Jama’ah Muslimin (Hizbullah) berkeyakinan bahwa islam yang
di bawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembawa risalah
tidak ada mengandung unsur politik,karna politik itu muaranya dari akal dan Islam adalah mutlak Wahyu Allah dan islam Non Politik,! berikut ini kami
tuturkan beberapa bukti-bukti bahwa islam Non politik :
1. Q. S. Al-Anbiya :107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا
رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya : "Dan Kami tidak mengutus engkau melainkan
untuk menjadi rahmat semesta alam".
2. Q.S. Saba' : 28
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا
كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan
kepada seluruh ummat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya".
Penjelasan ringkas: Tidak ada politik yang Rahmatan lil
'Alamin, yang universal meliputi seluruh manusia.
3. Q.S. Al-Kahfi : 29
وَقُلِ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ
شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ
سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا
بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ
الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
Artinya: "Dan katakanlah kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman, dan
barang siapa yang ingin kafir maka biarkanlah ia kafir. Sesungguhnya telah kami
sediakan bagi orang-orang yang dholim itu neraka. Dan jika mereka meminta
minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih,
yang menghanguskan muka; itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek".
Penjelasan ringkas: Allah tidak perlu mahluk, tetapi mahluk
yang sangat memerlukan Allah, karena tidak mungkin Allah mempolitisir mahluk
ciptaanya.
4. Q.S. Al-Bayyinah : 5
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya : "Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) Agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikkan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus".
Penjelasan ringkas: - Tidak ada politik yang mukhlisina
lahuddin. -
5. Q.S. An_Najm : 3 - 4
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى - إِنْ
هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
Artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al
Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya)".
Penjelasan ringkas: Islam mutlak wahyu Allah bukan produk
otak, sedang politik adalah produk otak manusia yang realtif dan rapuh.
6. Al-An'Am : 115
وَتَمَّتْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا
لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya : "Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an,
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah
kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Penjelasan ringkas: Islam tidak perlu ditambah dengan
ideologi politik.-
7. Al-Am'Am : 116
وَإِنْ
تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ
يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ
هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Artinya : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
Penjelasan ringkas : Mayoritas dan Sikon bukan standar
kebenaran bahkan merupakan ujian yang bisa menyesatkan dari jalan Allah,
Sedangkan dalam politik mayoritas dan sikon senantiasa dijadikan standar dan
pedoman (komando).
8. Tidak mungkin Allah Subhanahu wata'ala mempolitisir
mahluk-Nya.
9. Surat-surat Rasulullah Shallalhu 'Alaihi wasallam kepada
raja Mesir, Yaman, Persia dan Roma tidak satupun surat yang mengandung motivasi
politik, motivasinya "Addinu Nasihat".
10. Rasulullah Shallalhu 'Alaihi wasallam ditawari menjadi
raja oleh utusan Quraisy (diplomat) "Uthbah bin Rabi'ah, maka Rasul
menolak tawaran tersebut; padahal menjadi raja adalah puncak karier politik.
Politikus mana yang ditawari menjadi raja tidak mau?.
11. Demarkasi Islam adalah Akhlak Taqwallah bukan Phisikis
territorial.
لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya : "Bagi kamu agamamu, dan bagiku agamaku".
(Q.S. Al-Kafirun : 6)
...وَلَنَا
أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ...
Artinya : ".... Bagi kami amalan kami, dan bagi kamu
amal perbuatan kamu ..... (Q.S. Al-Baqoroh : 139)
12. Bisa hidup berdampingan dengan selain muslim secara
damai dalam batas-batas islam.
...وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى
الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ...
Artinya : "... Dan tolong menolonglah kamu
dalam(mengerjakan) kebajikan dan Taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran..". (Q.S Al-Maidah : 2)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam hidup berdampingan
bersama Abu Thalib yang bukan Muslim.
Hidup dengan tetangga, Rasul bersabda: "Tetangga itu
ada tiga macam: tetangga yang mempunyai satu hak, tetangga yang mempunyai dua
hak, dan tetangga yang mempunyai tiga hak. Tetangga yang mempunyai tiga hak
ialah tetangga Muslim yang ada ikatan keluarga (kekerabatan) maka ia mempunyai
hak tetangga, hak muslim, dan hak kekeluargaan. adapun tetangga yang mempunyai
dua hak ialah tetangga yang muslim, dia mempunyai hak muslim, adapun tetangga
yang mempunyai satu hak ialah tetangga yang musyrik".
Penjelasan ringkas : Dalam islam tidak ada batas teritorial
atau pagar politik.
13. Q.S. Yunus : 25
وَاللَّهُ
يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ
وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: "Allah menyuruh manusia ke dalam Daarus Salam
dan menunjukkan orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus".
Daarus Salam dalam ayat ini bukan fisik negara Islam, tetapi
suasana mutlak wahyu Allah. di dalam masjid Islam, di luar masjid Islam, semua
aspek hidupnya adalah wahyu Allah, sebab amanahnya itu adalah ibadah kepada
Allah (melakukan, melaksanakan Al-Qur'an dan Sunnah).
Dinamika dan semua arah hidup diatur dengan islam, bukan
dengan politik: Dinamikanya 'Amalus Sholihat, arahnya ampunan dan ridho Allah
Subhanahu wata'ala.
14. Islam wahyu Allah. Politik produk otak manusia: pencetus
politik pertama ialah Plato, filusuf bangsa Yunani kuno sekitar tahun 426 SM.
Politik identik dengan kekuasaan, bagaimana cara memperoleh kekuasaan,
bagaimana cara memelihara bahkan sampai bagaimana cara mengembangkan kekuasaan.
Nicholo Maxchiavelly berkata: "Di dalam engkau mencapai kekuasaan, gunakan
segala kesempatan dengan segala cara". Artinya tidak mengenal haram atau
bathil, ditempuh dengan segala cara.
Perbedaan Wahyu dan Politik
Perbedaan Wahyu dan Politik
Melanjutkan pembahasan sebelumya tentang Islam Non Politik.
Ada beberapa perbedaan mendasar antara Wahyu dan politik :
Wahyu : Bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, bersumber
langsung dari Allah Swt.
Politik : Bersumber dari otak manusia, relatif dan rapuh.
Wahyu : Pengamalan ibadah pada Allah menurut contoh
Rasulullah Saw.
Politik : Menurut sikon yang berubah-ubah dan tidak menentu.
Wahyu : Sangsinya Dosa, adzab dan Neraka.
Politik : Tidak mengenal sangsi, dosa dan Haram.
Wahyu : Berbentuk Jamaah Muslimin wa Imaamahum, Rahmatan lil
alamin, fitrah dan Sunnah.
Politik : Bentuk Ormas, Orpol, dan Negara Islam.
Wahyu : Tujuannya Maghfiroh dan ridho Allah.
Politik : Tujuannya Kekuasaan.
Sehingga perbedaan antara Wahyu dan Politik laksana Kholiq
dengan makhluk-Nya.
Kekuasaan Allah Al-'Azizul hakim bukan kekuasaan politik,
Allah adalah Maha Kuasa, Maha Pencipta, selain Allah, semua makhluk
ciptaan-Nya, Allah Maha Pengatur, Maha Penentu segala perkara, tidak ada
sedikitpun persamaan dengan kekuasaan politik, Subhanallahu 'Amma Ysifun.
kekuasaan politik, proses, prosedur, dinamika, bentuk dan
arahnya pun tidak ada yang mencerminkan Rahmatan lil 'alamin, tidak ada yang
mutlak dan abadi, bahkan sekejap dan sering berakibat pahit/tragis.
kekuasaan Allah Swt. mutlak, abadi, Maha Besar, Maha Adil,
penuh dengan Rahmatan lil 'Alamin, memayungi segenap makhluk-Nya dengan indah
dan sempurna.
firman Allah Swt.
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S.
Al-Hasyir : 22)
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ
الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha
Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara,
yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan.(Q.S. Al-Hasyir : 23)
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ
الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang
membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di
langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S.
Al-Hasyir : 24)
Dan Oleh karenanya kekhalifahan yang dipercayakan Allah
kepada Mu'minin sebagai amanah, bukan figur politik, tetapi adalah figur wahyu.
menggembala ummat dalam mengabdi, memperibadati Allah
Subhanahu wata'ala dengan contoh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Firman Allah.
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا
اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي
شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa.
mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik. (Q.S. An-Nur : 55)
Firman Allah.
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي
الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ
مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ
تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S. Ali
Imraan : 26)
Penjelasan ringkas ;
Kekuasaan mutlak milik Allah diamanatkan kepada siapa yang
dikehendaki sebagai amanah bukan sebagai kebanggaan. Oleh karenanya tidak perlu
diperebutkan. Tidak ada satupun Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk merebut
kekuasaan. Rasulullah Shallallahu 'alai wasallam bersabda :
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ
نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Sesungguhnya kamu akan memperebutkan kekuasaan, sedang
di akhirat menjadi penyesalan". (H.R. Bukhori No.6615 ).
Politik Malapetaka Bagi Muslimin
Politik Malapetaka Bagi Muslimin
Menatap perjalanan Muslimin memikul dan menunaikkan amanat
Allah "Al-Islam" yang terhampar dalam peta sejarah, terutama sejak
syahidnya Sahabat 'Aly Rahiyallahu 'anhu pada 40 H, di mana Muawiyah merubah
"Khilafah" sebagai fugur wahyu menjadi "Mulkan" sebagai
figur politik.
Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah surat An-Nisa'
79 agar dievaluasi dan diintrospeksi secara total. Setelah Isalam dipolitisir
Islam menjadi dakhon, talbisul haqqa bil bathil, padahal Allah melarangnya;
Walaa talbisul Haqqa bil bathil, ukhuwah menjadi berantakan, berfirqoh-firqoh
berkelahi satu dengan lainnya. Padahal Allah Subhanahu wata'ala menyuruh
bersaudara dalam firman-Nya:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwlah kepada
Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al-Hujuraat:10)
Sepanjang sejarahnya,
sejak wafatnya Khalifah 'Aly Karmallahu Wajhah, Muslimin saling berebut
kekuasaan, dinamika perjuangan dan kehidupan Muslimin laksana lingkaran
Syaithan yang berkepanjangan. Al-Qur'an dan sunnah Rasul dilegitimasi untuk
kepentingan politik dan ambisi pribadi. Na'udzubillahi min dzalik.
Karena itu, harus kita sadari, pahamai, dan yakini bahwa
politisasi Islam adalah sumber kehancuran muslimin sampai saat ini. Persepsi
bahwa berpolitik adalah bagian dari dari perjuangan Islam, karena adanya
kata-kata "Syiasah". Kata-kata "syiasah" ini bukan dari
Islam (Al-Qur'an dan sunnah). Kata-kata "Syiasah" lahir mulai pada
masa Ma'mun bin Harun Al-Rasid tahun 198 - 218 H atau 813 - 833 M. Pada masa
berdirinya Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia dengan perpustakaan yang
lengkap yang bernama Darul Hikmah.
Pada masa inilah mulai dipakainya istilah
"Syiasah" yang disepadani dengan istilah politik. Selanjutnyaa
Syiasah ini dijadikan judul buku terjemahan "Politea" karya Plato
(filisuf Yunani kuno). Dengan demikian kata-kata "Syiasah bukan dari
syariat Islam. arti Syiasah dalam kitab "Al-Muu'jamul Wasith" halaman
462 "memegang kepemimpinan umat".
Demikian pula dengan "Ahlul Halli Wal Aqdi" bukan
Syariat Islam. Ahlul Halli wal Aqdi adalah karya Al-Mawardi, nama lengkapnya
Abu Hasan Ali bin Habib Al-Mawardi Al-Bashri yang hidup tahun 346 - 450 H atau
975 - 1059 M dalam bukunya "Al-Hakam Ash Shulthoniyah". Ahlul Halli
wal Aqdi adalah institusi politik untuk Pembentukan Negara Islam. Realita yang
nampak dipermukaan Negara Islam itu yang dominan adalah
"Nasionalisme". Proses yang terjadi, kalau Nasionalisme tersinggung
maka yang menjadi kabing hitam adalah Islam dan kaum Muslimin. Tapi kalau Islam
yang tersinggung, seperti maraknya pelacuran, kriminalitas, narkoba, maka Nasionalisme
cuek saja. Secara sepihak mereka menuduh Muslimin sebagai kelompok reaksioner.
Pernyataan Madinah sebagai Negara Islam dan Nabi Muhammad
sebagai kepala negara islam yang ideal, itu bukan dari Allah dan Rasul-Nya,
tapi dari seorang orientalis Inggris bernama Montgomery Watt.
Kalau Madinah sebagai Negara Islam, harus ada bukti-bukti
yang mendukung, antara lain:
Harus Ada Arsip-arsip kenegaraan.
Harus ada batas-batas teritorial.
Pimpinannya Raja/Presiden.
Di dalam Madinah Al-Munawaroh hal-hal tersebut tidak
terdapat. Nabi Muhammad Rasulullah Shallahu'alaihi wasallam bersabda yang
artinya: "Aku bukan Raja".
Madinah merupakan masyarakat wahyu Allah yang dipimpin
langsung oleh Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam Bukan
Negara Islam.
Tentang Ucapan Rasulullah Shallallahu 'alai wasallam
"Al-Harbu Hid'atun", perang itu adalah tipu daya. Ucapan ini sama
sekali bukan politik, justru menunjukkan bahwa islam itu rahmat. Di dalam
pertempuran, menghindari tembakan dan membalas tembakan adalah logis. Maka
kalau menyerahkan leher untuk disembelih oleh musuh itu adalah abnormal dan
tidak logis.
Islam adalah mutlak wahyu Allah yang Ramatan lil 'Alamin
lengkap dan sempurna. Tidak perlu ditambah dengan sistem-sistem politik. Islam
di atas logika di atas Sikon dan peradaban. Sistem politik adalah karya otak.
Pencetus pertamanaya adalah Plato, seorang filusuf Yunani kuno yang lahir
sekitar 427 SM. Perbedaan sistem Islam dengan sistem politik, laksana perbedaan
Khaliq dengan mahluknya.
Islam tatanan kehidupan dan perjuangan dari Allah Subhanahu
wata'ala, yang menjelaskan dengan terang tentang Haq dan bathil, halal dan
haram. Sistem politik serba relatif dan arahnya kepada Neraka Jahannam. Muatan
sistem politik itu curiga, hasad, dengki, kekuasaan yang menimbulkan
pertarungan antara suatu kepentingan dengan kepentingan lain. Tak pernah ada
cita-cita perdamaian dapat diwujudkan dengan politik. Para pakar politik, mulai
dari Prof. Dr. Miriam Budiarjo, Prof. Dr. Baren, Prof. Dr. Lazky, Prof. Dr. Max
Ever, sampai John Lacke dan Montesque, sepakat bahwa Politik ialah ilmu tentang
kenegaraan dan kekuasaan. Titik berat politik pada kekekuasaan. Merebut,
memelihara atau mempertahankan, dan mengembangkan kekuasaan.
Fakta-faktanya, lihat peta sejarah perjuangan Muslimin
memikul dan menuaikan amanat Allah (Al-Islam). Sejak Aly bin Abi Tholib
Radhiyallahu "anhu syahid pada 40 H, Muawiah bin Abi Sufyan mempolitisir
kekhilafahan. Dia merubah khilafah menjadi mulkan. Perubahan ini adalah
perubahan sistematik yang berdampak sangat dahsyat dan luas sekali. Perubahan
ini melahirkan dinasti-dinasti yang berkepanjangan. Dinasti-dinasti yang saling
bertabrakan. Proses ini berjalan dan berkembang terus semakin parah. Antara
Dinasti Umayyah, Dinasti Abassiyah, dan Dinasti Ustmani Turki berkelahi
sesamanya memakan waktu lebih dari 1300 tahun. Tentu saja keadaan seperti ini
menjadi peluang bagi orang kuffar. Mereka yang sejak lama menanti-nanti, datang
menyergap Muslimin. Hasilnya, Perang Salib selama 200 tahun yang dikomando oleh
Paus Urbanus II dari Clermont Perancis Selatan pada November 1905, dan muslimin
kalah total.
Sekarang kita analisa, penyebab kalahnya muslimin ada tiga
faktor:
Muslimin tidak konsekuen terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Al-Qur'an dan As-Sunnah dicampur dengan filsafat Yunani dan hukum Romawi.
Khilafah dirubah menjadi Mulkan. Figur wahyu dirubah menjadi
figur Politik.
Perang saudara.
Laksana lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.
Muslimin terjebak perangkap imperialisme berabad-abad. Masa kolonialisme barat
ini, Muslimin tidak hanya diperas keringat, darah, harta benda tapi Aqidahnya
dikuras dengan dicekoki kebudayaan barat setiap saat secara sistematis. Metode
Pakaian, pergaulan, dan sistem di luar daya saring Iman dan Islam, Muslimin
menelan mentah-mentah budaya barat ini, tentu saja termasuk sistem
kepemimpinan.
Mulai bermunculan Parpol, Ormas Islam dalam tubuh muslimin.
Muslimin semakin terkoyak-koyak. Ini merupakan bagian strategi barat
"Devide et Impera". Nasionalisme Indonesia sendiri yang mayoritas
penduduknya adalah Muslim sejak periode Multi partai, masa liberal, masa
Nasakom, masa asas tunggal, masa reformasi dengan poros tengahnya yang tidak
jelas bentuk dan arahnya, kehilangan nyali dan identitasnya. Muslimin semakin
payah untuk bangkit. Inilah fakta-fakta malapetaka yang menimpa Muslimin akibat
mempolitisir Islam. Sadarlah Muslimin...... dan Takutlah kepada Allah,
kembalilah kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah secara mutlak dan menyeluruh. Inilah
jalan satu-satunya yang terbaik.
Wallohu A'lam.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar