah”, diterangkan oleh Wali Alfatah sebagai salah seorang pengambil inisiatif dari pembentukan organisasi tsb., bahwa organisasi “Hizbullah”jang akan didirikan itu adalah merupakan suatu organisasi agama Islam, dan berlainan dengan organisasi bersendjata diwaktu djaman Republik dulu. Organisasi tsb. tidak akan menjebut dirinja sebagai suatu partai politik. Menurut Wali Alfatah sebagai tudjuan usaha dari organisasi ini, ialah terutama untuk menindjau dan menjelesaikan segala sesuatu dari sudut agama Islam. <br />
<br />
Penindjauan dan penjelesaian masalah tadi akan bersifat lebih prinsipieel (dari sudut Islam) daripada apa jang sampai sekarang dilakukan oleh organisasi2 lainnja. Organisasi “Hizbullah” ini dalam usaha2-nja akan sangat mengutamakan soal2 ber- hubungan dengan tudjuan2 sutji, kata Wali Alfatah. Nama “Hizbullah” diambil karena maknanja jang baik ditindjau dari sudut Agama. <br />
<br />
“Hizbullah” berarti: golongan atau partai Allah. <br />
<br />
Selandjutnja diterangkannja, bahwa “Hizbullah” tak akan dapat menjetudjui adanja pertengkaran antara partai2 Islam. “Hizbullah” didalam lingkungan Muslimin akan berdiri ditengah2 antara lain2 golongan. Segala sesuatunja mengenai “Hizbullah” akan dijelaskan lebih mendalam dlm rapat pertemuan pembentukan organisasi ini dengan resmi, pada tg.19/20 Agustus nanti di Adhuc stad, Djakarta. Demikian Wali Alfatah. (Antara). <br />
<br />
Harian Umum KENGPO Djakarta, 12 Agustus 1953:<br />
<br />
Tudjuan Hizbullah<br />
<br />
WALI AL-FATTAH, Imam Gerakan Islam “HIZBULLAH”, organiasi jang berdirinja akan diresmikan pada hari Rebo malam Kamis tg. 19/20 bulan ini di Adhuc Stat Djakarta, mendjawab pertanjaan kita, menerangkan: bahwa “HIZBULLAH” bukanlah organisasi bersendjata jang dahulu pernah didirikan jang kemudian disatukan didalam TNI, bukan pula sebuah Partai Politik, melainkan sebuah Gerakan Islam jang bermaksud mengamalkan adjaran2 Islam itu di dalam peri kehidupan, sebagaimana pedomannja telah djelas termaktub didalam Al-Qur’an dan ditjontohkan oleh Muhammad Rasulullah s.a.w. Mengingat arti “HIZBULLAH”, jalah golongan atau partai ALLAH, jang djuga nama itu termaktub didalam Al-Quraan, maka sendirinja didalam menghadapi pelbagai kehidupan dan persoalan wadjiblah setjara principieel.<br />
<br />
Dalam menghadapi masjarakat Islam misalnja, “HIZBULLAH” dengan pedoman Agamanja tidak nanti dapat menjetudjui pertengkaran-pertengkaran diantara mereka sendiri, demikian rupa hingga kesatuan Ummat menjadi retak,berpetjah-belah, hingga dengan mudahnja mereka dapat di-adu-dombakan oleh lain2 pihak. <br />
<br />
Demikianlah keterangan Wali Al-Fattah didalam kata penutupnja, dan pendjelasan2 jang lebih mendalam dan luas akan diuraikan pada pertemuan peresmian berdirinja Gerakan tsb. Sebagaimana waktu dan tempatnja telah diterangkan diatas. (Kengpo) <br />
<br />
Demikian antara lain berita yang disuarakan oleh media pers tentang akan dimaklumkannya Jama’ah Muslimin (Hizbullah). Kalimat didirikannja organisasi Islam “Hizbullah”, berdirinja, adalah dari pihak media-media pers tersebut. <br />
<br />
Dalam pada itu, kaum Muslimin yang telah menetapi Al-jama’ah tersebut mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara pemakluman di Adhuc Stat, Jalan Taman Suropati, Jakarta, yang belakangan menjadi gedung Bapenas.<br />
<br />
Persiapan-persiapan dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan undangan-undangan dikirimkan kepada para pemuka dan ulama serta para pejabat Pemerintah di Jakarta khususnya dan mereka yang berada di daerah-daerah lainnya. Undangan-undangan itu telah dikirimkan sebelum konperensi pers itu berlangsung dan setelahnya. <br />
<br />
“Kita mempersiapkan acara itu dengan sebaik-baiknya,” kata Muhyiddin Hamidy yang pada tahun itu 1372 H (1953 M) berusia 19 tahun. <br />
<br />
Sebagian besar kaum Muslimin yang berbai’at menetapi Al-Jama’ah itu terdiri atas pemuda-pemuda Muslimin antara 13-19 tahun. Sedang Imaam Wali Al-Fattaah berusia 45 tahun, lebih muda beberapa tahun daripada Syaikh Muhammad Ma’sum.<br />
<br />
Dimaklumkan ke Dunia Islam<br />
<br />
Dalam gema Takbir <br />
<br />
اللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ <br />
<br />
<br />
<br />
Pada Hari Raya Iedul Adha, Hari Nahar, Rabu, 10 Dzulhijjah 1372 H. (20-08-1953 M.), Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dimaklumkan di Jakarta dan disiarkan ke Dunia Islam; kemudian diumumkan dalam suatu acara besar yang diselenggarakan di Adhuc Stat (sekarang Bappenas), Jalan Taman Suropati, No.1, Jakarta, Rabu malam, di hadapan para undangan yang terdiri dari wakil-wakil organisasi-organisasi dan orang-orang terkemuka di kalangan Ummat Islam, serta para wartawan dari berbagai massmedia, cetak maupun elektronik (RRI). <br />
<br />
Ditetapinya Jama’ah Muslimin (Hizbullah) diberitakan oleh media-media Pers di Indonesia, antara lain RRI, Suara Medeka Semarang, Harian Umum Daulat Rakjat Yogyakarta, Kengpo Jakarta, Harian Umum Pedoman Jakarta, Mimbar Indonesia Jakarta, dan lain-lain. Berikut pemberitaan dari Mimbar Indonesia, Jum’at, 21 Agustus 1953 M. (dikutip sesuai ejaan lama yang dipakaipada waktu itu. Kalimat “berdirinya Hizbullah” dalam pemberitaan pers itu adalah dari media-media pers):<br />
<br />
Mimbar Indonesia, Djum’at 21 AGUSTUS 1953. Hizbullah berpihak pada kaum jangdla’if : <br />
<br />
Rabu malam bertempat digedung Adhuc Stat, Djakarta, Wali al Fattah selaku Imam telah mengumumkan berdirinja “Hizbullah” (Jama’ah Muslimin (Hizbullah)-pen-di Djakarta, dihadapan para undangan jang terdiri dari wakil2 oranisasi2 dan orang2 terkemuka dikalangan Islam. Diantara hadirin kelihatan anggota2 parlemen, Isa Anshary dan Nur Ibrahim. Sebelum pengumuman tersebut Wali al Fattah membentangkan dengan pandjang lebar kedudukan Islam dalam masjarakat semendjak Nabi Muhammad serta sifat2 dan keteguhan penganutnya. <br />
<br />
Al Fattah menerangkan, bahwa kedjatuhan orang2 Islam jang tiada mendjalankan aturan2 agama Islam dengan sesungguhnja, bukanlah dapat dinamakan, bahwa golongan2 jang lain jang bukan Islam lebih berdjaja dari umat Islam jang besar takwanja. Pembitjara mengatakan selandjutnja, bahwa pahlawan2 Indonesia seperti Imam Bondjol, Diponegoro, Teuku Umar dll.,adalah penganut2 Islam jang sungguh2. Tauchidnja lebih tinggi dari kebanjakan orang dan beliau2 itu mengabdikan diri kepada Allah, segala tudjuan perdjoangannja diarahkan kepada Tuhan jang Satu.<br />
<br />
Dengan demikian bangsanja, tanah airnja, malah dirinja sendiri terbawa ketingkat jang lebih tinggi, demikian Imam Hizbullah tersebut. <br />
<br />
<br />
<br />
Pedoman dan pengurusnja. <br />
<br />
Dalam pengumuman diterangkan, bahwa perkumpulan tersebut berpedoman pada Al Qur’an dan Sunnatu-rasulillah dan berdjoang karena Allah, dengan Allah, untuk Allah ber-sama2 segenap kaum Muslimin menudju kedjajaan dan kebahagiaan dunia dan achirat. <br />
<br />
Lain dari pada itu diumumkan pula, bahwa Hizbullah berpihak pada kaum jg dla’if (yakni orang2 jang lapar, lemah, tertindas, teraniaja) guna menegakkan keadilan. Sikapnja terhadap golongan2 lain adalah tegak berdiri didalam lingkungan kaum Muslimin,di-tengah2 antara lain2 golongan.<br />
<br />
Selandjutnja terhadap bangsa2 lain menolak tiap2 fitnah pendjadjahan dan kezaliman sesuatu bangsa atas bangsa jang lain dan mengusahakan ta’aruf (kedamaian) antara bangsa2.<br />
<br />
Susunan pengurus pusat jang berkedudukan di Djakarta adalah: <br />
<br />
Wali al Fattaah – Imam, S. Masulili – Madjelis Kuttaab, M. Bakri Qamar – Majelis Malijah, Amin Basha – Madjelis Uchuwwah dan Zainul Maliki – Madjelis Da’wah dan Tabligh.<br />
<br />
Selandjutnja dapat diterangkan bahwa menurut keterangan jang didapat oleh PIA Wali al Fattah adalah residen jg. diperbantukan pada kementerian dalam negeri mengepalai bagian politik. ***<br />
<br />
Harian Umum PEDOMAN, 21 Agustus 1953. “Hizbullah” berdiri<br />
<br />
Djakarta, 20-8 (Pedoman).<br />
<br />
Bertepatan dengan malam hari raja Idul Adha jl, bertempat di gedung Adhuc Stat telah diresmikan berdirinja gerakan Islam “Hizbullah” jang berpusat di Djakarta. Peresmian itu mendapat kunjungan jang memuaskan dari pemuka2 Islam.<br />
<br />
Oleh Wali Alfattah dibentangkan dengan pandjang lebar arti Hizbullah jg tertera dalam Qur’an dan sedjarahnja dimasa2 jang lalu, dan menghubungkannja dengan keadaan di Indonesia. Penentangan terhadap imperialisme di Indonesia dilakukan<br />
<br />
oleh ummat Islam sudah sedjak sebelum tahun 1945. Selandjutnja Wali Alfatah menudjukan kepada bakti kepada Allah.<br />
<br />
Dalam maklumat jang dibatjakan a.l. dikatakan, bahwa Hizbullah berjuang karena Allah, dgn Allah dan untuk Allah dan menetapkan langkah asasi sbb.: 1. Pandangan, pendirian dan sikap: Jakin bahwa berpegang teguh dan ta’at melaksanakan Al-Qur’an dan Sunnatu-Rasulillah adalah sumber dari pada segala kedjajaan. 2. Uchuwah Islamijah: Kesatuan bulat bagi seluruh Muslimin jang tidak dapat dibagi2 dan diadudombakan. 3. Kemasjarakatan: Berpihak pada kaumjang dla’if (lapar, lemah, tertindas, teraniaja) dalam mempertegak<br />
<br />
keadilan. 4. Terhadap golongan lain:Tegak berdiri didalam lingkungan kaum Muslimin, di tengah2 antara lain2 golongan, menjeru kepada kebaikan, menjuruh kepada kebadjikan dan menegah dari perbuatan mungkar. 5. Menolak tiap2 fitnah pendjadjahan dan kezaliman sesuatu bangsa atas bangsa jang lain dan mengusahakan ta’aruf antara bangsa2. <br />
<br />
Susunan pengurus Hizbullah ialah: Imam Wali Alfatah dan selandjutnja duduk S. Masulili, M. Bakri Qamar, Amin Basha dan Zainul Maliki. ***<br />
<br />
<br />
<br />
Harian Umum KENG PO Jakarta, 21 Agustus 1953: Berdirinja “Hizbullah”<br />
<br />
<br />
<br />
Rabu malam bertempat di Adhuc Stat Wali Al Fatah selaku Imam telah mengumumkan berdirinja “Hizbullah” di Djakarta. Diantara hadirin kelihatan Kiai Isa Anshary dan Nur Ibrahim. <br />
<br />
Wali Alfatah membentangkan dengan pandjang lebar kedudukan Islam dalam masjarakat semendjak Nabi Muhammad serta sifat2 dan keteguhan penganutnja.<br />
<br />
Tentang berdirinja Hizbullah diterangkan perkumpulan tsb. berpedoman pada Al Qur’an dan Sunnatu-rasulillah dan berdjoang karena Allah, dengan Allah, untuk Allah bersama segenap kaum Muslimin menudju kedjajaan dan kebahagiaan dunia dan achirat. ***<br />
<br />
<br />
<br />
Demikian pemberitaan-pemberitaan suratkabar-surat kabar di Jakarta tentang telah ditetapinya Al-Jama’ah sebagai bentuk kemasyarakatan Islam. Pada waktu itu secara umum dikenal dengan sebutan Hizbullah berbentuk Jama’ah. Pers menyebut Hizbullah, dan terkadang Jama’ah Hizbullah.<br />
<br />
Berita tentang telah diwujudkannya Al Jama’ah telah menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, dan bahkan ke Dunia Islam di luar Indonesia baik melalui radio maupun melalui kantor-kantor berita asing.<br />
<br />
Dalam pada itu, Wali Al Fattaah beserta kaum Muslimin lainnya yang telah menetapi Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bersyukur ke hadirat ALLAH Subhanahu wa Ta’ala dengan telah dimaklumkannya Al-Jama’ah itu<br />
<br />
secara luas setelah ditetapi kembali pada awal tahun 1372 H (1953 M). Semuanya itu adalah karunia ALLAH Ta’ala.<br />
<br />
Seterusnya Imaam Wali Al Fataah beserta makmumnya yang jumlahnya masih sedikit seperti tersebut di atas terus melakukan pengajian (ta’lim) di berbagai tempat di Jakarta dan mendakwahkan Al-Jama’ah kepada sanak keluarga, sahabat, rekan, dan kaum Muslimin lainnya, untuk sama-sama memenuhi panggilan ALLAH hidup berjama’ah yang rahmat dan menjauhi kehidupan berfirqah-firqah yang azab. <br />
<br />
Mereka yang telah menetapi Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu hidup mesra dalam persaudaraan yang ruhama-u bainahum dan memiliki jiwa-jiwa dengan militansi yang tinggi meskipun jumlah mereka sedikit. Wali Al Fattaah sebagai Imaam sangat sayang kepada makmumnya, dan makmumnya pun sayang kepada beliau dan menghormatinya. ***<br />
<br />
<br />
<br />
S e r u a n ( D a k w a h ) <br />
<br />
<br />
<br />
Lima puluh dua (52) hari setelah dimaklumkan ke Dunia Islam, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mengeluarkan seruan kepada Ummat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam agar lebih bertaqwa kepada ALLAH Subhanahu wa Ta’ala, berpegang pada Tali ALLAH dan menetapi Al-Jama’ah, Jama’ah Muslimin. <br />
<br />
Seruan itu dikeluarkan setelah terjadi suatu peristiwa di Aceh (peristiwa “Tjot Djeumpa” dan “Peulot Leupang” (Aceh Besar) yang menelan banyak korban jiwa kaum Muslimin) dan peristiwa-peristiwa lain serupa dengan itu di Indonesia pada tahun 1372-1373 H (1953 M).<br />
<br />
Berikut kutipan seruan itu yang disiarkan di Harian ABADI, No. 233, Tahun ke-III/Tahun Republik X, Senin, 4 Shafar 1373 H/12 Oktober 1953. Teks berita dalam ejaan lama.<br />
<br />
Seruan “Hizbullah” dalam hadapi keadaan sekarang – Untuk Ummat Muhammad s.a.w.: ber-pegang pada “tali Allah”. Oleh koresponden “ABADI” sendiri. <br />
<br />
Djakarta, 12-10. DALAM suatu seruannja jang ditanda-tangani oleh ketua Madjelis Da’wah dan Tabligh, Pimpinan Pusat “Hizbullah” menjata-kan, bahwa peristiwa Atjeh dan peristiwa2 lain serupa dengan itu “adalah satu titik di dalam rangkaian perkembangan sedjarah Nusa dan Bangsa Indonesia”. Dalam meng-hadapi keadaan sekarang ini kita diserukan agar lebih bertaqwa kepadaTuhan. <br />
<br />
Chusus buat Ummat Muhammad dikatakan pegangan sebaik2nja ialah “tali Allah”. <br />
<br />
Didalam menghadapi perkemba-ngan perkembangan sedjarah Nusa dan Bangsa selandjutnja, demikian seruan “Hizbullah” tsb., baik kiranya apabila dapat diwudjudkan suatu persatuan antara seluruh bangsa di atas dasar taqwa kehadirat Allah, menjeru kepada kebaikan, menjuruh pada perbuatan kebadjikan dan menolak kemungkaran”. <br />
<br />
Adapun chusus bagi Ummat Muhammad s.a.w., segenap kaum Muslimin, djangan hendaknja kehilangan tongkat untuk berpegang, tali untuk bertambat. Dan sebaik2 pegangan itu, ialah “tali Allah” sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ajat 101-102: <br />
<br />
“Hai orang2 jang beriman, takutlah kamu kepada Allah dengan sebenar2nja. Kamu djangan mati hendaknya, melainkan di dalam Islam”.<br />
<br />
“Berpeganglah kamu sekalian kuat2 pada tali Allah, djanganlah bertjerai-berai; ingatlah kerunia Allah jang dilimpahkan atasmu ketika kamu bermusuh2an dahulunja, maka dipersatukannja hatimu memeluk agama Islam, dan djadi bersaudaralah kamu dengan ni’mat jang tersebut, ketika kamu sudah dekat ditepi lobang neraka, maka Allah melepaskan kamu dari padanja; demikianlah Allah menerangkan ajat2Nja kepada kamu, mudah2an kamu mendapat petundjuk”.<br />
<br />
Sabda Rasulullah s.a.w.:<br />
<br />
“Hadits dikeluarkan oleh Sjaichani (Buchary dan Muslim) dari Abi Hurairah r.a.: “Barang siapa keluar dari ketha’atan dan mentjeraikan Djama’ah Muslimin lalu ia mati, matinya itu mati djahilijah”.<br />
<br />
Hadits diriwajatkan oleh Muslim dari Anas bin Malik r.a.: <br />
<br />
“Djanganlah bentji membentji, dengki-mendengki dan bertjerai-berai, serta djadilah hamba2 Allah jang bersaudara.”<br />
<br />
Hadist diriwajatkan oleh Abu Daud dan Annasa’i dari Abi Dardaa r.a.:<br />
<br />
“Maka wadjib atas kamu menggalang Djama’atul Muslimin, karena semestinja andjing hutan (serigala) menerkam (memakan) domba jang djauh bertjerai.”<br />
<br />
Semoga Allah Subhanahu wata’ala tetap melimpahkan keruniaNja, taufiq dan hidajahNya, pada mereka sekalian jang berbakti. Demikian seruan :Hizbullah” tsb. (Abadi). <br />
<br />
Demikian seruan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) secara terbuka untuk pertama kalinya setelah dimaklumkan, yang antara lain diekspose oleh Harian Abadi, Jakarta. <br />
<br />
Kongres Pemuda Islam<br />
<br />
Menanggapi Kongres Pemuda Islam Indonesia, Nopember 1953, Wali Al-Fattaah dalam percakapannya dengan wartawan kantor berita APB Jakarta mengatakan, agar para pemuda Islam harus dapat mengoreksi terhadap organisasi yang dianutnya masing-masing. Karena tidaklah mungkin mereka mendapat apa yang dinamakan “Mardhotillah” jika mereka tidak cepat-cepat kembali memegang teguh tuntunan Agamanya, ialah “Al-Qur’an ” dan “Sunnah” Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dalam hubungan ini Wali Al-Fattaah meng-ingatkan, bahwa setiap perubahan kemasyarakatan senantiasa didahului dengan perubahan-perubahan cara berfikir. <br />
<br />
Wali Al-Fattaah selanjutnya me-ngatakan bahwa sistem kemasyarakat-an yang dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mencukupi semua syarat-syarat yang dapat membawa Ummat pada ke-jayaan. Kesemuanya itu, menurut Wali Al-Fattaah, dapat dipahami, jika kita semua mau menelaah sejarah per-juangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam semenjak beliau masih berada di Mekkah hingga hijrah ke Madinah. <br />
<br />
Demikian kantor berita APB Jakarta dalam beritanya, 12 Nopember 1953 (No.257.th.ke.VIII). ***<br />
<br />
Sejak saat itu dakwah secara terbuka pun terus dilakukan, baik melalui ta’lim-ta’lim maupun melalui massmedia untuk mengajak kaum Muslimin bermasyarakat Wahyu, melaksanakan Syariat Islam dalam kehidupan berjama’ah.<br />
<br />
Dalam pada itu, Wali Al-Fattaah dan makmum memperhatikan dan masalah-masalah yang menyangkut nasib kaum Muslimin di dunia yang masih terjajah di bawah penjajahan kuffar Barat (Imprialisme, Kolonialisme) maupun Timur (Komunisme). <br />
<br />
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pada awal-awal perwujudannya menjadi titik perhatian media-media pers karena dianggap sangat memperhatikan per-kembangan Muslimin baik di Indonesia maupun di luar Indonesia.<br />
<br />
Perhatian yang besar dari Pers itu juga dzahirnya karena figur Wali Al-Fattaah sebagai salah seorang tokoh pemimpin Ummat Islam dan tokoh perjuangan kemerdekaan di Indonesia sejak zaman penjajahan Kolonial Belanda maupun setelah kemerdekaan. Lebih dari itu, semuanya itu adalah karena ALLAH menghendaki demikian untuk bersinarnya “Nur Islam” (cahaya Islam) dengan telah diwujudkannya AL-JAMA’AH yang diperintahkan<br />
<br />
ALLAH dan Rasul-Nya kepada orang-orang yang beriman untuk menetapinya. Sendirinya, Insya ALLAH, dengan hidup berjama’ah yang rahmat itu ALLAH memberikan pertolongan dan kekuatan. <br />
<br />
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ . (الحديث رواه الترمذى جزء 4 صفحة 466، والنسائى جزء 3 صفحه 84 – 85 )<br />
<br />
Dari Ibnu ‘Abbas rodliallahu ‘anhu, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Tangan ALLAH itu beserta Jama’ah.” (Hadits Riwayat At-Turmudzi, Juz 4, halaman 466; An-Nasa’i, juz 3, halaman 84-85)<br />
<br />
Wali Al Fattaah mengatakan: “Jadi, ALLAH memberikan kekuatan atau kesentausaan kepada kaum Muslimin itu, apabila kaum Muslimin itu ber-“JAMA’AH”, bukan kalau masih berkelompok, bersyerikat dan lain-lain. Tangan ALLAH atau Kekuatan ALLAH beserta Al-JAMA’AH itu mengandung rupa-rupa di sana, yang di antaranya adalah Ridha ALLAH dan Rahmat ALLAH hanya akan disertakan kepada “AL-JAMA’AH”, lain tidak.” (Wali Al-Fattaah, Al-Jama’ah Sebagai Bentuk Kemasyarakatan Islam). ***ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-8220785095049061232015-03-23T01:59:00.003-07:002015-03-23T01:59:44.516-07:00Tafsir Qur'an Surat Ali Imran 103<br />واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ ’{ال عـمران 103}<br /><br />Artinya :<br /><br />“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”<br /><br />(Q.S. Ali Imron ayat 103)<br />A. MAKNA LAFDZIMaka kamu menjadi فَأَصْبَحْتُمْ Dan berpegang teguhlah kamu sekalian وَعْتصِمُواْ<br />Dengan nikmat-Nya <br />بِنِعْمَتِهِ dengan tali allah بِحَبْلِ الله<br />Bersaudara <br />إِخْوَاناً seraya berjama’ah جَمِيْعًا<br />Sedangkan kamu semua وَكُنْتُمْ dan janganlah kamu sekalian berpecah belah وَلاَ تَفَـرَّقوُا<br />Di tepi jurang <br />عَلىَ شَفاَ خُفْرَةٍ dan ingatlah kamu semua وَاذْ كـُرُوا<br />Api Neraka مِنَ النَّاِر Nikmat Allah نِعْمَتَ الله<br />Maka Allah menyelamatkan kamu dari padanya <br />فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا Atas kamu عَلَيْكُمْ<br />Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu <br />كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ Ketika kamu (dahulu) bermusuh-musuhan إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً<br />Ayat-ayatnya <br />اَيَاتِهِ Maka Dia menjinakkan antara hati-hati kamu فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ<br />Agar kamu mendapat petunjuk <br />لَعَلـَّكُمْ تَهْتَـدُونَ <br /><br /><br />B. MAKNA GLOBAL<br /><br />“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka , maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”<br /><br />C. PENJELASAN KALIMAT.<br /><br />Yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Qur’an sesuai dengan hadits Harits Al A’war dari Ali yang diriwayatkan secara marfu’ tentang sifat Al-Qur’an disebutkan bahwa,<br />“هُوَ حَبْلُ اللهِ المَتِيْنُ وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيْمَ”<br /><br />(Al-Qur’an itu adalah tali Allah yang kokoh dan jalan-Nya yang lurus. )<br /><br />Dalam hadits Abdullah yang di riwatkan oleh Ibnu mardawaih, bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa salam bersabda:<br /><br />” اِنََ هَذاَالْقُرْأَنَ هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَتِيْنُ وَهُوَ النُّوْرُ الْمُبِيْنُ وَهُوَ الشِّفاَءُ النَّافِعُ عِصْمَةَ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَنَجَاةً لِمَنِ اتَّبَعَهُ “<br /><br />(“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah tali Allah yang kokoh, cahaya yang menerangi, penawar yang memberi manfaat, sebagai penjaga bagi orang yang berpegang teguh dengannya dan penyelamat bagi yang mengikutinya“)<br /><br />Abu Ja’far Ath-Thobari meriwayatkan hadits ‘Athiyyah bin Abi Sa’id, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:<br />“كَتَبَ اللهُ هُوَ حَبْلُ اللهُ المَمْدُودُ مِنَ السَّـمَاءِ اِلَى الآَرْضِ”<br /><br />(“Kitab Allah itu adalah tali Allah yang di ulurkan dari langit ke bumi “) Tafsir Ibnu Katsir I/388-389.<br /><br />Menurut Ibnu Mas’ud, yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Jama’ah, Al-Qurthubi menyatakan, sesungguhnya Allah memerintahkan supaya bersatu padu dan melarang berpecah belah, karena perpecahan itu adalah kerusakan dan persatuan (Al-Jama’ah) itu adalah keselamatan. (Tafsir Qurthubi IV/159)<br /><br />Sebagian Ulama ada yang mengatakan bahwa “tali Allah” itu adalah Dinnullah, menurut sebagian Ulama yang lain; Taat kepada Allah, Ikhlas dalam bertaubat, janji Allah. Al-Imaam Fakhrur Razi menyimpulkan bahwa seluruh penafsiran tersebut pada hakekatnya saling melengkapi, karena Al-Qur’an, janji Allah, Dinnullah, taat kepada Allah dan Al-Jama’ah dapat menyelamatkan orang yang berpegang teguh dengannya supaya tidak terjatuh kedalam dasar Neraka Jahannam, maka hal-hal tersebut dijadikan sebagai tali Allah agar mereka berpegang teguh dengannya (Tafsir Al-Kabir VIII/162-163).<br />· Lafadz Jami’an جَمِيْعًا adalah sebagai “Haal” yang menjelaskan tentang cara berpegang teguh kepada tali Allah, yaitu dengan cara bersatu padu (berjama’ah) (Tafsir Abi Su’ud Juz I/66). Hal ini disesuaikan dengan :<br /><br />1. sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Salam.<br />” تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ “<br /><br />“Tetaplah kamu pada Jama’ah Muslimin dan Imam mereka “(Muttafaq alaih dari Hudzaifah bin Yaman)<br /><br />2. Makna yang di berikan oleh para Mufasirin, diantaranya sahabat Abdullah bin Mas’ud menyebutkan bahwa yang di maksud adalah “Al-Jama’ah” (Tafsir Qurthubi Juz III/159, Tafsir Jami’ul Bayan Juz IV/21).<br /><br />3. Az-Zajjaj berkata: “kalimat “Jami’an جَمِيْعًا” adalah dibaca nashob karena menjadi “haal” (Tafsir Jadul Masir juz I/433).<br /><br />4. Adanya Qorinah lafdziyah, yaitu “wala tafarroqu” yang jatuh setelah kalimat “Jami’an”, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah dan melarang mereka berfirqoh-firqoh (berpecah belah) (Tafsir Ibnu Katsir juz I/189)<br /><br />Tidak semua kalimat Jami’an dalam Al-Qur’an artinya bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu), sebagaimana pula tidak semua kalimat “jami’an” berarti keseluruhan/semuanya. Sedikitnya ada empat ayat yang dalam Al-Qur’an kalimat “jami’an“ yang harus diartikan berjama’ah (bersama-sama/bersatu padu), yaitu surat Ali-Imran ayat 103, surat An-Nisa ayat 71, surat An-Nur ayat 61 dan surat Al-Hasyr ayat 14.<br /><br />Yang dimaksud dengan ” وَلاَ تَفَرَّقُوْا ” (Janganlah kamu bercerai berai yaitu berpecah belah dalam agama,sebagaimana berpecah belahnya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam melaksanakan agama mereka). Disebutkan dalamam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairoh, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:<br /><br />” تَفَرَّقَتِ الْيَهُودُ عَلَى اِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً اَوِثْنَـتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَالنَّـصَارَى مِثْلُ ذَالِكَ وَتَفْـتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْـعِيْنَ فِرْقَـةً كُلَّهَا فِى النَّـارِ اِلاَّ وَاحِـدَةً وَهِيَ الجَمَاعَةُ “<br /><br />“Orang-orang Yahudi telah berpecah belah menjadi 71 golongan atau 72 golongan dan orang-orang Nasrani demikian juga, sedang umatku berpecah belah menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu Al-Jama’ah.”<br />· Ni’mat Allah yang disebut dalam ayat ini yang terbesar adalah Islam yang mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa salam, sesungguhnya ni’mat ini dapat menghilangkan permusuhan dan perpecahan, sehingga ada kasih sayang dan persatuan.<br />· Yang dimaksud “kamu berada di tepi jurang api neraka, maka Dia (Allah) menyelamatkan kamu darinya” Bahwa kaum Muslimin ketika masih berada dalam masa jahiliyah, dimana mereka saling bermusuh-musuhan dan senantiasa melakukan berbagai macam kemaksiatan, pada saat yang demikian itu mereka berada di ambang pintu neraka. Namun ketika mereka bertaubat dengan memeluk Islam dan meninggalkan perilaku-perilaku Jahiliyah, maka mereka diselamatkan dari ancaman api neraka dan dijauhkan dari pintu jahannam.<br /><br />D. KANDUNGAN AYAT.<br /><br />Disebutkan dalam Tafsir Al-Manar bahwa, ayat ini sebagai jalan keluar untuk memenuhi perintah Allah supaya bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa yang di sebutkan pada ayat sebelumnya dan untuk menjauhi larangan agar tidak meninggal atau mati kecuali dalam keadaan Islam. (Q.S. Ali Imran : 102). Agar perintah dan larangan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka hendaklah orang-orang yang beriman berpegang teguh (mengamalkan) Al-Qur’an dengan berjama’ah (bersatu padu) (Tafsir Al-Qur’anul Hakim juz III/19).<br /><br />Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala mewajibkan supaya berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah nabi-Nya dan agar menyelesaikan permasalahanya berdasarkan keduanya. Allah juga memerintahkan agar berjama’ah dalam mengamalkan islam, sebab dengan cara damikian maka akan ada kesepakatan dan kesatuan yang merupakan syarat utama bagi kebaikan dunia dan agama. (Tafsir Al-Qurthubi juz IV/163).<br /><br />Ayat ini melarang berpecah belah (berkelompok-kelompok) dalam agama, sebagaimana berpecah-belahnya ahli kitab atau orang-orang jahiliyah yang lain. Ayat ini juga melarang melaksanakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan dan menghilangkan persatuan. (Tafsir Abi Su’ud juz I/66)<br /><br />Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini mengisahkan tentang keadaan suku Aus dan Khajraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku tersebut saling bermusuhan dan berperang selama 120 tahun. Setelah mereka memeluk Islam Allah menyatukan hati mereka sehingga mereka menjadi bersaudara dan saling menyayangi. Ketika orang-orang Aus dan Khajraj sedang berkumpul dalam satu majlis, kemudian ada seorang Yahudi yang melalui mereka, lalu ia mengungkit-ungkit permusuhan dan peperangan mereka pada bani BU’ATS. Maka permusuhan diantara kedua suku tersebut mulai memanas kembali, kemarahan mulai timbul, sebagian mencerca sebagian lain dan keduanya saling mengangkat senjata, lalu ketegangan tersebut disampaikan kepada nabi shallallahu alaihi wa salam. Kemudian beliau mendatangi mereka untuk menenangkan dan melunakkan hati mereka, seraya bersabda:<br /><br />“Apakah dengan panggilan-panggilan jahiliyah, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian?.” Lalu beliau membacakan ayat ini. Setelah itu mereka menyesal atas apa yang telah terjadi dan berdamai kembali seraya berpeluk-pelukan dan meletakan senjata masing-masing.<br /><br />والله أعـلم بالصوابﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6299322558524341463.post-39016141854006072052015-03-23T01:54:00.003-07:002020-09-18T04:59:59.949-07:00Dalil Wajib Menegakkan Khilafah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikbzDKguPN6AUreMlHUFG9gGEF9-s_mdhOak3JF76WQiCValjEA3bjsr7zNXr0zMjKNeDHy65-cedWi_VFeIZE-y3kh1xQe8OXTcXru81RS8sMDsc5FOss0KmQAnRfp2DNaKAH9ebolxY/s1032/IMG_20200304_151920.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1032" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikbzDKguPN6AUreMlHUFG9gGEF9-s_mdhOak3JF76WQiCValjEA3bjsr7zNXr0zMjKNeDHy65-cedWi_VFeIZE-y3kh1xQe8OXTcXru81RS8sMDsc5FOss0KmQAnRfp2DNaKAH9ebolxY/s320/IMG_20200304_151920.jpg" /></a></div><div><br /></div>Firman Allah Subhanahu Wata’ala:<br /><br />وَإِذْقَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَئِكَةِ اِنِّى جَاعِلٌ فِىْ الاَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّى أَعْلَمُ مَا لاَتَعْلَمُوْنَ {البقرة: 30}.<br /><br /><br />“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu berkata kepada para Malaikat:’Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi . Mereka bekata:’Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui ” (QS.Al-Baqarah: 30).<br /><br />Menurut Ibnu Katsir, Imam Al-Qurthubi dan ulama yang lain telah menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya menegakkan khilafah untuk menyelesaikan dan memutuskan pertentangan antara manusia, menolong orang yang teraniaya, menegakkan hukum Islam, mencegah merajalelanya kejahatan dan masalah-masalah lain yang tidak dapat terselesaikan kecuali dengan adanya imam (pimpinan).<br /><br />Selanjutnya Ibnu Katsir menukilkan kaidah Ushul Fiqh yang berbunyi:<br /><br />وَمَا لاَ يـَتـِمُّ اْلـوَاجـِبُ إِلاَّ بِهِ فَهـُوَ وَاجـِبٌ.<br /><br />“Sesuatu yang menyebabkan kewajiban tidak dapat terlaksana dengan sempurn,maka dia menjadi wajib adanya”.<br /><br />Ayat lain yang menjadi dalil wajibnya menegakkan khilafah adalah:<br /><br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيْعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي اْلأَمْرِ مِنْكُمْ {النساء: 59}<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kamu, (QS.An-Nisa: 59).<br /><br />Pada ayat ini Allah memerintahkan agar orang yang beriman mentaati Ulil Amri. Menurut Al-Mawardi, Ulil Amri adalah pemimpin yang memerintah umat Islam. Tentu saja Allah tidak memerintahkan umat Islam untuk mentaati seseorang yang tidak berwujud sehingga jelaslah bahwa mewujudkan kepemimpinan Islam adalah wajib. Ketika Allah memerintahkan untuk mentaati Ulil Amri berarti juga memerintahkan untuk mewujudkannya, demikian menurut Taqiyuddin An-Nabhani.<br /><br />Kewajiban menegakkan khilafah juga didasarkan kepada beberapa hadits Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam antara lain:<br /><br />لاَ يَحـِلُّ لـِثَلاَثـَةِ يَكـُوْنـُوْنَ بـِفـَلاَةِ مـِنْ فـَلاَةِ اْلاَرْضِ إِلاَّ اَنْ يـُؤَمـِّرَ عـَلـَيْهـِمْ اَحَـدَهُـمْ {رواه أحمد}.<br /><br />“Tidak halal bagi tiga orang yang berada di permukaan bumi kecuali mengangkat salah seorang diantara mereka menjadi pimpinan” (HR.Ahmad).<br /><br />Asy-Syaukani berkata:”hadits ini merupakan dalil wajibnya menegakkan kepemimpinan di kalangan umat Islam. Dengan adanya pimpinan umat Islam akan tehindar dari perselisihan sehingga terwujud kasih sayang diantara mereka. Apabila kepemimpinan tidak ditegakkan maka masing-masing akan bertindak menurut pendapatnya yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Di samping itu kepemimpinan akan meminimalisir persengketaan dan mewujudkan persatuan”.<br /><br />Sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:<br /><br />كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ {رواه البخاريعن ابى هريرة}.<br /><br />“Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau bersabda: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguh nya Allah akan menanyakan apa yang digembala kannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah).<br /><br />Hadits ini di samping menginformasikan kondisi Bani Israil sebelum Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam diutus sebagai Rasul dan Nabi terakhir yangs selalu dipimpin oleh para Nabi, juga merupakan Nubuwwah Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam tentang peristiwa yang akan dialami umat Islam sepeninggal beliau.<br /><br />Nubuwwah adalah pengetahuan yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam tentang peristiwa yang akan terjadi.<br /><br />Pada hadits ini Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam menjelaskan bahwa sepeninggal beliau umat Islam akan dipimpin oleh para khalifah, seperti Bani Israil dipimpin oleh para Nabi. Para khalifah ini akan memimpin umat Islam seperti para Nabi memimpin Bani Israil hanya saja mereka tidak menerima wahyu.<br /><br />Oleh karena itu Abu Al-Hasan Al-Mawardi (w.450 H) mendefinisikan Imaamah (kepemimpinan umat Islam) sebagai<br /><br />موضوعة لخلافة النبوة فى حراسة الدين وسياسة الدنيا.<br /><br />“Kedudukan yang diadakan untuk menggantikan kenabian dalam rangka memelihara agama dan mengatur dunia).<br /><br />Kata السياسة yang merupakan masdar dari kata ساس- يسوس , menurut An-Nawawi dalam “Syarh Muslim” mempunyai pengertian :<br /><br />القيام على الشيئ بما يصلحه. “Mengatur sesuatu dengan cara yang baik”<br /><br />Ketika menjelaskan hadits di atas Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata:”Di dalamnya mengandung petunjuk tentang keharusan adanya pemimpin bagi masyarakat (Islam) yang akan mengatur urusan mereka dan membawanya ke jalan yang baik serta melindungi orang-orang yang teraniaya”.<br /><br />Para ulama mengomentari kewajiban menegakkan khilafah (kepemimpinan umat Islam) sebagai berikut<br /><br /><br />a. Asy Syaikh Muhammad Al-Khudlri Bik<br /><br />Di dalam “Itmam Al-Wafa” mengatakan bahwa umat Islam telah sepakat tentang wajibnya menegakkan khilafah (kepemimpinan Islam) setelah Rasulullah Sallallhu ‘Alaihi Wasallam.<br /><br />b. Al-Jurjani<br /><br />“Mengangkat Imam adalah salah satu dari sebesar-besar maksud dan sesempurna-sempurnanya kemaslahatah ummat”.<br /><br />c. Al-Ghazali.<br /><br />“Ketentraman dunia dan keamanan jiwa dan harta tidak tercapai kecuali dengan adanya pimpinan yang ditaati oleh karenanya orang mengatakan:’Agama dan pimpinan adalah dua saudara kembar’. Dan karenanya pula orang mengatakan:’Agama adalah sendi dan pimpinan adalah pengawal. Sesuatu yang tidak ada akan hancur, dan sesuatu yang tidak ada pengawal akan tersia-sia.<br /><br />d. Ibnu Khaldun<br /><br />“Mengangkat Imam adalah wajib. Telah diketahui wajibnya pada syara’ dan ijma’ sahabat dan tabi’in. mengingat bahwa para sahabat segera membai’at Abu Bakar stelah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat dan menyerahkan urusan masyarakat kepadanya. Demikian pula pada tiap masa sesudah itu tidak pernah masyarakat diabiarkan dalam keadaan tidak berpemimpin. Semuanya merupakan ijma’ yang menunjukkan kewajiban adanya Imam.<br /><br />e. Al-Mawardi<br /><br />“Andaikata tidak ada Imam, masyarakat tentu menjadi kacau balau (anarkhis) dan tidak ada yang memperhatikan kepentingan mereka.<br /><br />f. Yusuf Al-Qardhawi<br /><br />“Disebutkan dalam “Mandzumah Al-Yanharah”<br /><br />وواجـب نـصـب امام عادل # بالـشـرع فاعـلم لابحـكـم العـقـل.<br /><br />“Kewajiban mengangkat Imam yang adil # adalah ketentuan syara’ buakan ketetapan akal”.<br /><br />Oleh karena itu muslimin yang tidak memiliki Imam atau Khalifah, maka mereka semuanya menanggung dosa. Karena mereka telah melalaikan satu kewajiban, yaitu fardlu kifayah yang menjadi tanggung jawab mereka bersama untuk melaksanakannya.<br /><br />Periodisasi Kepemimpinan Umat Islam<br /><br />Dari Nu’man bin Basyir Radiallahu ‘Anhu, Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda:<br /><br />تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ {رواه احمد}.<br /><br />”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemu- dian Allah mengangkatnya apabila Ia meng hendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyom bong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemu dian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghen daki untuk mengang katnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad).<br /><br />Menurut hadits ini kepemimpinan umat Islam akan mengalami 4 periode:<br /><br />1. Masa Kenabian<br /><br />Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh Rasulullah Sallallhu ‘Alaihi Wasallam, masa kenabian ini selama 23 tahun<br /><br />2. Masa Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah<br /><br />Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh para khalifah yang mengikuti jejak Rasulullah Sallallhu ‘Alaihi Wasallam. Masa ini dimulai dengan dibai’atnya Abu Bakar As-Siddiq sebagai Khalifah setelah Rasulullah Sallallhu ‘Alaihi Wasallam wafat. Oleh karena itu Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama menyebut dirinya sebagai Khalifah Rasulullah (pengganti Rasulullah Sallallhu ‘Alaihi Wasallam). Selanjutnya Umar bin Khattab, sebagai Khalifah kedua menyebut dirinya sebagai Khalifah Khalifah Rasulullah (penggantinya pengganti Rasulullah Sallallhu ‘Alaihi Wasallam). Khalifah ketiga, Utsman bin Affan, karena sebutannya terlalu panjang, hanya disebut Khalifah. Mulai sejak itu sebutan Khalifah dipakai secara populer. Sebutan tersebut terus dipakai sampai ke masa Ali bin Abi Thalib, sebagai khalifah keempat.<br /><br />Masa Khilafah ‘Ala Mihajin Nubuwwah ini berlangsung selama kurang lebih 30 tahun, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Sallallhu ‘Alaihi Wasallam:<br /><br />الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ {رواه ابو داود والترمذي}<br /><br />“Masa pada ummatku itu tiga puluh tahun kemudian setelah itu masa kerajaan (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi).<br /><br />3. Masa Mulkan<br /><br />Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh para raja. Sebagai raja pertama adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan (w. 60 H).<br /><br />Dalam sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Ahmad, Mu’awiyah bin Abu Sufyan pernah berkata kepada Abdurrahman bin Abi Bakrah:<br /><br />اَتَـقـُوْلُ اْلمُلـْكُ؟ فَقَدْ رَضِيـْنـَا بِاْلمـُلـْكِ.<br /><br />“Apakah kamu berkata kami raja? Sungguh kami ridha dengan kerajaan”.<br /><br />Masa Mulkan (kerajaan) ini terdiri dari dua periode yaitu Mulkan Adlan (kerajaan yang mengigit) dan Mulkan Jabariyah (kerajaan yang menyombong). Para ahli sejarah mencatat bahwa masa mulkan ini berakhir dengan diruntuhkannya Dinasti Utsmaniyah di Turki oleh Mustafa Kamal Pasya pada tahun 1342 H / 1924 M.<br /><br />4. Masa Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah<br /><br />Yaitu masa umat Islam akan kembali dipimpin oleh para Khalifah yang mengikuti jejak kenabian setelah berlalunya masa Mulkan (kerajaan).<br /><br />Usaha Menegakkan Khilafah Setelah Runtuhnya Dinasti Utsmaniyah di Turki.<br /><br />Usaha menegakkan khilafah yang sesuai dengan tuntunan syari’at Islam telah dimulai sejak melemahnya Dinasti Utsmaniyah. Upaya ini diawali dengan dibentuknya Pan Islamisme di akhir abad ke-19 yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897).<br /><br />Tujuan utama Pan Islamisme adalah mengembalikan kekhalifahan tunggal bagi dunia Islam sebagaimana yang terjadi pada masa Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyyin. Walaupun Pan Islamisme tidak memperlihatkan hasil konkrit namun telah menyadarkan umat Islam di berbagai tempat tentang pentingnya kesatuan dan kekhalifahan Islam.<br /><br />Pada tahun 1919 di India telah dibentuk “All India Khilafah Conference” yang secara rutin mengadakan pertemuan-pertemuan untuk membicarakan dan mengusahakan penyatuan ummat dan tegaknya khilafah. Pada tahun 1921, di Karachi diadakan lagi konferensi yang kedua dengan tujuan yang sama. Pada tahun 1926 di Kairo, Mesir diselenggarakan Kongres Khilafah yang diprakarsai oleh para ulama Al-Azhar.<br /><br />Di samping itu masih banyak kongres-kongres lain yang diselenggarakan untuk menegakkan kembali khilafah di tengah kaum muslimin, namun belum membuahkan hasil yang mendasar.<br /><br />Di Indonesia usaha menegakkan khilafah juga dilakukan oleh beberapa Organisasi Islam yang akhirnya terbentuk Komite Khilafah pada tahun 1926 yang berpusat di Surabaya. Tokoh-tokoh Islam Indonesia yang mempunyai perhatian besar terhadap penegakkan khilafah antara lain, HOS.Cokroaminoto, KH.Mas Mansur, KH.Munawar Khalil, Abdul Karim Amrullah dan Wali Al-Fatah.<br /><br />Di antara tokoh-tokoh tersebut Wali Al-Fatah (1326H-1396H / 1908M-1976M) adalah salah seorang yang konsisten dan secara transparan menda’wahkan wajibnya umat Islam menegakkan Khilafah dan mengangkat Imam.<br /><br />Wali Al-Fatah menyatakan adanya Imam adalah wajib bagi umat Islam. Pelanggaran atas hal tersebut adalah dosa besar dan ini berarti suatu anarkhi, suatu perbuatan sendiri-sendiri yang tidak ada contohnya dalam syari’at Islam yang akan mengakibatkan timbulnya perpecahan di mana masing-masig kelompok atau golongan mengaku benarnya sendiri.<br /><br />Wali Al-Fatah mengingatkan bahwa umat Islam akan dapat bersatu apabila mereka mempunyai Imam (pimpinan).<br /><br />Satu umat tanpa pimpinan bukan umat namanya, tetapi hanya segundukan manusia yang masing-masing mengaku sebagai muslim tetapi tidak ada yang memimpin dan yang mengontrol.<br /><br />Oleh karena itu Wali Al-Fatah mengajak para ulama untuk segera bangkit menelaah masalah kepemimpinan umat Islam dan mengangkat Imam sehingga kesatuan umat Islam dapat terwujud.<br /><br />Namun ajakan ini kurang mendapat sambutan. Mereka menganggap ajakan ini bagaikan memutar jarum sejarah dan mengajak umat Islam kembali ke zaman unta bahkan ada yang berpendapat bahwa tidak mungkin umat Islam dapat disatukan.<br /><br />Mengingat pentingnya masalah kepemimpinan umat Islam ini, Wali Al-Fatah bersedia memikul beban untuk dibai’at menjadi Imaamul Muslimin. Pembai’atan ini dilaksanakan di Jakarta pada 10 Dzulhijjah 1372H / 20 Agustus1953M.<br /><br />Setelah pembai’atan dilakukan, kemudian selama beberapa tahun diumumkan ke seluruh dunia untk mencari informasi apakah di tempat lain sudah ada Imam yang lebih dahulu dibai’at.<br /><br />Sebagai konsekwensi apakah sudah ada Imam yang lebih dahulu dibai’at maka Wali Al-Fatah bersedia menjadi ma’mum karena tidak boleh ada dua Imam dalam satu masa bagi dunia Islam, sebagaimana sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:<br /><br />إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا {مسلم}<br /><br />“Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang terakhir).” (HR. Muslim).<br /><br />Sampai dengan Wali Al-Fatah meninggal dunia pada tahun 1396H / 1976M tidak didapat informasi bahwa di tempat lain sudah ada Imam yang dibai’at lebih dahulu. Maka sebelum jenazahnya dikuburkan, pada hari Sabtu 28 Dzulqa’dah 1396H / 20 November 1976M dibai’atlah sebagai penggantinya, hamba Allah Muhyiddin Hamidy menjadi Imaamul Muslimin hingga sekarang.<br /><br />Mungkinkah Umat Islam Bersatu?<br /><br />Menjawab keraguan orang tentang kemungkinan bersatunya umat Islam di bawah seorang Imam (khalifah), Dr.Yusuf Al-Qardhawi dengan tegas mengatakan bahwa kesatuan umat Islam adalah realita dan pasti akan terwujud bukan sebuah khayalan (utopia).<br /><br />Di dalam risalahnya yang berjudul “Al-Ummah Al-Islamiyah Haqiqah la Wahn” beliau menyebutkan 6 (enam) criteria tentang kepastian terwujudnya kesatuan umat Islam:<br /><br />1. Menurut Logika Agama<br /><br />Al-Qur’an di dalam beberapa ayat menyatakanbahwa kaum muslimin adalah امة balikan امة واحدة bukan امما (beberapa umat). Hal ini dapat dilihat pada Surat Al-Baqarah: 143, Ali-Imran: 110, Al-Anbiya: 92, Al-Mu’minun: 52.<br /><br />Sedang di dalam sunnah NAbi Shalallahu alaihi wa Sallam banyak sekali hadits yang menjelaskan pengertian umat sebagaimana yang disebutkan di atas, misalnya:<br /><br />كان امتي يدخلون الجنة إلا من ابى {البخاري}.<br /><br />“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau” (HR. Bukhari)<br /><br />2. Menurut Logika Sejarah<br /><br />Umat Islam pernah bersatu di bawah seorang khalifah dalam masa hampir seribu tahun dan meliputi daerah yang sangat luas mulai dari Cina di sebelah Timur dan Andalusia (Spanyol) di sebelah Barat. Walaupun pernah pula muncul beberapa khalifah dan ada sebagian wilayah yang memisahkan diri namun secara umum umat Islam tersebut masih merasa bahwa mereka adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dari umat yang satu. Hal ini dikarenakan tujuan mereka satu, musuh mereka satu maslahah mereka satu dan beberapa unsure lain yang mengharuskan mereka tetap bersatu.<br /><br />3. Menurut Logika Geografis<br /><br />Dengan kehendak Allah, umat Islam menempati negeri-negeri yang saling berdekatan dan sambung menyambung antara satu dengan yang lainnya mulai dari Jakarta di sebelah Timur hingga Rabbath Al-Fath di sebelah Barat. Atau mulai dari Samudra Pasifik ke Samudra Atlantik.<br /><br /><br />4. Menurut Logika Realita<br /><br />Secara realita umat Islam adalah umat yang satu. Hal ini kita lihat ketika sebagian umat Islam menderita maka sebagian yang lain ikut merasa penderitaan itu.<br /><br />Dalam kasus Masjid Al-Aqsha (Palestina) misalnya, kita lihat seluruh umat Islam di mana saja bangkit memberikan bantuan kepada Mujahidin yang berusaha membebaskan masjid Al-Aqshadari cengkeraman Zionis Yahudi.<br /><br />Begitu juga kasus Bosnia-Herzigovina, dengan penuh perhatian kaum muslimin seluruh dunia mengikuti perkembangan perjuangan muslimin Bosnia dari hari ke hari dan memberikan bantuan apa saja yang mereka butuhkan<br /><br />Setelah dunia Arab kalah dalam pertempuran melawan Israel pada tahun 1967, maka ketika dibuka pendaftaran sukarelawanuntuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Isarel, orang yang paling banyak mendaftarkan adalah kaum muslimin dari Pakistan. Sementara itu dalam jihad di bumi Afghanistan melawan komunis Rusia, kebanyakan mujahidin yang datang adalah kaum muslimin Arab, Afrika, Eropa dan Amerika.<br /><br />Sampai saat ini para khatib seluruh dunia Islam senantiasa memanjatkan do’a pada setiap Jum’at untuk kebaikan, kesejahteraan dan kemuliaan negeri-negeri Islam seluruh dunia.<br /><br />Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengecualikan kesatuan menurut logika realita ini dari kelompok pemimpin yang otoriterdan para pemikir yang mengekor Barat karena mereka ini adalah individu muslim yang telah terpisah dari nurani umat dan mereka tidak pernah mau merasakan derita yang menimpa umat Islam.<br /><br />5. Menurut Logika Non Muslim<br /><br />Orang-orang non muslim tidak pernah menjadikan realita perpecahan dan perselisihan yang terjadi di kalangan umat Islam sebagai bukti bahwa umat Islam telah terpecah belah. Mereka tetap menganggap bahwa umat Islam itu adalah satu umat. Apabila terjadi perpecahan hanyalah perpecahan lahiriyah saja tetapi perasaan mereka tetap satu.<br /><br />6. Menurut Logika Maslahat dan Tuntutan Zaman.<br /><br />Seandainya perwujudan umat Islam dalam arti yang sebenarnya tidak ada menurut logika agama, sejarah, geografis, realitas kehidupan dan persepsi orang non muslim, maka sesuai logika maslahat dan tuntutan zaman wajib bagi kita menciptakan dan mengusahakan kesatuan umat Islam. Karena mustahil umat Islam akan mampu bersaing di era tekhnologi canggih ini secara sendiri-sendiri sementara itu kita saksikan negara-negara industri maju berkerja sama untuk menciptakan produk-produk tercanggih yang sejalan dengan tekhnologi terkini.<br /><br />Pada masa lalu umat Islam memiliki seorang khalifah yang dapat mengajak umat Islam untuk bertindak bersama-sama dalam mengatasi problematika yang mereka hadapi. Mereka yang lemah dapat meminta pertolongan kepada khalifah apabila ada yang mengganggu. Hal ini menyebabkan musuh-musuh Islam berfikir panjang apabila hendak mengganggu umat Islam. Namun hari ini umat Islam tidak memiliki seorang khalifah yang melindungi mereka. Umat Islam telah melakukan kesalahan besar dengan menyia-nyiakan institusi khilafah dan tidak mampu mewujudkan gantinya. Aib (kesalahan) ini adalah kesalahan umat Islam bukan kesalahan Islam karena Islam telah mempersatukan umatnya dan mensyria’atkan tuntunan yang dapat mewujudkan kesatuan mereka dan memelihara keselamatan mereka.<br /><br />Demikian sebagian uraian Dr. Yusuf Al-Qardhawi tentang kriteria yang memperkuat bukti akan terwujudnya kesatuan umat Islam. Namun kesatuan itu tidak akan datang begitu saja. Untuk mewujudkannya perlu kerja keras dan perjuangan yang berkesinambungan.<br /><br />Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kerja keras dala menggapai cita-cita, sebagaimana firman-Nya:<br /><br />إن الله لايغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسكم {الرعد: 11}.<br /><br />“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri” (QS.Ar-Ra’d: 11).<br /><br />Usaha yang paling fundamental untuk mewujudkan persatuan umat adalah dengan menegakkan institusi khilafah / imaamah. Karena hanya dengan adanya seorang khalifah / imam umat Islam dapat bersatu.<br /><br />Dengan dibai’atnya Wali Al-Fatah sebagai Imaamul Muslimin berarti umat Islam telah memiliki Imam kembali. Apabila pada pembai’atan tersebut atau pada perjalanan keimaamahan sesudahnya dipandang terdapat berbagai kekurangan maka tugas umat Islam bersama untuk menyempurnakannya. Karena masalah Imam, bukan masalah yang harus diperebutkan tetapi masalah kewajiban syari’at.<br /><br />Siapapun yang dibai’at, asal memenuhi syarat maka yang lain wajib membai’atnya dan mentaatinya.<br /><br />Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:<br /><br />إن امر عليكم عبد مجدع (حسبتها قالت) أسود يقودكم بكتاب الله فاسمعوا له وأطيعوا {مسلم عن يحي بن حصين}.<br /><br />“Apabila diangkat untuk memimpin kamu seorang budak yang terpotong hidungnya –say (Yahya bin Hushain) mengira, dia (Ummu Hushain) berkata-yang hitam, selama memimpin kamu dengan kitab Allah maka dengarlah dan taatilah (HR.Muslim dari Yahya bin Hushain).<br /><br />Wallahu A’lam Bissawwab<br /><br />Maraji’<br /><br />1. Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Toha Putra, Semarang, t.t.<br /><br />2. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fath Al-Bari, Dar Al-Fikr, t.t.<br /><br />3. An-Nawawi, Syarh Muslim, Dahlan, Bandung, t.t.<br /><br />4. Asy-Syaukani, Nail Al-Authar, Dar Al-Fikr, t.t.<br /><br />5. Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, Al-Nas’ani Al-Halabi, 1326H.<br /><br />6. Muhammad Al-Khudlri Bik, Itmam Al-Wafa’, Maktabah Tsaqafiyah, Beirut, 1402H.<br /><br />7. Yusuf Al-Qardhawi, Al-Ummah Al-Islamiyah Haqiqah la Wahn, Maktabah Wahbah, t.t.<br /><br />8. Wali Al-Fatah, Khilafah “Ala Minhajin Nubuwwah, Amanah, Bogor, 1415H.<br /><br />9. Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Khilafah, Terjemah.Muhammad Al-Khaththath, dkk, Khazanal Islam, Jakarta, Cetakan I, 1416H.<br /><br />10. Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Cetakan VI, 1999.<br /><br />Sumber : http://www.jamaahmuslimin.com/tafsir/qs2-30.asp<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br />ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪhttp://www.blogger.com/profile/10753503866366047504noreply@blogger.com0