Senin, 23 Maret 2015

Islam Non Politik !

Jama’ah Muslimin (Hizbullah) berkeyakinan bahwa islam yang di bawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembawa risalah tidak ada mengandung unsur politik,karna politik  itu muaranya dari  akal dan Islam adalah mutlak Wahyu Allah dan islam Non Politik,! berikut ini kami tuturkan beberapa bukti-bukti bahwa islam Non politik :

1. Q. S. Al-Anbiya :107
 وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya : "Dan Kami tidak mengutus engkau melainkan untuk menjadi rahmat semesta alam".

2. Q.S. Saba' : 28
 وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada seluruh ummat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya".
Penjelasan ringkas: Tidak ada politik yang Rahmatan lil 'Alamin, yang universal meliputi seluruh manusia.

3. Q.S. Al-Kahfi : 29
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
Artinya: "Dan katakanlah kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir maka biarkanlah ia kafir. Sesungguhnya telah kami sediakan bagi orang-orang yang dholim itu neraka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih, yang menghanguskan muka; itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek".
Penjelasan ringkas: Allah tidak perlu mahluk, tetapi mahluk yang sangat memerlukan Allah, karena tidak mungkin Allah mempolitisir mahluk ciptaanya.

4. Q.S. Al-Bayyinah : 5
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikkan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus".
Penjelasan ringkas: - Tidak ada politik yang mukhlisina lahuddin. -

5. Q.S. An_Najm : 3 - 4
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى - إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
Artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)".
Penjelasan ringkas: Islam mutlak wahyu Allah bukan produk otak, sedang politik adalah produk otak manusia yang realtif dan rapuh.

6. Al-An'Am : 115
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya : "Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Penjelasan ringkas: Islam tidak perlu ditambah dengan ideologi politik.-

7. Al-Am'Am : 116
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Artinya : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
Penjelasan ringkas : Mayoritas dan Sikon bukan standar kebenaran bahkan merupakan ujian yang bisa menyesatkan dari jalan Allah, Sedangkan dalam politik mayoritas dan sikon senantiasa dijadikan standar dan pedoman (komando).

8. Tidak mungkin Allah Subhanahu wata'ala mempolitisir mahluk-Nya.

9. Surat-surat Rasulullah Shallalhu 'Alaihi wasallam kepada raja Mesir, Yaman, Persia dan Roma tidak satupun surat yang mengandung motivasi politik, motivasinya "Addinu Nasihat".

10. Rasulullah Shallalhu 'Alaihi wasallam ditawari menjadi raja oleh utusan Quraisy (diplomat) "Uthbah bin Rabi'ah, maka Rasul menolak tawaran tersebut; padahal menjadi raja adalah puncak karier politik. Politikus mana yang ditawari menjadi raja tidak mau?.

11. Demarkasi Islam adalah Akhlak Taqwallah bukan Phisikis territorial.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya : "Bagi kamu agamamu, dan bagiku agamaku". (Q.S. Al-Kafirun : 6)

...وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ...
Artinya : ".... Bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amal perbuatan kamu ..... (Q.S. Al-Baqoroh : 139)

12. Bisa hidup berdampingan dengan selain muslim secara damai dalam batas-batas islam.
...وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ...
Artinya : "... Dan tolong menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan Taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran..". (Q.S Al-Maidah : 2)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam hidup berdampingan bersama Abu Thalib yang bukan Muslim.
Hidup dengan tetangga, Rasul bersabda: "Tetangga itu ada tiga macam: tetangga yang mempunyai satu hak, tetangga yang mempunyai dua hak, dan tetangga yang mempunyai tiga hak. Tetangga yang mempunyai tiga hak ialah tetangga Muslim yang ada ikatan keluarga (kekerabatan) maka ia mempunyai hak tetangga, hak muslim, dan hak kekeluargaan. adapun tetangga yang mempunyai dua hak ialah tetangga yang muslim, dia mempunyai hak muslim, adapun tetangga yang mempunyai satu hak ialah tetangga yang musyrik".
Penjelasan ringkas : Dalam islam tidak ada batas teritorial atau pagar politik.

13. Q.S. Yunus : 25
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: "Allah menyuruh manusia ke dalam Daarus Salam dan menunjukkan orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus".

Daarus Salam dalam ayat ini bukan fisik negara Islam, tetapi suasana mutlak wahyu Allah. di dalam masjid Islam, di luar masjid Islam, semua aspek hidupnya adalah wahyu Allah, sebab amanahnya itu adalah ibadah kepada Allah (melakukan, melaksanakan Al-Qur'an dan Sunnah).
Dinamika dan semua arah hidup diatur dengan islam, bukan dengan politik: Dinamikanya 'Amalus Sholihat, arahnya ampunan dan ridho Allah Subhanahu wata'ala.

14. Islam wahyu Allah. Politik produk otak manusia: pencetus politik pertama ialah Plato, filusuf bangsa Yunani kuno sekitar tahun 426 SM. Politik identik dengan kekuasaan, bagaimana cara memperoleh kekuasaan, bagaimana cara memelihara bahkan sampai bagaimana cara mengembangkan kekuasaan. Nicholo Maxchiavelly berkata: "Di dalam engkau mencapai kekuasaan, gunakan segala kesempatan dengan segala cara". Artinya tidak mengenal haram atau bathil, ditempuh dengan segala cara.

Perbedaan Wahyu dan Politik
Melanjutkan pembahasan sebelumya tentang Islam Non Politik. Ada beberapa perbedaan mendasar antara Wahyu dan politik :
Wahyu : Bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, bersumber langsung dari Allah Swt.
Politik : Bersumber dari otak manusia, relatif dan rapuh.
Wahyu : Pengamalan ibadah pada Allah menurut contoh Rasulullah Saw.
Politik : Menurut sikon yang berubah-ubah dan tidak menentu.
Wahyu : Sangsinya Dosa, adzab dan Neraka.
Politik : Tidak mengenal sangsi, dosa dan Haram.
Wahyu : Berbentuk Jamaah Muslimin wa Imaamahum, Rahmatan lil alamin, fitrah dan Sunnah.
Politik : Bentuk Ormas, Orpol, dan Negara Islam.
Wahyu : Tujuannya Maghfiroh dan ridho Allah.
Politik : Tujuannya Kekuasaan.
Sehingga perbedaan antara Wahyu dan Politik laksana Kholiq dengan makhluk-Nya.

Kekuasaan Allah Al-'Azizul hakim bukan kekuasaan politik, Allah adalah Maha Kuasa, Maha Pencipta, selain Allah, semua makhluk ciptaan-Nya, Allah Maha Pengatur, Maha Penentu segala perkara, tidak ada sedikitpun persamaan dengan kekuasaan politik, Subhanallahu 'Amma Ysifun.

kekuasaan politik, proses, prosedur, dinamika, bentuk dan arahnya pun tidak ada yang mencerminkan Rahmatan lil 'alamin, tidak ada yang mutlak dan abadi, bahkan sekejap dan sering berakibat pahit/tragis.
kekuasaan Allah Swt. mutlak, abadi, Maha Besar, Maha Adil, penuh dengan Rahmatan lil 'Alamin, memayungi segenap makhluk-Nya dengan indah dan sempurna.

firman Allah Swt.
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hasyir : 22)

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(Q.S. Al-Hasyir : 23)

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Hasyir : 24)

Dan Oleh karenanya kekhalifahan yang dipercayakan Allah kepada Mu'minin sebagai amanah, bukan figur politik, tetapi adalah figur wahyu.
menggembala ummat dalam mengabdi, memperibadati Allah Subhanahu wata'ala dengan contoh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Firman Allah.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (Q.S. An-Nur : 55)
Firman Allah.

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S. Ali Imraan : 26)
Penjelasan ringkas ;
Kekuasaan mutlak milik Allah diamanatkan kepada siapa yang dikehendaki sebagai amanah bukan sebagai kebanggaan. Oleh karenanya tidak perlu diperebutkan. Tidak ada satupun Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk merebut kekuasaan. Rasulullah Shallallahu 'alai wasallam bersabda :
 إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Sesungguhnya kamu akan memperebutkan kekuasaan, sedang di akhirat menjadi penyesalan". (H.R. Bukhori No.6615 ).

Politik Malapetaka Bagi Muslimin
Menatap perjalanan Muslimin memikul dan menunaikkan amanat Allah "Al-Islam" yang terhampar dalam peta sejarah, terutama sejak syahidnya Sahabat 'Aly Rahiyallahu 'anhu pada 40 H, di mana Muawiyah merubah "Khilafah" sebagai fugur wahyu menjadi "Mulkan" sebagai figur politik.

Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah surat An-Nisa' 79 agar dievaluasi dan diintrospeksi secara total. Setelah Isalam dipolitisir Islam menjadi dakhon, talbisul haqqa bil bathil, padahal Allah melarangnya; Walaa talbisul Haqqa bil bathil, ukhuwah menjadi berantakan, berfirqoh-firqoh berkelahi satu dengan lainnya. Padahal Allah Subhanahu wata'ala menyuruh bersaudara dalam firman-Nya:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwlah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al-Hujuraat:10)

Sepanjang sejarahnya,  sejak wafatnya Khalifah 'Aly Karmallahu Wajhah, Muslimin saling berebut kekuasaan, dinamika perjuangan dan kehidupan Muslimin laksana lingkaran Syaithan yang berkepanjangan. Al-Qur'an dan sunnah Rasul dilegitimasi untuk kepentingan politik dan ambisi pribadi. Na'udzubillahi min dzalik.

Karena itu, harus kita sadari, pahamai, dan yakini bahwa politisasi Islam adalah sumber kehancuran muslimin sampai saat ini. Persepsi bahwa berpolitik adalah bagian dari dari perjuangan Islam, karena adanya kata-kata "Syiasah". Kata-kata "syiasah" ini bukan dari Islam (Al-Qur'an dan sunnah). Kata-kata "Syiasah" lahir mulai pada masa Ma'mun bin Harun Al-Rasid tahun 198 - 218 H atau 813 - 833 M. Pada masa berdirinya Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia dengan perpustakaan yang lengkap yang bernama Darul Hikmah.

Pada masa inilah mulai dipakainya istilah "Syiasah" yang disepadani dengan istilah politik. Selanjutnyaa Syiasah ini dijadikan judul buku terjemahan "Politea" karya Plato (filisuf Yunani kuno). Dengan demikian kata-kata "Syiasah bukan dari syariat Islam. arti Syiasah dalam kitab "Al-Muu'jamul Wasith" halaman 462 "memegang kepemimpinan umat".

Demikian pula dengan "Ahlul Halli Wal Aqdi" bukan Syariat Islam. Ahlul Halli wal Aqdi adalah karya Al-Mawardi, nama lengkapnya Abu Hasan Ali bin Habib Al-Mawardi Al-Bashri yang hidup tahun 346 - 450 H atau 975 - 1059 M dalam bukunya "Al-Hakam Ash Shulthoniyah". Ahlul Halli wal Aqdi adalah institusi politik untuk Pembentukan Negara Islam. Realita yang nampak dipermukaan Negara Islam itu yang dominan adalah "Nasionalisme". Proses yang terjadi, kalau Nasionalisme tersinggung maka yang menjadi kabing hitam adalah Islam dan kaum Muslimin. Tapi kalau Islam yang tersinggung, seperti maraknya pelacuran, kriminalitas, narkoba, maka Nasionalisme cuek saja. Secara sepihak mereka menuduh Muslimin sebagai kelompok reaksioner.

Pernyataan Madinah sebagai Negara Islam dan Nabi Muhammad sebagai kepala negara islam yang ideal, itu bukan dari Allah dan Rasul-Nya, tapi dari seorang orientalis Inggris bernama Montgomery Watt.

Kalau Madinah sebagai Negara Islam, harus ada bukti-bukti yang mendukung, antara lain:
Harus Ada Arsip-arsip kenegaraan.
Harus ada batas-batas teritorial.
Pimpinannya Raja/Presiden.
Di dalam Madinah Al-Munawaroh hal-hal tersebut tidak terdapat. Nabi Muhammad Rasulullah Shallahu'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Aku bukan Raja".

Madinah merupakan masyarakat wahyu Allah yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam Bukan Negara Islam.

Tentang Ucapan Rasulullah Shallallahu 'alai wasallam "Al-Harbu Hid'atun", perang itu adalah tipu daya. Ucapan ini sama sekali bukan politik, justru menunjukkan bahwa islam itu rahmat. Di dalam pertempuran, menghindari tembakan dan membalas tembakan adalah logis. Maka kalau menyerahkan leher untuk disembelih oleh musuh itu adalah abnormal dan tidak logis.

Islam adalah mutlak wahyu Allah yang Ramatan lil 'Alamin lengkap dan sempurna. Tidak perlu ditambah dengan sistem-sistem politik. Islam di atas logika di atas Sikon dan peradaban. Sistem politik adalah karya otak. Pencetus pertamanaya adalah Plato, seorang filusuf Yunani kuno yang lahir sekitar 427 SM. Perbedaan sistem Islam dengan sistem politik, laksana perbedaan Khaliq dengan mahluknya.

Islam tatanan kehidupan dan perjuangan dari Allah Subhanahu wata'ala, yang menjelaskan dengan terang tentang Haq dan bathil, halal dan haram. Sistem politik serba relatif dan arahnya kepada Neraka Jahannam. Muatan sistem politik itu curiga, hasad, dengki, kekuasaan yang menimbulkan pertarungan antara suatu kepentingan dengan kepentingan lain. Tak pernah ada cita-cita perdamaian dapat diwujudkan dengan politik. Para pakar politik, mulai dari Prof. Dr. Miriam Budiarjo, Prof. Dr. Baren, Prof. Dr. Lazky, Prof. Dr. Max Ever, sampai John Lacke dan Montesque, sepakat bahwa Politik ialah ilmu tentang kenegaraan dan kekuasaan. Titik berat politik pada kekekuasaan. Merebut, memelihara atau mempertahankan, dan mengembangkan kekuasaan.

Fakta-faktanya, lihat peta sejarah perjuangan Muslimin memikul dan menuaikan amanat Allah (Al-Islam). Sejak Aly bin Abi Tholib Radhiyallahu "anhu syahid pada 40 H, Muawiah bin Abi Sufyan mempolitisir kekhilafahan. Dia merubah khilafah menjadi mulkan. Perubahan ini adalah perubahan sistematik yang berdampak sangat dahsyat dan luas sekali. Perubahan ini melahirkan dinasti-dinasti yang berkepanjangan. Dinasti-dinasti yang saling bertabrakan. Proses ini berjalan dan berkembang terus semakin parah. Antara Dinasti Umayyah, Dinasti Abassiyah, dan Dinasti Ustmani Turki berkelahi sesamanya memakan waktu lebih dari 1300 tahun. Tentu saja keadaan seperti ini menjadi peluang bagi orang kuffar. Mereka yang sejak lama menanti-nanti, datang menyergap Muslimin. Hasilnya, Perang Salib selama 200 tahun yang dikomando oleh Paus Urbanus II dari Clermont Perancis Selatan pada November 1905, dan muslimin kalah total.

Sekarang kita analisa, penyebab kalahnya muslimin ada tiga faktor:
Muslimin tidak konsekuen terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah. Al-Qur'an dan As-Sunnah dicampur dengan filsafat Yunani dan hukum Romawi.
Khilafah dirubah menjadi Mulkan. Figur wahyu dirubah menjadi figur Politik.
Perang saudara.
Laksana lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. Muslimin terjebak perangkap imperialisme berabad-abad. Masa kolonialisme barat ini, Muslimin tidak hanya diperas keringat, darah, harta benda tapi Aqidahnya dikuras dengan dicekoki kebudayaan barat setiap saat secara sistematis. Metode Pakaian, pergaulan, dan sistem di luar daya saring Iman dan Islam, Muslimin menelan mentah-mentah budaya barat ini, tentu saja termasuk sistem kepemimpinan.

Mulai bermunculan Parpol, Ormas Islam dalam tubuh muslimin. Muslimin semakin terkoyak-koyak. Ini merupakan bagian strategi barat "Devide et Impera". Nasionalisme Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya adalah Muslim sejak periode Multi partai, masa liberal, masa Nasakom, masa asas tunggal, masa reformasi dengan poros tengahnya yang tidak jelas bentuk dan arahnya, kehilangan nyali dan identitasnya. Muslimin semakin payah untuk bangkit. Inilah fakta-fakta malapetaka yang menimpa Muslimin akibat mempolitisir Islam. Sadarlah Muslimin...... dan Takutlah kepada Allah, kembalilah kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah secara mutlak dan menyeluruh. Inilah jalan satu-satunya yang terbaik.

Wallohu A'lam.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar