Selasa, 14 April 2015

Du'at Ala Abwabi Jahannam

Sebuah catatan: By Agus Zainal Asikin


Hampir lima tahun diskusi lewat Internet Medsos Face Book terutama dengan ikhwan Jama’ah Khilafatul Muslimin dsb membahas tentang Al Jama’ah atau Khilafah,Bahwa Al Jama’ah atau Khilafah itu sudah terwujud kembali tahun 1953 sejak di bae’atnya Imaam Wali Al Fattah, tinggal bagaimana kita memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya, Namun dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal serta dibuat-buat dan dicari kekurangan dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Bahwasanya Jama’ah Khilafatul Muslimin  menolak keberadaan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagi wujud “Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah”, karna Imaam pertama Bapak Wali Al Fattah pernah bekerja sebagai Biro Politik di masa Soekarno,Dan ikhwan Jama’ah Khilafatul Muslimin menganggap saya dari  Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu ngotot,ngeyel dsb, Sebenarnya yang ngotot,ngeyel dsb itu bukan saya atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah), Melainkan ikhwan dari Jama’ah Khilafatul Muslimin,yang keras merasa apa yang telah mereka usahakan adalah di dalam Manhaj kebenaran,walaupun sebenarnya dalam Manhaj yang salah dan  keliru karna tidak ada dalil perintah Iltizam di dalam Khilafatul Muslimin.


B
agaimana mungkin saya akan meninggalkan Al Jama’ah ini atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah) setelah Hidayah dan keterangan itu datang?, Ini masalah aqidah yang sangat prinsif dan seandainya saya meninggalkan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dan menyambut seruan organisasi seperti Khilafatul Muslimin dsb itu sama halnya mereka mengajak saya masuk “kepintu-pintu Jahannam”  dan saya bertekuk lutut didalam Neraka Jahannam, padahal saya sudah mendapati keterangan bahwa tidak ada dalil perintah Iltizam baik fii Khilafatul Muslimin dsb, walaupun Khilafatul Muslimin mengklaim sebagai “Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah” karna di belakangnya memakai kalimat “Khilafatul” dan pemimpinnya dengan sebutan “Khalifah/Amirul Mu’minin” karna baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah maupun Ijma para Shahabat tidak di dapati keterangan perintah Iltizam fii Khilafatul Muslimin maupun organisasi lainnya, selain Jama’atul Muslimin wa Imamahum ini fitrah dan Sunnah.


Sebagaimana percakapan Hudzaifah Ibnul Yaman dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana Hudzaifah ini sangat Khawatir apa yang akan di alami Ummat Islam kelak setelah berakhirnya masa kenabian, Padahal Hudzaifah Ibnul Yaman hidup di zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Namun kekhawatirannya mendorong ia bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Hudzaifah Ibnul Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ .
 “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka

- saya bertanya:“Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan?
- Rasulullah menjawab: “Benar!”  
- Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan?
- Rasulullah menjawab: Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).”
- Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?”
- Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” - Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?”
- Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.”
- Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.”
- Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.”
- Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?”
- Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !”
- Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?”
- Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjum paimu, engkau tetap demikian.”

(HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).


S
ebagaimana keterangan Hadits diatas bahwa yang dimaksud dengan “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.”, Mereka beragama Islam,mereka mengerjakan sholat,shaum,zakat,menunaikan haji dan mereka juga membaca Al Qur’an,namun hakekatnya mereka sudah bergeser dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, yaitu  membuat-buat nama organisasi yang tidak ada contoh dari Allah dan Rasul-Nya yang sekilas mirip syari’at padahal bukan. Sehingga ketika tidak di dapati Jama’ah Muslimin dan Imam Mereka maka wajib “fa’tazil tilqal firaqa kullaha,,,!” Namun apabila sudah ada Jama’ah Muslimin dan Imam Mereka maka wajib iltizam di dalamnya seraya “istiqomah”


I
nilah sebabnya saya, khususnya Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bertahan dan mempertahankan bai’at yang pertama bukan karena ego maupun ambisi melainkan karena  mengikuti yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Jama’ah Muslimin” penjelasannya dari lisan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga dengan “Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah” penjelasannya juga dari lisan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,  Jika kita masih mengakui Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi akhir zaman yang kita harap syafa’atnya di hari kiamat kelak kenapa kita enggan menerima penjelasan dari lisan Rasulullah dan bahkan membantah serta mencelanya?


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
 “Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap meninggal seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya, sesungguhnya setelahku ini tidak ada Nabi dan akan ada setelahku beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak, sahabat bertanya: ”Apa yang tuan perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berikan pada mereka haknya. Maka sesungguhnya Allah akan menanya mereka tentang hal apa yang diamanatkan dalam kepemimpinannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/204. Lafadz Muslim)


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَرِ
“Dan barangsipa membai’at imam dengan berjabat tangan dan kesungguhan hati, maka haruslah ia mentaatinya semampunya. Maka jika datang orang lain akan merebutnya, maka pukul lah leher orang tersebut.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/132, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II/467, An-Nasai, Sunan An-Nasai VII/153-154. Lafadz Muslim)


Sebagaimana penjelasan dua Hadits diatas, Sangat jelas dan tegas apabila terjadi banyak Khalifah maka yang datang belakangan wajib untuk “Menepati bai’at Yang Pertama” ,Dan apabila kita enggan untuk menepatinya,Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak yang akan menanyakan hal apa yang di amanatkan dalam kepemimpinannya,Karena tidak di benarkan dalam satu masa atau zaman ada dua kepemimpinan Muslimin secara bersamaan, lain halnya dengan kepala Negara atau Perdana Mentri yang boleh banyak  karena ia mempunyai batas-batas Negara, Sementara Islam atau Al Jama’ah itu tidak mempunyai batas teritorial  ia Sifatnya Universal “Rahmatan Lil Alamin”


 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا
 “Apabila dibai’at dua khalifah (dalam satu masa), maka bunuhlah yang lain dari keduanya. (yaitu yang terakhir).” (HR. Muslim dari Abi Sa’id Al Khudri, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaroh: II/137)

kata bunuh Hadits diatas adalah bunuh dengan “Hujjah”, Adapun bai’at yang  sudah di amalkan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) “tidak dapat dibatalkan !” terkecuali sudah ada yang lebih dahulu mengamalkan Syari’at  Jama’ah dan Imamah, Apabila sudah ada yang mengamalkan Syari’at Jama’ah dan Imamah sebelum Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang di tetapi kembali pada tahun 1953, Maka Imaam dan seluruh Ma’mum Jama’ah Muslimin (Hizbullah) siap Masbuk bergabung dengan Jama’ah Muslimin yang lebih awal diamalkan, Hal ini sudah dijelaskan dan di tegaskan oleh Imaam pertama Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wali Al Fattah (alm) “Jama’ahnya harus satu dan Imaam-khalifahnya juga harus satu”


Lalu bagaimana dengan Organisasi Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Hasan Baraja, Daulatul Ismiyyah Melayu (DIM) Muhammad Daudi Sulaiman ,dan Islamic State of Iraq dan Syam (ISIS) Abu Bakar Al bagdady tentang penjelasan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tersebut?

 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
“Dan katakanlah kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir maka biarkanlah ia kafir. Sesungguhnya telah kami sediakan bagi orang-orang yang zholim itu neraka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih, yang menghanguskan muka; itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (3. Q.S. Al-Kahfi : 29)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar